Warga Sumsel Salat Meminta Hujan di Tengah Ancaman Kebakaran Hutan

Krisis air bersih akibat musim kemarau panjang serta ancaman karhutla di Sumsel membuat warga Sumsel beramai-ramai menggelar salat Istisqa meminta hujan.

oleh Nefri Inge diperbarui 28 Agu 2019, 02:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2019, 02:00 WIB
Warga Sumsel Salat Meminta Hujan di Tengah Ancaman Karhutla
Salat Istisqa atau salat meminta hujan digelar di halaman Griya Agung Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa daerah di Sumatera Selatan (Sumsel), kembali membuat cemas para warga. Cuaca yang panas pada musim kemarau, membuat warga Sumsel tergerak untuk melaksanakan Salat Istisqa.

Salat Istisqa sendiri merupakan kegiatan rutin warga Sumsel, saat menghadapi ancaman karhutla dan paparan kabut asap pada musim kemarau.

Ibadah umat muslim ini beberapa kali dilakukan, terutama pada 2015 dengan kasus karhutla terbesar di Sumsel dan turut menyumbang polusi asap di Indonesia.

Kegiatan ini digelar pada Selasa (27/8/2019) pagi di tiga lokasi, yaitu di Griya Agung Palembang, Mapolda Sumsel, dan Makodam II/Sriwijaya Palembang.

Di Griya Agung Palembang sendiri dihadiri Gubernur Sumsel Herman Deru, Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel Mawardi Yahya dan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel.

Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, salat istisqa ini menjadi cara berserah diri kepada Allah SWT dengan tujuan meminta hujan.

"Sudah 41 hari tanah Sumsel tidak dibasahi hujan, tidak ada alasan untuk sombong. Upaya kita untuk pencegahan karhutla juga sudah maksimal, seperti menggunakan teknologi canggih, mulai dari pemadaman dengan karung goni hingga waterbombing," ujarnya.

Salat istisqa ini ini dilakukan karena sudah banyak daerah di Sumsel yang kekeringan, termasuk anak sungai dan daerah aliran sungai.

Bahkan, banyak aliran anak sungai yang terputus teraliri air. Sungai Musi yang menjadi sumber pengairan di sungai-sungai kecil pun sudah berkurang debit airnya.

"Kita meminta agar pemerintah kabupaten/kota untuk membantu masyarakat yang dilanda kekeringan. Salah satunya dengan upaya bantuan kirim air bersih dan air minum ke daerah yang kekeringan," katanya.

Meskipun kekeringan di Sumsel masih terkendali, tetapi ada beberapa daerah yang kesulitan mendapatkan air bersih untuk minum. Bahkan, lokasi sumber air yang jauh, membuat warga yang tinggal di daerah rawan kekeringan, kesulitan mendapatkan air minum.

 

Kekeringan Air Minum

Warga Sumsel Salat Meminta Hujan di Tengah Ancaman Karhutla
Gubernur Sumsel Herman Deru didampingi Wagub Sumsel Mawardi Yahya saat berada di shaff pertama jamaah Salat Istisqa meminta hujan di halaman Griya Agung Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Sumsel juga turut mengalami kesulitan dalam mengisi pipa-pipa air. Karena banyak pipanya menggantung diakibatkan air sungai yang surut.

"Untuk pengambilan air baku, pipanya sekarang sudah gantung. Saya imbau agar saat air pasang perlu dilakukan filter, takut air payau masuk ke pipa. Untuk warga Sumsel agar sementara waktu ini mulai berhemat penggunaan air," ucapnya.

Gubernur Sumsel juga mendapat bantuan dari tim BPPT, untuk melakukan pengecekan ketersediaan awan penghujan. Ini menjadi upaya persiapan teknik modifikasi cuaca.

"Jika awan ada, maka mereka akan segera mendatangkan pesawat TMC untuk menebar garam agar bisa membuat hujan buatan," ungkapnya.

Dari hasil pengamatan selama menanggulangi karhutla, 90 persen kebakaran diakibatkan oleh ulah manusia. Namun, orang nomor satu di Sumsel ini, masih menunggu hasil penelitian litbang terkait faktor apa yang menyebabkan karhutla di Sumsel.

Beberapa alasan oknum tertentu yang membakar lahan, karena ingin membuka kebun yang luas tanpa menggunakan peralatan yang aman dan lebih praktis.

 

Salat Istisqa TNI

Warga Sumsel Salat Meminta Hujan di Tengah Ancaman Karhutla
Ribuan warga dan pejabat di lingkungan Pemprov Sumsel mengikuti salat Istisqa meminta hujan di halaman Griya Agung Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

"Apakah sisanya 10 persen karena faktor alam, baik karena pantulan sinar matahari, atau gesekan pohon dan sebagainya. Hasil litbang ini akan kita jadikan acuan untuk antisipasi karhutla,” katanya.

Sementara itu, ratusan prajurit dan PNS Kodam II/Sriwijaya Palembang turut menggelar salat istisqa minta diturunkan hujan dan doa bersama di Makodam II/Sriwijaya.

Kegiatan salat istisqa ini juga dilaksanakan secara serentak di seluruh satuan jajaran Kodam II/Swj baik di Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung (Babel).

Kasdam II/Swj Brigjen TNI Syafrial mengatakan, pihaknya serempak melakukan salat istisqa untuk mohon diturunkan hujan di seluruh wilayah Kodam II Sriwijaya yang meliputi Sumsel, Bangka-Belitung, Jambi, Lampung, dan Bengkulu.

"Selain upaya di lapangan yang sudah kita lakukan untuk mencegah meluasnya karhutla, kita di sini melakukan upaya dengan salat dan berdoa agar hujan segera diturunkan," ujarnya.

"Kita sudah melakukan secara maksimal untuk pencegahan karhutla, ini merupakan bentuk upaya lain yang dilakukan," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya