Cerita Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Klenteng Jamblang Berbagi Tiang Pancang

Pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa bersamaan dengan Klenteng Jamblang yang ada di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, sekitar tahun 1480-an.

oleh Panji Prayitno diperbarui 08 Mei 2019, 03:00 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2019, 03:00 WIB
Cerita Masjid dan Klenteng Cirebon Dibangun Bersama Dalam Satu Malam
Berdasarkan catatan sejarah, pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ini dibangun bersamaan dengan Klenteng Jamblang. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada di Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon ramai dikunjungi selama bulan Ramadan.

Pada perjalanannya, salah satu masjid tertua di Cirebon ini tak hanya menjalankan tradisi azan tujuh. Masjid ini punya cerita menarik pada masa pembangunannya hingga salah satu tiangnya menjadi ikon pluralisme di Cirebon.

Filolog Cirebon Raffan S Hasyim mengatakan, pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa bersamaan dengan Klenteng Jamblang yang ada di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, sekitar tahun 1480-an.

"Salah satu pilar atau tiang kayu dari perencanaan pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini dibuat untuk membangun klenteng," kata pria yang akrab disapa Opan Saffari itu, Selasa (7/5/2019).

Opan menuturkan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon dibangun beberapa waktu setelah Putri Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati tiba. Kedatangan Putri Ong Tien dikawal oleh ribuan pengawal dari kerajaan di Tiongkok.

Namun, tak semua pengawal Putri Ong Tien yang ikut ke Cirebon beragama Islam. Di tengah proses pembangunan masjid tersebut, salah seorang pengawal Putri Ong Tien bernama Njo Kie Tjit memintakan izin kepada Sunan Gunung Jati Cirebon.

"Sunan Gunung Jati dengan senang hati mengizinkan untuk pengawal Putri Ong Tien yang nonmuslim membangun klenteng di Jamblang, bahkan memberikan salah satu pilar kayu dari perencanaan pembangunan masjid untuk membangun klenteng dalam waktu bersamaan," kata dia.

Para pengawal Putri Ong Tien pun senang mendapat izin membangun klenteng langsung dari Sunan Gunungjati. Mereka dengan semangat membawa tiang tersebut ke kawasan Jamblang.

Perjalanan menuju pembangunan Klenteng Jamblang tidak mudah dan penuh rintangan. Saat itu, para pengawal harus melewati hutan dan menyeberangi sungai, termasuk di daerah Jamblang.

"Njo Kie Tjit sendiri salah satu pengawal putri yang beragama muslim yang memintakan izin ke Sunan Gunung Jati. Beliau meninggal saat menyeberangi Sungai Jamblang kepeleset dan kejatuhan kayu hingga tergeletak di sungai waktu itu belum ada Jembatan Deandles ya," kata dia.

Saka Tatal

Cerita Masjid dan Klenteng Cirebon Dibangun Bersama Dalam Satu Malam
Saka Tatal atau tiang yang terbuat dari sisa asahan kayu atau saka tatal menjadi salah satu bangunan ikonik Masjid Agnung Sang Cipta Rasa Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Sosok Sunan Kalijaga berperan penting dalam pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Di tengah proses pembangunan masjid, Sunan Kalijaga sempat heran karena kehilangan satu tiang seperti yang direncanakan.

Sunan Kalijaga tengah menghitung kebutuhan pembangunan masjid, merasa kehilangan satu tiang. Saat itu pula, salah satu pengawal Putri Ong Tieng yang ikut membangun masjid menjelaskan yang terjadi kepada Sunan Kalijaga.

"Sunan Kalijaga tidak marah, justru senang, apalagi sudah mendapat izin Sunan Gunungjati kalau satu tiangnya dipakai membangun Klenteng Jamblang secara bersamaan," kata Opan.

Tidak berhenti berkreasi, Sunan Kalijaga kemudian memerintahkan pengawal untuk mengumpulkan sisa asahan kayu atau tatal. Kemudian disusun menjadi tiang (saka) dan hingga saat ini salah satu tiang penyangga di selatan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dikenal dengan Saka Tatal.

Kedua tempat ibadah tersebut, menurut catatan dibangun secara bersamaan dalam satu malam. Opan menyebutkan, satu tiang yang dibawa dari proyek pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa itu ditaruh di susunan paling atas bangunan utama Klenteng Jamblang.

"Sunan Kalijaga waktu itu sebagai pimpinan proyek Pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Kedua tempat ibadah dibangun bersamaan dalam satu malam karena orang yang membantu banyak," kata dia.

Opan menuturkan, pembangunan dua tempat ibadah yang berbeda secara bersamaan dalam satu malam tersebut bisa dimaknai sebagai monumen pluralisme atau kebinekaan.

Sunan Gunungjati dengan senang hati memberikan tiang perencanaan pembangunan masjid kepada pengawal istrinya untuk membangun klenteng. Bahkan, Sunan Kalijaga membuat pengganti tiang bernama Saka Tatal yang menjadi salah satu ikon Masjid Agung Sang Cipta Rasa itu sendiri.

"Saka Tatal bisa menjadi ikon keberagaman Sunan Gunungjati secara turunan dari Arab sedangkan Putri Ong Tien dari China tapi hidup rukun, bahkan saling membantu," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya