Kirab Banjaran Mojobangkit, Mbok Ireng Bawa Sodo Lanang Menumpas Sukerti

Dengan tema 'Spirit of Mojopahit' kami ingin membangkitkan kembali kejayaan Kerajaan Majapahit.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2019, 00:01 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2019, 00:01 WIB
Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit
Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit (Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Mojokerto - Hari jadi Kota Mojokerto ke-101 Kamis (27/6/2019) menjadi momen untuk membangkitkan kejayaan Kerajaan Majapahit dengan acara Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit.

Meski format acara terinspirasi dari keanekaragaman budaya Nusantara dan kisah epik Kerajaan Majapahit, namun balutan kekinian tak ketinggalan.

Salah satunya terjadi saat kirab yang mengambil start dari Rumah Dinas Wali Kota Mojokerto itu sampai di garis finis di Kantor Pemkot Mojokerto. Para penari remo yang siap berancang-ancang menari diikuti dengan warga yang masuk arena.

Mereka ikut menari bersama para penari lainnya. Bahkan, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari dan suami, Supriyadi Karima Saiful, ikut menari bersama.

Jadilah acara ngeremo (menari Remo) massal itu menyedot partisipasi semua warga yang memadati Kantor Pemkot.

"Dengan tema 'Spirit of Mojopahit' kami ingin membangkitkan kembali kejayaan Kerajaan Majapahit. Tapi kemasannya juga tetap harus kekinian karena kami percaya yang kisah agung di masa lalu bisa dipadukan dengan konsep acara modern," kata Ning Ita, panggilan akrab Ika Puspitasari.

Kirab tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara HUT ke-101 Kota Mojokerto yang digelar selama dua bulan ini. Kirab menampilkan kesenian Nusantara, arak-arakan patung Pancasila, hingga ornamen-ornamen dari Kerajaan Majapahit.


Mbok Ireng

Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit
Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit (Liputan6.com/Istimewa)

Barisan paling depan kirab dipimpin oleh "cucuk lampah" yang terdiri dari sebarisan Mbok Ireng yang bersenjatakan sodo (lidi) lanang tumbak sewu dan bertugas membersihkan segala kejahatan (sukerti).

Selain itu, mereka juga menyingkirkan segala "sengkolo rubedo" dan segala bentuk kejahatan angkara murka berupa tuntutan hidup dan pamomong. Termasuk perlambang dari empat unsur kehidupan yaitu air, api, angin, tanah, dan moncowarno.

Selain itu, ada juga simbol sodo lanang tumbak sewu alias lidi yang berjumlah tiga puluh tiga sesuai jumlah neptu hari dan pasaran dalam kalender Jawa. Maknanya, tidak akan pernah ada lagi kejahatan hadir di hari selanjutnya.

Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit, kata Ning Ita, adalah awal dari rangkaian pengembangan bagi para pelaku seni dan pegiat budaya untuk bersinergi serta berkolaborasi.

"Ini tanggung jawab Pemkot Mojokerto ikut menjaga, melindungi dan melestarikan budaya lokal," ucapnya.

Ning Ita berharap melalui acara-acara seperti ini generasi muda dan kaum milenial semakin mencintai budaya lokal dan tidak terpengaruhi budaya asing sehingga terbentuk budaya berkarakter.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya