Liputan6.com, Kendari Malam menjelang Pemilu 2019 yang jatuh pada 17 April, pemandangan di Pelabuhan Kendari serasa seperti arus mudik menjelang lebaran Idul Fitri. Ribuan warga memadati kapal angkutan laut yang khusus beroperasi pada malam hari menuju salah satu kabupaten tetangga.
Warga sebanyak ini, memilih pulang ke kampung halaman untuk memberikan suara pada Pemilu 2019 yang terdiri dari Pemilihan Presiden dan Legislatif. Sebab, di Kota Kendari mereka tak terdaftar sebagai pemilih.
"Kita pulang di kampung sehari saja, setelah mencoblos kita kembali kejar kapal menuju Kota Kendari," ujar Aswari Husna, salah satu penumpang kapal tujuan Kabupaten Muna, Selasa (16/4/2019).
Advertisement
Dari pelabuhan Kota Kendari, perjalanan menggunakan kapal malam menuju Kabupaten Muna memakan waktu sekitar 5 jam. Meskipun mudik malam hari, wajib pilih yang berada di Kabupaten Muna dan Muna Barat bisa langsung menyalurkan hak suaranya pada pagi hari.
Baca Juga
"Saya juga dari Kota Baubau, tapi bisa kejar jadwal pemilihan lewat Kabupaten Muna," ujar Ahmad Waladi, penumpang kapal lainnya.
Dari pantauan di lokasi, sejumlah pemudik bahkan tak mendapatkan tempat tidur di dalam kapal. Padahal, ada ratusan tempat tidur yang biasa digunakan penumpang dan jarang penuh pada hari biasa.
"Terpaksa kita tidur atau begadang saja di atas kapal, tidak ada kasur," kata Ahmad Waladi.
Petugas KPPP Pelabuhan Kendari, Samaruddin mengatakan pemudik di pelabuhan Kendari terlihat banyak sejak Senin (15/4/2019). Malam sebelumnya, pihaknya sempat ragu melihat pemudik yang sangat berbeda dari hari biasa.
"Dari situ, pihak pemilik kapal memutuskan untuk mengerahkan 3 armada dalam sehari. Padahal, hari biasa cuma 1 kapal yang jalan. Penumpang tiba-tiba membludak jelang Pemilu 2019," kata Samaruddin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Pemudik Mengaku Dipanggil Oknum Caleg
Ribuan pemudik yang membuat pemandangan berbeda di pelabuhan Kendari tidak seperti hari biasa, diduga pulang karena diiming-imingi uang. Hal ini didapat dari pengakuan beberapa orang penumpang kapal.
"Sewa kapal Rp 100 ribu. Saya dibayarkan, pulang juga dibayarkan, itulah kenapa saya pulang memilih," ujar Arfian, salah satu penumpang kapal.
Dia menceritakan, bersama puluhan kawannya, dia dipanggil beberapa orang oknum caleg pulang memilih ke kampung halaman. Dengan imbalan, sewa kapal pergi dan pulang kampung dibiayai.
"Sekalian mudik ke kampung orangtua. Kapan lagi kan," katanya sambil tertawa.
Jumlah penumpang yang membludak tiba-tiba, membuat pemilik kapal kewalahan. Ratusan penumpang malah tidak mendapatkan tiket mudik karena habis diborong.
"Sudah habis tiket. Tapi, kan ada tiga kapal, kita masih bisa pulang," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua KPU Provinsi Sultra La Ode Abdul Natsir menegaskan, caleg jangan menggunakan politik uang pada saat pemilu. Jika kedapatan, sanksi berat menanti para calon legislatif.
"Tidak ada politik uang ya, kita sudah tegaskan itu berkali-kali baik secara langsung maupun lewat pemberitahuan. Kalau dilanggar, ya ditangkap saja mereka itu," tegasnya.
Advertisement