Gema Toleransi dari Gereja Lereng Gunung Slamet

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pengalusan, Desa Pengalusan, Kecamatan Mrebet telah melibatkan banser dan santri dalam perayaan Pentakosta.

oleh Muhamad RidloGaloeh Widura diperbarui 14 Jun 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi – Lereng Gunung Slamet.  (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Lereng Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta Sebentar lagi umat Nasrani merayakan Pentakosta atau Minggu Putih. Bagi masyarakat desa yang bermukim di lereng Gunung Slamet di Purbalingga, peringatan itu menjadi momen penting untuk memperkuat toleransi antar umat beragama.

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pengalusan, Desa Pengalusan, Kecamatan Mrebet telah melibatkan banser dan santri dalam perayaan Pentakosta atau Minggu Putih, Sabtu dan Minggu, 15-16 Juni 2019 mendatang.

Satkoryon Banser Kecamatan Mrebet dilibatkan dalam pengamanan. Panitia juga menghadirkan puluhan santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Roudlatus Sholikhin Sukawarah, Desa Kalijaran, Kecamatan Karanganyar.

Ketua panitia Perayaan Pentakosta GKJ Pengalusan, Pendeta Bagus Imam Tjahyono mengatakan pelibatan banser dan santri tersebut merupakan upaya untuk merawat semangat toleransi antar umat beragama. Tahun ini, Minggu Putih GKJ Pengalusan bertema ‘Endahing Seduluran’ atau indahnya persaudaraan.

"Acaranya kami kemas sedemikian rupa, agar kebersamaan yang toleran antar sesama manusia di Purbalingga terjalin erat," katanya menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Kamis (13/6/2019).

Rangkaian pentakosta sendiri diawali dialog lintas agama di gedung GKJ Pengalusan, Sabtu (15/6/2019), pukul 15.00-19.00 WIB. Dialog ini akan mendatangkan lima narasumber. Kelima narasumber itu yakni Wakil Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Purbalingga, KH Akhmad Khotib, Pdt Maria Puspitasari dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwokerto.

Kemudian, dialog untuk merekatkan toleransi itu juga mendatangkan dr Mulyadianto dari Forum Kerukunan Umat Beragama/FKUB Purbalingga, Ugo Untoro, seniman asal Purbalingga, serta Marno dari Yayasan Kalam Purbalingga. Dialog ini akan dipandu oleh Ustadz Sukhedi.

Tradisi Unik Pentakosta GKJ Pengalusan

Gunungan hasil bumi akan diperebutkan oleh masyarakat seusai lelang hasil bumi dan ternak dalam rangkaian perayaan Pentakosta GKJ Pengalusan, Purbalingga.  (Foto: Liputan6.com/Dinkomuinfo PBG/Muhamad Ridlo)
Gunungan hasil bumi akan diperebutkan oleh masyarakat seusai lelang hasil bumi dan ternak dalam rangkaian perayaan Pentakosta GKJ Pengalusan, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkomuinfo PBG/Muhamad Ridlo)

Dialog diperkirakan bakal diikuti oleh sekitar 250 orang, terdiri dari masyarakat di kaki Gunung Slamet seperti dari Desa Pengalusan, Serang dan Binangun, Komunitas Gusdurian Purwokerto, dan Komunitas Katresnan Tanpo Wates Purbalingga.

Kemudian, aktivis Badan Kerjasama Antar Gereja (BKSA) Purbalingga, kalangan santri, sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat, Camat Mrebet, Kepala Desa se-Kecamatan Mrebet, dan Yayasan Kalam Purbalingga.

"Acara dilanjut malam harinya, 19.00-20.30 WIB, di halaman parkiran gedung GKJ Pengalusan, warga di sekitar gedung gereja dihibur dengan pemutaran film oleh CLC Purbalingga," kata Bagus.

Pada Minggu (16/6/2019), sekitar pukul jam 07.00 – 09.00 WIB, jemaat GKJ Pengalusan mengikuti kebaktian peringatan Pentakosta yang dibawakan dengan bahasa Jawa. Yang unik, baik pendeta, majelis gereja maupun jemaat, semuanya mengenakan pakaian adat Jawa Banyumasan.

Kemudian, pukul 10.00-11.00 WIB di halaman parkiran gedung GKJ Pengalusan, digelar lelang Undhuh-undhuh berupa hasil pertanian dan peternakan. Di sini, masyarakat umum dan jemaat GKJ Pengalusan bersama-sama mengikuti lelang.

Barang-barang yang dilelang adalah hasil bumi dan hewan ternak. Misalnya, kacang panjang, kentang, kobis, wortel, singkong, nanas dan berbagai jenis sayuran serta buah-buahan. Juga ada ayam dan kambing.

Pelibatan Banser dan Santri dalam Pentakosta

Ilustrasi - Banser terlibat dalam pengamanan tradisi punggahan jelang puasa penganut Islam Kejawen dan Penghayat Kepercayaan di Cilacap dan Banyumas.  (Foto: Liputan6.com/Dinkomuinfo PBG/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Banser terlibat dalam pengamanan tradisi punggahan jelang puasa penganut Islam Kejawen dan Penghayat Kepercayaan di Cilacap dan Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Dinkomuinfo PBG/Muhamad Ridlo)

Kegiatan ini merupakan ungkapan rasa syukur para petani dan peternak di kaki Gunung Slamet atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelengkapan pangan hasil bumi dengan segala isinya kepada manusia.

"Juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahas Esa, karena lewat peristiwa Pentakosta manusia dipersatukan dalam persaudaraan," kata Bagus.

Lantas, panitia menyediakan dua buah gunungan yang berisi sayur-sayuran dan buah-buahan yang dibuat oleh jemaat GKJ Pengalusan, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Gunungan pertama untuk diperebutkan warga yang hadir, yang terdiri jemaat GKJ Pengalusan, puluhan santri dan masyarakat umum.

Sedangkan gunungan kedua, diserahkan oleh pendeta GKJ Pengalusan, Pendeta Bagus Imam Tjahjono kepada perwakilan dari Ponpes Roudlatus Sholikhin Sukawarah, Desa Kalijaran, Kecamatan Karanganyar. Oleh puluhan santri, gunungan itu diarak dengan iring-iringan mobil sejauh kurang klebih 15 km menuju ke Ponpes Roudlatus Sholikhin Sukawarah di Desa Kalijaran.

Supaya acara berjalan lancar, panitia menerjunkan tim keamanan yang beranggotakan Satkoryon Banser Kecamatan Mrebet dan pemuda GKJ Pengalusan.

"Melalui perayaan Pentakosta, panen raya undhuh-undhuh dan dialog lintas agama ini, kami ingin merawat keberagaman," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya