Air Laut Tercemar Minyak, Petani Garam Libur Dulu

Kilang minyak yang bocor membuat air laut di Karawang tercemar. Petani garam pun berhenti produksi.

oleh Abramena diperbarui 31 Jul 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2019, 19:00 WIB
Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Pegawai Pertamina melintas di depan tumpukkan karung berisi limbah tumpahan minyak (oil spill) di Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran terjadi di sumur lepas pantai YYA1 Karawang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Karawang - Petani garam di pesisir pantai utara Karawang, Jawa Barat berhenti berproduksi. Hal ini merupakan dampak air laut sebagai sumber utama pembuatan garam tercemar minyak yang bocor sejak dua minggu lalu.

Para petani garam di Batujaya dan Tempuran resah akibat tumpahan minyak yang menyebar hingga ke lepas pantai. Air laut tercemar tersebut membuat sebagian petani enggan menggarap lahannya lantaran bahan baku garam sudah tidak layak diolah menjadi garam.

Suwito (52) petani garam asal Desa Sungai Buntu, Kecamatan Cibuaya mengatakan, sejak adanya insiden kebocoran Anjungan Lepas Pantai YY Area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ), Kawarang, petani garam berhenti memproduksi karena air laut sudah terkontaminasi minyak.

"Sejak adanya peristiwa kebocoran anjungan lepas pantai, para petani garam berhenti produksi," kata Suwito, Senin, 29 Juli 2019. 

Menunggu Perbaikan Kilang

Tercemar Minyak Pertamina, Petani Garam di Karawang Berhenti Produksi
Petani garam di pesisir pantai utara Karawang, berhenti berproduksi, dampak air laut sebagai sumber utama pembuatan garam tercemar minyak pertamina yang bocor sejak dua minggu lalu. (Liputan6.com/Abramena)

Dia juga mengatakan para petani garam enggan menggarap lahannya, sejak adanya peristiwa tersebut karena khawatir tumpahan minyak yang terus naik ke bibir pantai akan masuk ke lahan garapan pembuatan garam sehingga akan merugikan semua pihak.

"Petani sudah tidak menggarap lahan tambak pembuatan garam karena khawatir air bercampur bahan berbahaya masuk ke tambak garam," katanya.

Petani garam di pesisir Ciparage, Tempuran, Karmin (40) menjelaskan dia dan rekan-rekan menunda aktivitas menggarap tambak garam karena sewaktu-waktu saat memasukkan air laut untuk produksi garam sudah tidak steril dari tumpahan minyak yang masih mengalami kebocoran di lepas pantai yang jaraknya hanya 7 mil dari bibir pantai.

"Untuk sementara tidak memproduksi garam dulu, karena proses perbaikan kilang minyak yang bocor belum selesai," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya