Kisah Mbah Srimpet dan Khasiat Air Kijing di Makam

Mbah Srimpet dikenal sebagai sosok yang bijak dan cerdas. Ia adalah menantu Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 27 Mei 2019, 03:01 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 03:01 WIB
Makam Mbah Srimpet atau Adipati Tejakusuma I yang berlokasi di belakang Masjid Jami’ Lasem, Rembang
Makam Mbah Srimpet atau Adipati Tejakusuma I yang berlokasi di belakang Masjid Jami’ Lasem, Rembang (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Rembang - Di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah tepatnya di belakang masjid Jami' Lasem, ada makam tokoh yang bernama Ki Ageng Punggur.

Mungkin belum banyak yang mengenalnya. Tetapi, jika disebut nama Raden Bagus Srimpet atau Mbah Srimpet, bisa jadi khalayak setempat langsung teringat bahwa ada Adipati Lasem dengan gelar Tejakusuma I.

Disebut Ki Ageng Punggur, karena dahulu kala tokoh ini sering bertapa atau menyepi di perbukitan Punggur. Kemudian disebut dengan nama Raden Bagus Srimpet, adalah panggilan akrab dari sang ibu.

Usut punya usut, nama Mbah Srimpet muncul saat lantaran dirinya sering berjalan di depan orang. Sehingga dianggap nyrimpeti atau menghalangi. Saat itu Mbah Srimpet masih anak-anak dan berjalan bepergian bersama orang tuanya.

Menurut silsilah, Mbah Srimpet adalah anak dari Pangeran Santiwira, yang kalau ditarik garis keturunan ke atas sampai pada Santipuspa yang merupakan Kakak Sunan Kalijaga.

Mbah Srimpet dikenal sebagai sosok yang bijak dan cerdas. Ia adalah menantu Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir.

Mbah Srimpet diangkat menjadi Adipati Lasem bergelar Adipati Tejakusuma I pada tahun 1585 Masehi, yang kala itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang.

Pusat pemerintahan Mbah Srimpet berada di sekitar Alun-Alun Lasem, Rembang--sekarang. Berbeda dengan para pemimpin pendahulunya yang menjadikan pusat pemerintahan di daerah Bonang-Binangun, Puri Kriyan Desa Sumbergirang maupun Cologowok, Desa Soditan.

Sekitar tahun 1588 Masehi itu pula Mbah Srimpet dibantu Mbah Sambu mendirikan Masjid Jami’ Lasem.

Seorang pemerhati sejarah di Lasem, Abdullah Hamid bercerita, saat memimpin Mbah Srimpet menerapkan konsep Mataraman. Misalnya, konsep perpaduan pusat kota antara masjid, keraton, dan alun-alun dalam satu kawasan.

"Mbah Srimpet hidup pada masa kasultanan Pajang. Beliau punya ahli-ahli yang mampu menjalankan konsep tata kota pradja, kombinasi keraton, masjid dan alun-alun. Dan konsep itu masih kita rasakan sampai sekarang," katanya Minggu (26/5/2019).

Bukti-bukti tersebut memperkuat kehidupan agama Islam pada masa pemerintahan Mbah Srimpet. Sejarah awal Islam di Lasem hadir ketika kepemimpinan Wirabadjra.

Kemudian saat kepemimpinan Wiranegara, barulah agama Islam ditetapkan sebagai agama resmi keraton. Artinya Mbah Srimpet atau Adipati Tejakusuma I tinggal meneruskan penyebaran agama Islam di Rembang dan sekitarnya.

"Jadi beliau Mbah Srimpet ini tinggal meneruskan, karena agama Islam sudah lebih dulu ditetapkan sebagai agama keraton, saat masa Adipati Wiranegara atau Mbah Brayut," ujar Hamid.

Cerita Khasiat Air Kijing di Makam Mbah Srimpet

Makam Mbah Srimpet atau Adipati Tejakusuma I yang berlokasi di belakang Masjid Jami’ Lasem, Rembang
Makam Mbah Srimpet atau Adipati Tejakusuma I yang berlokasi di belakang Masjid Jami’ Lasem, Rembang (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Mbah Srimpet diketahui lahir pada tahun 1555 Masehi dan wafat tahun 1632 Masehi pada usia 77 tahun kemudian dimakamkan di belakang Masjid Jami' Lasem. Makamnya, hanya dikelilingi pagar tembok dan tidak ada atapnya sama sekali.

"Pernah suatu saat makam Mbah Srimpet dipasangi atap. Tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba atap ludes terbakar," Abdullah Hamid menceritakan.

Makam Mbah Srimpet sampai sekarang tidak lagi diberi atap penutup. Saat ini persis samping Makam Mbah Srimpet sedang proses pembangunan pendopo Tetakusuman.

Nampak bangunan Tetakusuman tersebut cukup tinggi. Atap pendopo sama sekali tidak mengenai atas makam Mbah Srimpet, karena khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Menjadi pantangan, karena pernah diberi atap malah terbakar. Keanehan lain, dulu ketika ada burung melintas di atas makam beliau, akan langsung terjatuh. Makamnya kuno dengan motif-motif yang kental pada masa itu," Hamid mengisahkan.

Sementara, Kiai Hamid Baidhlowi pernah bercerita bahwa kedatangan tamu yang matanya hampir buta. Kiai Hamid menyarankan untuk mengusapkan air dari dalam kijing makam Mbah Srimpet. Atas izin Allah SWT, orang tersebut bisa melihat lagi.

"Beberapa waktu lalu, pernah datang lagi seorang dari Demak, masalahnya sama. Sakit mata nggak sembuh-sembuh. Oleh pengurus ta’mir disarankan mengambil air dari kijing Mbah Srimpet. Tentu tirakat dulu, riyadoh, baru usapkan air ke mata. Yang terpenting, doanya harus sama Allah SWT. Air itu ibaratnya wasilah saja," ungkap Kiai Hamid.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya