Saat Jenazah Sang Kakak Jadi 'Kapal' Penolong Sang Adik yang Tenggelam

Saat itu saya panik, tiba-tiba perahu tenggelam. Yang saya pikirkan hanya menyelamatkan dua anak saya yang kebetulan ada di dekat saya

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jun 2019, 01:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2019, 01:00 WIB
Ilustrasi Tenggelam
Ilustrasi Tenggelam (istockphoto)

Liputan6.com, Pontianak - Juraida terlihat meneteskan air matanya, mengenang perjuangannya saat menyelamatkan dua buah hatinya saat perahu bermotor yang ditumpanginya kandas. Saat itu, kapal tenggelam di tengah sungai perairan Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat(21/6/2019) malam.

Masih segar diingatannya, saat perahu yang ditumpanginya tiba-tiba oleng dan tenggelam yang mengakibatkan putri pertamanya meninggal. Dan suaminya Eko Kusdianto, anggota Kodim Ketapang, sampai saat ini belum ditemukan.

"Malam itu, kami berencana ke rumah keluarga di Parit Masigi, Desa Ambawang Kuala. Kami berangkat dari Desa Mega Timur dengan menggunakan perahu kato," cerita Juraidah di RSI Yarsi Pontianak, Minggu (23/6/2019).

Awalnya semua berjalan dengan baik dan cuaca juga sangat mendukung. Namun, di tengah perjalanan, tiba-tiba suaminya Eko berpindah dari tempat duduknya semula.

Perpindahan Eko yang secara spontan, mengakibatkan perahu oleng dan langsung tenggelam di tengah sungai.

"Saat itu saya panik, tiba-tiba perahu tenggelam. Yang saya pikirkan hanya menyelamatkan dua anak saya yang kebetulan ada di dekat saya," katanya dilansir Antara.

Si kecil, Hafizah Khumairah (2) saat itu sudah dalam dekapannya. Di tengah gelap dan dalam kondisi tenggelam, dirinya berusaha meraih anak pertamanya, Khairunisa Endah Nisa Kurnia (12).

"Setelah dapat, saya minta si kakak untuk memegang adiknya, sambil saya berusaha berenang memegang mereka berdua. Tapi karena arus cukup kuat, saya juga tidak terlalu kuat menahan mereka berdua dan akhirnya saya jadikan tubuh kakak sebagai pelampung adiknya sambil terus berusaha mendorong mereka ke tepi," katanya dengan tetesan air mata, mengenang perjuangannya.

Hampir 800 meter dan lebih dari lima menit lamanya, dia berusaha untuk berenang ke tepi, sambil mendorong tubuh putri pertamanya. "Saya benar-benar panik dan terus berteriak minta tolong dan saya berharap segera sampai di tepi sungai," tuturnya.

Namun, nasib berkata lain, sesampainya di tepian sungai, dirinya mendapatkan anak pertamanya sudah tidak bernyawa. Dirinya juga tidak menemukan suaminya.

Selang berapa lama, sejumlah warga datang dan memberikan pertolongan. Namun sampai saat ini, Eko masih belum juga ditemukan usai kapal tenggelam.

Salah Satu Prajurit Terbaik itu Belum Pulang

20151220-Ilustrasi Kapal Tenggelam-AFP
Ilustrasi kapal tenggelam (AFP Photo)

Secara terpisah Dandim Ketapang Letkol Kav Jami'an mengatakan, sebelum pulang ke Pontianak, dirinya sempat ragu untuk memberika izin kepada anggotanya, Eko.

"Kebetulan tidak lama lagi kita akan menggelar kegiatan TMMD dan saudara Eko ini merupakan salah satu prajurit terbaik saya karena ilmu teritorialnya sangat baik. Saya sempat melarangnya pulang dan tidak ingin memberikan izin, namun beliau mengatakan sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya dan minta untuk diizinkan pulang, sehingga saya mengizinkannya," kata Jami'an saat ikut melakukan pencarian atas Eko di Sungai Ambawang.

Menurut Jami'an, Eko merupakan seorang prajurit yang selalu mau bekerja keras. Apa pun perintah yang diberikan kepadanya, selalu dilaksanakan dengan baik.

"Saya sangat mengapresiasi kerja dari kawan-kawan Basarnas, anggota TNI dan Polsek Sungai Ambawang serta warga setempat yang sudah berusaha melakukan pencarian. Bahkan, pak Bupati Kubu Raya juga ikut turun langsung dan kami berterimakasi atas hal itu," katanya.

Dirinya menyatakan langsung datang ke Kubu Raya setelah proses pemakaman anak pertama dari Eko yang dimakamkan di Ketapang. "Kita berharap agar Eko bisa segera ditemukan dan kami mengharapkan doa dari semua pihak," tuturnya.

Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan yang melihat langsung kondisi Juraida dan anak keduanya di RSI Yarsi Pontianak menyatakan turut prihatin atas musibah yang menimpa keluarga tersebut.

"Saya berharap agar keluarga ini diberikan kekuatan dalam menghadapi musibah yang baru mereka lalui. Mudah-mudahan, suami dari Ibu Juraida segera ditemukan dan kami dari Pemkab Kubu Raya menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban," kata Muda.

Pada kesempatan itu, Muda juga menyatakan, Pemkab Kubu Raya akan menanggung semua biaya pengobatan Juraida dan anaknya selama di RSI Yarsi Pontianak melalui Dinas Kesehatan Kubu Raya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya