Pagi Penuh Asap di Kolaka Timur, Minum Kopi Tak Nikmat Lagi

Kabut asap di Kolaka Timur, mengganggu aktivitas warga termasuk aktivitas minum kopi saat pagi hari.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 10 Sep 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2019, 06:00 WIB
Kabut asap yang terjadi di wilayah Kolaka Timur, menganggu aktifitas minum kopi warga, Minggu (8/9/2019) pukul 8.30 Wita.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Kabut asap yang terjadi di wilayah Kolaka Timur, menganggu aktivitas minum kopi warga, Minggu (9/9/2019) pukul 8.30 Wita.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kolaka Timur - Aktivitas minum kopi pagi hari di Kolaka Timur, tak senikmati biasanya sejak Kamis (5/9/2019) hingga Minggu, 8 September 2019. Lahan gambut yang terbakar, menyebabkan kabut asap turun pada sejumlah kecamatan sejak pukul 06.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita.

Khusus di wilayah Kecamatan Rate-rate dan Lalolae, kabut asap menghalangi jarak pandang pengendara. Padahal, biasanya hanya ada kabut pegunungan yang biasanya akan tersapu angin dan sinar matahari pada pukul 08.00 Wita.

Kebakaran lahan gambut di Kabupaten Kolaka Timur sudah terjadi selama 12 hari. Tercatat, ada 4 kecamatan yang sudah merasakan dampak asap gambut, Kecamatan Lalolae, Tinondo, Mowewe, dan Rate-rate.

Selama 12 hari setelah hari pertama kebakaran, sekitar 230 hektare lahan gambut hangus terbakar. Api sempat mengecil, Jumat, 6 September 2019. Kemudian api kembali menyala, Sabtu (7/9/2019) hingga Senin (9/9/2019).

Ardi Masseng, warga Tinondo mengatakan, asap gambut sangat terasa saat pagi. Biasanya, hanya kabut di halaman rumah, kini bertambah sesak dengan bau khas rumput terbakar.

"Kita mau minum kopi pagi hari saja sudah tak enak. Tapi, biasanya hilang kalau sudah ada angin pas matahari mulai naik," ujar pria yang berperofesi petani itu.

Ardi Masseng dan sejumlah warga yang beraktivitas pada pagi hari cukup terganggu. Apalagi, pengemudi kendaraan lintas kabupaten dan provinsi yang melalui jalur di wilayah itu.

"Kalau bawa motor pagi-pagi selama beberapa hari ini, agak lebih hati-hati," tambah Ardi.

Kepala Sekolah SD Rate-rate, Risnawati mengatakan, sejak pukul 03.00 Wita pagi, kabut asap mulai terasa. Dia mengungkapkan sempat mengalami sesak napas karena asap gambut.

"Kita terbangun, karena asap tiba-tiba penuh di sekitar rumah. Sempat susah bernapas," ujar Risnawati.

Soal rumput terbakar, Bupati Kolaka Timur, Tony Herbiansyah sempat mengatakan, ilalang yang terbakar di wilayahnya selama beberapa hari karena cuaca panas ditambah sumber air yang jauh.

"Ini menyulitkan pemadam kebakaran dari Manggala Agni, BPBD dan gabungan TNI Polri," ujar Tony Herbiansyah.

Tim Manggala Agni yang bertugas di wilayah Kolaka Timur sejak 10 hari terakhir, sudah melakukan pemadaman di titik api. Masalahnya, peralatan terbatas dan jauhnya sumber air, menyebabkan api lambat diatasi.

Kepala Manggala Agni, Fanca Yanuar Kusuma mengatakan, kondisi sesak ini membuat banyak warga mengeluh. Pihaknya sudah bekerja penuh memadamkan api yang terus membakar.

"Jangankan minum kopi pagi, di dekat lokasi kebakaran itu warga banyak mengeluh. Kami berharap, api padam dengan upaya saat ini," ujar Fanca. 

Manggala Agni Kesulitan

Pemadaman kebakaran lahan gambut di wilayah Kolaka Timur, Sabtu (7/9/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Pemadaman kebakaran lahan gambut di wilayah Kolaka Timur, Sabtu (7/9/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Terik matahari kembali memancing si jago merah menyala di Kolaka Timur. Api yang sudah sempat mengecil karena dipadamkan tim gabungan, kini sudah menghanguskan lahan seluas 230 hektare.

Pergerakan arah angin juga bikin titik api dan sumber air makin menjauh.

Angin yang bertiup, makin memperluas jangkauan api. Ada dua kecamatan yang kini membakar lahan, Kecamatan Tinondo dan Lalolae. Meskipun demikian, pihak Manggala Agni tidak mempedulikan batas antara kecamatan.

"Kami fokus pada api. Sebenarnya hampir padam, tapi ternyata karena cuaca panas, api kembali menyala," ujar Kepala Kantor Manggala Agni Daerah Operasi Tinanggea, Fanca Yanuar Kusuma, Sabtu (7/9/2019).

Masalah lainnya diungkap Fanca, sumber air makin jauh. Selain itu, selang yang ada tak mampu menyedot air dari aliran kali di sekitar lahan gambut terbakar.

Tandon air yang disediakan pihak Manggala Agni juga tak cukup banyak menyuplai persediaan air. Penyebabnya, tim pemadam kebakaran hutan hanya memiliki satu tandon kecil, sementara lahan yang terbakar sudah mencapai ratusan hektar.

"Hingga saat ini, sudah ada anggota Manggala Agni 15 orang. ditambah sukarelawan dari pencinta alam Kendari yang turun langsung di lokasi," ujar Fanca.

Diketahui, kebakaran lahan gambut di Kolaka Timur sudah mencapai 200 hektare. Namun, hingga saat ini pemerintah daerah Kabupaten Kolaka Timur belum maksimal ikut membantu mengatasi kebakaran hutan.

Bupati Koltim Sebut Kebakaran Ilalang

Tim gabungan Manggala Agni dan TNI Polri, bersama memadamkan api di lahan gambut Kolaka Timur.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Tim gabungan Manggala Agni dan TNI Polri, bersama memadamkan api di lahan gambut Kolaka Timur.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Bupati Kolaka Timur, Tony Herbiansyah sebelumnya mengatakan pemberitaan media soal api di lahan gambut Kolaka Timur tak sehebat yang terjadi. Pihaknya sudah mengambil langkah-langkah untuk memadamkan api.

Dia mengakui, sumber air dan titik api berjarak cukup jauh. Hal ini diatasi dengan mendatangkan alat berat yang akan bekerja memutus jalur api.

"Status lokasi adalah, HPT. Hutan," ujar Tony Herbiansyah.

Dia juga mengatakan, dampak api dan asap belum terlalu terasa kepada warga. Karena aktivitas masyarakat dan desa di sekitar lahan, masih normal.

Soal estimasi pemadaman, pihaknya tak bisa mematok waktu. Menurut informasi yang didapat dari Manggala Agni, ada waktu sekitar 2 bulan saat pemadaman 2017 lalu di kabupaten yang sama.

Kapolres Kolaka dan Komandan Kolaka juga terlibat pada pemadaman. Menurunkan anggota, kedua lembaga ini sudah berada di lokasi sejak dua hari setelah kebakaran.

Kapolres Kolaka AKBP Susilo mengatakan, akan melakukan pemadaman bersama tim pemadam kebakaran hutan hingga api berhenti. Namun, kondisi medan yang sulit, menyebabkan api lambat.

"Medan sulit yang membuat sumber air jauh. Apalagi, panas dan angin kencang kadang membuat api cepat menyala," ujarnya. 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya