Kesaksian Jemaah: Cuaca Makkah Mendadak Sejuk Saat Mbah Moen Wafat

Cuaca di Makkah mendadak berubah sejuk saat Kiai Maimun Zubair wafat Selasa pagi (6/8/2019) sekitar pukul 04.17 waktu setempat.

oleh Yanuar H diperbarui 07 Agu 2019, 08:54 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2019, 08:54 WIB
Cuaca Makkah Sejuk
Cuaca di Makkah mendadak berubah sejuk saat Kiai Maimun Zubair wafat Selasa pagi (6//8/2019) sekitar pukul 04.17 waktu setempat. (Liputan6.com/ Istimewa/ Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Cuaca di Makkah mendadak berubah sejuk saat Kiai Maimun Zubair wafat Selasa pagi (6//8/2019) sekitar pukul 04.17 waktu setempat. Hal tersebut diutarakan Beny Susanto, yang juga pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat Mbah Moen meninggal, Beny juga sedang berada di Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Kepada Liputan6.com dirinya mengatakan, meninggalnya Mbah Moen yang diiringi petanda alam membuktikan dirinya kekasih Allah. 

"Terbukti dari sejumlah kesaksian, penanda selama hayatnya atas karomah yang pernah dibuktikan beberapa orang," katanya.

Menurut kesaksiannya, selama berada di Makkah beberapa hari terakhir cuaca panas, malam berkisar 36 derajat C lebih dan siang hari bahkan mencapai 50 derajat C.

"Tiba-tiba menjelang wafatnya terjadi hujan, jalanan bergenangan air. Matahari tertutup awan. Ada sisa genangan airnya," kata Beny.

Kondisi cuaca di Mekkah saat Mbah Moen wafat terbilang sejuk dan awan menutupi Makkah. Bahkan saat patakziah berjalan kaki menuju masjid kondisi awan masih mendung.

"Pagi kami bangun seperti biasa dan kami liat di jendela suasana di luar hujan ternyata jemaah haji tidur nyeyak dan udara terasa sejuk sehingga nyaman," katanya.

Saat jenazah Mbah Moen disalatkan, ribuan orang berbondong-beondong datang, bahkan jemaah dari berbagai negara juga turut ikut.

"Semua jalan kaki karena bis untuk salat dihentikan menjelang wukuf di Arafah. Jemaah dianjurkan di hotel atau musala sekitar hotel tidak ke Masjidil Haram," katanya.

Menurut Beny, ada dua penanda kewalian Mbah Moen, yaitu soal kemanusiaan (ngewongke wong, dari rakyat biasa, bodoh, pintar, maupun pejabat sampai presiden, diterima dengan tulus dan penuh penghormatan), dan perdamaian (al-ishlaah).

"Tentu saja jangan ditanyakan soal keilmuan maupun kedekatan kepada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW karena sudah pasti," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Tokoh Perdamaian

Beny mengakui Kiai Maimun Zubair merupakan tokoh perdamaian. Mbah Moen termasuk yang konsisten pada Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

"Beliau meninggal dengan husnul khotimah di tanah suci, mewariskan jejak perjuangan keilmuan, keteladanan akhlak, perdamaian, kemanusiaan yang akan diteruskan keluarga, santri-santri, bangsa dan negara Indonesia serta umat manusia," katanya.

Beny mengatakan walaupun belum pernah bertemu secara fisik dengan Mbah Moen tapi pemikiran, kiprah, dan rekam jejaknya bisa ditemui dalam banyak media, tulisan, murid dan orang yang pernah berjumpa langsung. Mbah Moen menurutnya bukanlah ulama alim biasa tetapi telah mencapai posisi kekasih Allah (min auliyaa illaah).

"Namun beruntung masih bisa bertemu beliau meskipun telah wafat dan menyalatkan bersama jutaan umat muslim dari berbagai negara di Masjid al-Haram," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya