Konser Pejalan Bandung, Kamping sambil Diskusi Lingkungan di Alam Bebas

Konser Pejalan Bandung itu akan berlangsung pada Sabtu-Minggu, 14-15 September 2019.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 15 Sep 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2019, 04:00 WIB
Konser Pejalan Bandung
Penyelenggara Konser Pejalan Bandung mempersiapkan panggung acara. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Berkemah di akhir pekan sambil menikmati alunan musik tentunya sangat menyenangkan. Konser Pejalan Bandung yang dipusatkan di Tebing Keraton kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H Djuanda, menawarkan pengalaman menarik tersebut.

Konser Pejalan Bandung itu berlangsung pada Sabtu-Minggu, 14-15 September 2019. Selain berkemah sambil menikmati pentas musik, pengunjung yang hadir bisa berdiskusi tentang berbagai isu lingkungan.

Konser ini diselenggarakan secara rutin oleh komunitas Nusalayaran. Mereka memadukan kegiatan seni dengan diskusi isu lingkungan yang terjadi saat ini sebagai kritik atas dampak perubahan yang terjadi di alam.

Penyelenggara Konser Pejalan, Kidung Saujana mengatakan, konser ini hadir sebagai pemicu kesadaran akan pentingnya sebuah keterikatan di berbagai interest area. Mengusung tema Alam Cinta Manusia, maka manusia patutlah sekiranya merawat apa yang menjadi tempatnya untuk tinggal dan berkembang secara baik.

"Sejarah dari Konser Pejalan ini dimulai dari perjalanan beberapa anak muda di Bandung yang melakukan ekspedisi sampai ke Sumatera pada 2016 lalu. Konser dibuat awalnya sebagai ruang diskusi mengenai kawasan konservasi. Jadi, konser ini memadukan berbagai talent yang mengisi acara dikolaborasikan diskusi terkait isu lingkungan," kata Kidung di Bandung, Jumat (13/9/3019).

Acara yang diusung secara kolektif oleh beberapa organisasi mahasiswa, komunitas dan individu-individu lainnya ini bertujuan untuk mengajak para pegiat alam dan masyarakat umum agar dapat lebih bijak ketika melakukan kegiatan di alam bebas.

Dengan diadakannyaKonser Pejalan ini, Kidung berharap semua elemen yang terlibat untuk menyadari akan luasnya pengertian sebuah kebersamaan dan komitmen menjaga alam di Indonesia.

"Dalam acara ini tentu ada talent yang membawakan musik, puisi dan perwakilan pejalan yang menyampaikan keresahan mereka terhadap isu pencemaran lingkungan. Selain itu, bakal ada lapak buku dan beberapa workshop pembuatan buku, merajut dan memanah," ujar Kidung.

Selain konser, hal konkret yang diaplikasikan pada konser ini adalah edukasi penerapan botol minuman dan bungkus makanan berbahan plastik. Adapun setting panggung yang disiapkan panitia dipastikan menggunakan bahan ramah lingkungan.

"Kita ingin melawan stigma negatif terhadap konser musik yang identik menghasilkan sampah. Kegiatan musik bisa dibuat dengan meminimalisir sampah dan kita berkomitmen di pintu masuk dilakukan razia botol plastik. Sebab di area konser kita sudah siapkan 10 titik galon. Lalu makanan dipindahkan ke wadah makanan," kata Kidung.

Kidung beranggapan bahwa penerapan tidak membawa botol plastik bukan perkara sulit. Sekalipun itu dilakukan di lokasi penyelenggaraan konser musik.

"Kita ini kan ingin memecut kembali semangat perlawanan sambil mengingatkan kembali soal isu-isu lingkungan," katanya.

Untuk bisa mengikuti Konser Pejalan ini, pengunjung cukup membayar tiket masuk Tebing Keraton sebesar Rp35 ribu per orang. "Untuk tenda silakan dibawa masing-masing dan bawa peralatan makan sendiri," ucap Kidung.

Simak video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya