Mengunjungi Pulau Ular Buton Selatan, Nama Boleh Seram tapi Bikin Ketagihan

Pulau Ular di Buton Selatan, ternyata menyimpan sejarah tersembunyi dibalik keindahan pantainya.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 21 Jul 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2019, 06:00 WIB
Pesona Pulau ular di Buton Selatan.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)
Pesona Pulau ular di Buton Selatan.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Buton Selatan - Pulau Ular, adalah salah satu lokasi wisata pantai di Kabupaten Buton Selatan. Mendengar namanya, kita akan langsung ragu mengunjungi tempat ini.

Tetapi, jangan dulu berpikiran lain. Pesona pulau ini ternyata bisa mengalahkan namanya saat kita sudah menginjakkan kaki disana.

Ada kisah zaman dahulu, kenapa warga disana menyebut lokasi ini dengan nama pulau Ular. Padahal, nama asli tempat ini adalah Liwuntokidi.

Dari Kota Makassar, wisata ke pulau ular bisa ditempuh dengan waktu 45 menit menggunakan pesawat udara dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menuju Bandara Betoambari Baubau.

Sementara jika dari Baubau, jika menggunakan guide lokal, kita diantar menuju Pelabuhan Topa.

Dari pelabuhan Topa menuju Pulau Ular, memakan waktu 35-40 menit ketika cuaca cerah. Disarankan, bagi yang tak menyukai ombak, setelah matahari terbit langsung melakukan perjalanan ke pulau ini dari Topa.

Pengunjung bisa menyewa perahu lokal dengan harga Rp50 ribu per orang. Tarif wisata ini sudah termasuk jasa menjemput saat wisatawan akan kembali ke Kota Baubau.

Nah, sebelum kapal mendarat di tepi pantai dan siap memulai wisata, tiuris bakal terpesona dengan pasir putihnya. Dari kejauhan, pulau ular seperti memanggil untuk menginjakkan kaki di atas hamparan pasir putih.

Savana di Pulau Ular

Savana yang menjadi salah satu pesona pulau ular Buton Selatan.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)
Savana yang menjadi salah satu pesona pulau ular Buton Selatan.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)

Pulau Ular, meskipun namanya seram, juga memiliki keindahan lain. Yakni, taman savana yang menjadi semacam karpet hijau bila dilihat menggunakan drone.

Padang savana, membentang di belakang hamparan pasir putih. Jika wisatawan sudah puas bercanda dengan birunya laut, savana bisa menjadi spot foto selanjutnya.

"Tempatnya cocok bagi liburan keluarga, blogger atau fotografer. Instagramable juga," ujar Asmar, salah satu warga asal Kota Baubau.

Di hamparan savana, menjadi salah satu ikon pulau ular. Serasa di pantai biasa jika tak mengambil foto berlatar savana dan pohon kelapa.

"Agak aneh, savana biasanya di tengah hutan. Tetapi ini di dekat pantai," ujar Asmar.

Tempat Camping Keluarga

Pulau Ular bisa dijadikan lokasi camping.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)
Pulau Ular bisa dijadikan lokasi camping.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)

Jika tak menginap di Pulau ular, serasa ada yang kurang. Pesona sunset dan sunrise bisa dinikmati langsung dari Pulau Ular.

Jika udara sedang cerah, apalagi kamera mendukung, berswafoto di pulau ular akan menjadi kenang-kenangan yang bisa diandalkan. Tidak hanya itu, deretan pohon nyiur yang rapat, menjadi tempat yang cocok bagi wisatawan yang membawa serta hammock.

"Kita bisa tidur di hammock atau mendirikan tenda supaya bisa menginap disana," ujar Lian Antono.

Ketika membawa keluarga, disarankan membawa perlengkapan makan, peralatan tidur dan menginap yang cukup. Sebab, lokasi pulau ini agak jauh dari daratan terdekat.

"Palung seru jika mendirikan dua atau tiga tenda, membakar api unggun," ujar Lian Antono.

Lian mengatakan, saat malam hari sangat istimewa. Jauh dari hiruk pikuk kota, menjadikan pulau ular tepat untuk menenangkan diri usai bergelut dengan tugas kantor.

Kisah Pulau Ular

Pulau Ular juga memiliki terumbu karang yang indah.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)
Pulau Ular juga memiliki terumbu karang yang indah.(Liputan6.com/La Dicky Milar Untuk Ahmad Akbar Fua)

Awalnya, pulau ini bernama Liwuntokidi. Dahulu, saat penjajah menempati wilayah Buton Selatan, pulau Ular dianggap tempat paling aman.

Sebab, lokasinya tersembunyi dan jauh dari keramaian. Karena susah dilacak oleh musuh, oleh penjajah, pulau ini kemudian dijadikan tempat penampungan senjata.

"Kata cerita orang tua dulu, tempat menyimpan senjata, bedil, dan amunisi," ujar Irwan.

Akal bulus penjajah, agar warga tak berani mendekat, pulau ini kemudian diberi nama menyeramkan. Mereka menebar cerita, jika pulau ini banyak dihuni ular berbisa.

"Nah, warga kemudian takut mendekat. Nanti beberapa tahun setelah penjajah angkat kaki, pulau ini kemudian diketahui tak ada tanda-tanda adanya ular seperti yang diceritakan," ujar Irwan.

Kebalikannya, saat ini Pulau Ular menjadi tujuan wisata wisatawan asing dan lokal. Tidak hanya itu, wilayah ini menjadi ikon daerah yang akan dikembangkan dengan sejumlah fasilitas lengkap.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya