Tradisi Sepak Sawut Hipnotis Wisatawan di Festival Budaya Isen Mulang

Pertunjukan sepak sawut atau bola api turut meramaikan gelaran Festival Isen Mulang 2019 yang digelar di Palangkaraya.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 22 Jun 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2019, 19:00 WIB
Sepak Sawut
Pertunjukan sepak sawut atau bola api turut meramaikan gelaran Festival Isen Mulang 2019 yang digelar di Palangkaraya. (Liputan6.com/ Kementerian Pariwisata)

Liputan6.com, Palangkaraya - Tradisi dan budaya suku Dayak ditampilkan dalam Festival Budaya Isen Mulang 2019 (FBIM) untuk menarik wisatawan datang ke Palangkaraya Kalimantan Tengah (Kalteng).

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kalimantan Tengah Falery Tuwan, di Taman Budaya, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (21/6/2019) mengatakan, beragam budaya Suku Dayak ditampilkan di FBIM 2019 di antaranya Lawang Sakepeng dan Sepak Sawut.

"Lawang Sakepeng biasa dilakukan pada saat acara-acara pernikahan, dari pihak laki-laki dan perempuan ada pemainnya masing-masing, mereka bertemu di satu titik garis," ujar Falery Tuwan, menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Jumat (21/6/2019).

Saat FBIM yang digelar mulai 17-21 Juni 2019, Lawang Sakepeng menjadi salah satu acara tradisi yang dilombakan sehingga menjadi atraksi untuk menarik perhatian wisatawan.

"Lomba Lawang Sakepeng diadakan tiap tahunnya dalam rangka memeringati hari jadi Kalteng, ini adalah budaya seni turun-temurun dari Suku Dayak sebagai suku terbesar di Kalteng," kata Falery.

Menariknya, setiap daerah memiliki gerakan khas semacam silat namun dengan atraksi yang berbeda tergantung tempat tinggal masing-masing.

Tidak hanya lelaki yang memainkan tradisi ini namun juga perempuan, rata-rata mereka masih berusia muda.

Sementara untuk Sepak Sawut atau sepak bola api merupakan salah satu adat masyarakat Suku Dayak yang dahulunya digunakan sebagai ritual jika ada kematian.

Tradisi ini dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara menjadikan bola api sebagai alat untuk menakut-nakuti roh jahat.

Sepak Sawut menggunakan kelapa kering yang terlebih dulu dipukul-pukul agar empuk kemudian direndam di minyak tanah beberapa menit agar mampu menghasilkan api yang besar atau tinggi. Semakin tinggi api semakin bagus agar roh jahat pun menjadi lebih takut.

"Tapi sekarang ini, tradisi tersebut sudah mulai hilang namun tetap digelar sebagai salah satu pertunjukan demi melestarikan tradisi yang sudah dilakukan turun-temurun," kata Falery.

Ketua Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty mengatakan keunikan tradisi dan budaya yang tersaji di FBIM 2019 jelas memiliki daya tarik bagi wisatawan.

"Atraksi yang ditampilkan sangat menarik dan membuat event ini berlangsung meriah. Dalam bahasa lokal, Isen Mulang berarti tidak pernah mundur. Ini merupakan moto Palangkaraya yang menggambarkan keberanian masyarakat setempat," jelasnya.

Esthy juga menuturkan, Festival Budaya Isen Mulang menjadi momentum yang pas untuk membangkitkan industri pariwisata di Kalimantan Tengah. Kegiatan ini kental dengan nuansa budaya yang dikemas dengan standar nasional.

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya