GP Ansor Harap-Harap Cemas Menanti Jatah Pos Menteri untuk Kader NU

Yaqut mengklaim NU telah berdarah-darah memenangkan Jokowi di Pilpres.

oleh Dewi Divianta diperbarui 24 Agu 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2019, 05:00 WIB
Ketua GP Ansor Yaqut Cholil
Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas meminta kepada Jokowi agar NU diberikan pos menteri strategis (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar - Tak hanya partai politik yang berebut mengharapkan jatah menteri pada Kabinet Indonesia Kerja (KIK) jilid II, sejumlah ormas pun merasa berhak atas jatah pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin itu.

Salah satunya adalah Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas berharap Jokowi memberikan pos menteri strategis kepada kader-kader Nahdlatul Ulama (NU). Sebab, kata Yaqut, NU telah cukup berkontribusi besar bagi kemenangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin pada pilpres lalu. 

"Menteri itu hak prerogatif presiden. Kita serahkan saja sepenuhnya kepada presiden, tetapi sebagai kader NU, Ansor, Banser ini berharap. NU kemarin berdarah-darah ikut berjuang memenangkan Jokowi-KH Ma'ruf Amin," kata Yaqut di Tabanan, Bali, Jumat (23/8/2019).

Sebagai kompensasinya, Yaqut mengharapkan 'jatah' menteri kepada Jokowi. Hanya saja, ia tak mau lagi pos menteri yang diberikan untuk NU merupakan pos menteri yang dianggapnya biasa-biasa saja.

"Tentu kita berharap NU diakomodasi di dalam pemerintahan, masuk dalam kabinet dengan komposisi signifikan. Bukan hanya soal jumlah, tetapi juga dalam posisi-posisi yang lebih strategis," ujarnya.

Ia meminta kepada Jokowi agar NU diberikan pos menteri strategis semisal Menteri BUMN atau Menteri Koperasi dan UKM.

"Posisi-posisi sebagaimana yang dulu pernah diberikan ke NU yang sangat steretotipe NU. Misalnya, NU isinya orang desa, dikasih menteri desa. Kader NU banyak yang menganggur, dikasih menteri tenaga kerja. NU ngurusi agama, dikasih Menteri Agama," paparnya.

"Kita berharap kasihlah NU ini yang lebih strategis. Misalnya Menteri BUMN, Menteri Koperasi dan UKM, naik kelas sedikit. Di NU ini banyak ahli tentang BUMN, ekonomi, koperasi, dan lain sebagainya. Jangan dipandang NU ini seperti 20-30 tahun lalu. NU sudah banyak berubah," tambah Yaqut.

Di sisi lain, Yaqut mendukung wacana Jokowi akan lebih banyak merekrut anak-anak muda untuk menjadi pembantunya di kabinet. Bagi Yaqut, anak-anak muda memiliki semangat juang tinggi dan visi yang jauh ke depan.

"Kita juga berharap banyak anak muda, karena mereka punya gairah, respon cepat dan sudah barang tentu visinya lebih jauh ke depan. Wacana akan merekrut kelompok milenial masuk kabinet kita sangat setuju. Kita memiliki bonus demografi yang luar biasa. Ini potensi yang harus dimanfaatkan. Kalau salah kelola, bonus demografi yang harusnya jadi kemanfaatan malah menjadi bencana," ujarnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya