Musim Kemarau, Paru-Paru Dunia di Siak Terbakar

Berakhirnya musim hujan di Riau kembali memicu terjadinya kebakaran lahan dan hutan, terutama di kawasan pesisir. Cagar Biosfer Giam Siak Kecil juga terkena imbas dari kebakaran lahan ini.

oleh M Syukur diperbarui 09 Jul 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 12:00 WIB
Kebakaran lahan di Riau mengepulkan asap setelah didinginkan petugas.
Kebakaran lahan di Riau mengepulkan asap setelah didinginkan petugas. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Musim hujan mulai berakhir di wilayah pesisir Riau. Masuknya musim kemarau kering membuat lahan di Bumi Lancang Kuning, apalagi dibantu ulah manusia, kian mudah membara. Seperti yang terjadi di Kabupaten Rokan Hilir.

Sudah beberapa hari kawasan itu dilanda kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Meski sudah dipadamkan petugas gabungan TNI, Polri dan BPBD setempat, titik api baru muncul di daerah lainnya dengan skala lebih besar.

Awal pekan ini, sudah ada 156 hektare lahan dilumat api. Jumlah itu terdapat di empat lokasi di tiga kecamatan, di antaranya Pakaitan, Rimba Melintang, dan Simpang Kanan.

"Kebakaran juga terpantau di Kelurahan Sungai Segajah, tepatnya di Simpang Lasa, Dusun Sejahtera," jelas Kepala Bagian Operasional Polres Rokan Hilir Komisaris Antoni Lumban Gaol, Senin petang, 8 Juli 2019.

Menurutnya, kebakaran lahan di Rokan Hilir tak sepenuhnya disebabkan alam, meski wilayah utara Riau termasuk kategori rawan terbakar saat musim kemarau. Tangan manusia yang ingin mudah membuka lahan untuk dijadikan kebun juga menjadi faktor dominan.

Sebagai bukti, sudah tiga orang ditangkap karena diduga sengaja membakar lahan. Ketiganya menambah daftar jumlah orang yang ditangkap polisi di Riau sepanjang tahun 2019 menjadi 16 orang.

"Ketiganya adalah Asnawi, Tongku Umar Siregar, dan Apiluddin. Sudah ditangani sesuai prosedur, sementara untuk perusahaan belum ada tersangka," sebut Antoni.

Antoni menjelaskan, kebakaran lahan yang disengaja tak hanya menyebabkan kerugian materi. Biasanya, kebakaran masif bakal menimbulkan asap dan mengubah kualitas udara sehingga tidak sehat bagi makhluk hidup.

"Namun hingga kini, kualitas udara di Rokan Hilir masih bagus. Berbagai upaya dilakukan agar kebakaran diatasi, termasuk meminta bantuan alat pemadam dari perusahaan," jelas Antoni.

Meluas ke Biosfer

Polisi menyegel lahan di Riau karena diduga sengaja dibakar pemiliknya.
Polisi menyegel lahan di Riau karena diduga sengaja dibakar pemiliknya. (Liputan6.com/M Syukur)

Tak hanya di Rokan Hilir, kebakaran juga melanda kawasan Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil. Kebakaran lahan di lokasi yang diakui UNESCO itu sebagai Cagar Biosfer atau paru-paru dunia terjadi sejak akhir pekan lalu.

Menurut Kepala BPBD Riau Edward Sanger, kebakaran di Giam Siak Kecil terjadi di daerah Tasik Betung. Satu helikopter MI 171 secara khusus diterbangkan ke sana untuk menjinakkan api.

"Laporan dari lokasi, sudah ada 85 kali sortie atau bom air dijatuhkan ke lokasi terbakar," kata Edward.

Tak hanya melalui udara, tim darat juga dikerahkan ke lokasi agar kebakaran tak meluas. Pihak Polsek dan TNI setempat diminta bantuan, begitu juga dengan masyarakat, agar saling bahu-membahu memadamkan api.

Sudah berapa luas kawasan itu terbakar, Edward belum memastikan. Menurutnya, petugas di lapangan masih fokus memadamkan titik api agar asapnya tidak menyebar ke daerah lain.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Suharyono menyebut kebakaran berada di wilayah penyanggah. Namun, hal ini tetap diwaspadai agar tak masuk ke kawasan inti atau konservasi.

"Laporan dari petugas di lapangan, kebakaran sekitar satu hektare, sejak Jumat pekan lalu," katanya.

Berbeda dengan Edward, Suharyono menyebut lokasi terbakar sudah dipadamkan. Hal itu berkat kerjasama pihaknya dengan Manggala Agni dan petugas TNI beserta Polri.

Capai 4.427 Hektare

Kebakaran lahan di Riau yang berhasil dipotret petugas dari udara.
Kebakaran lahan di Riau yang berhasil dipotret petugas dari udara. (Liputan6.com/M Syukur)

Di sisi lain untuk mengantisipasi kebakaran lahan agar tak meluas, BPBD Riau akan mengerahkan 1.500 pasukan darat ke berbagai daerah rawan. Sebelum diterjunkan semua pasukan ini bakal diupacarakan terlebih dahulu di Pekanbaru.

"Itu pasukan gabungan TNI, Polri, BPBD, dan unsur lainnya di Riau agar Karhutla tidak meluas," tegas Edward.

Selain darat, BPBD juga sudah menyiagakan tiga helikopter berbagai tipe untuk bom air. Dua di antaranya masih menunggu instruksi dari BNPB dan satunya masih proses perpanjangan kontrak.

Selain itu, sudah ada tiga helikopter jenis Sikorsky, MI 171 dan MI 8MVT diterbangkan memadamkan api. Satu helikopter terakhir diistirahatkan dan masih menunggu instruksi untuk diterbangkan.

"Dan masih ada helikopter lainnya diperbantukan perusahaan untuk memadamkan api," jelas Edward.

Hingga awal Juli 2019 ini, BPBD mencatat sudah ada 4.427,89 hektare lahan terbakar di Riau. Jumlah itu terjadi di seluruh kabupaten dan kota di Riau, di mana Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah paling luas, yaitu 1.435 hektare.

Di Bengkalis, kebakaran lahan yang paling luas berada di Pulau Rupat. Wilayah yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka itu terbakar sejak awal tahun dan terus memburuk hingga Mei.

Hal ini membuat Panglima TNI harus mengirimkan seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat untuk membantu pemadaman. Saat ini, Pulau Rupat cenderung stabil setelah kebakaran berhasil diatasi dengan baik.

Selain Bengkalis, kebakaran turut melanda wilayah Rohil dengan luas kebakaran mencapai 702,25 hektare. Selanjutnya Siak 372 hektare, Dumai 270,75 hektare dan Meranti 232,7 hektare.

Kemudian Kabupaten Indragiri Hilir 120 hektare, Pelalawan 103 hektare, Indragiri Hulu 72 hektare, Kampar 64,9 hektare dan Kuansing lima hektare.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya