Ambisi Petani Milenial Jadikan RI Lumbung Pangan Dunia Usai Berguru ke Jepang

Mereka melakukan pertemuan dalam acara bertajuk Pengembangan Jejaring Usaha P4S dan Alumni Magang Jepang yang dilaksanakan selama tiga hari sejak Kamis (12/9/2019) dan berakhir Sabtu (14/9/2019).

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 13 Sep 2019, 18:28 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2019, 18:28 WIB
Dedi Nursyamsi
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi memberikan sambutan acara pertemuan di Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 100 petani sukses Alumni Magang Jepang dan para penyuluh swadaya yang tergabung dalam Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) berkumpul di Hotel Mercure Bandung, Jumat (13/9/2019).

Mereka melakukan pertemuan dalam acara bertajuk Pengembangan Jejaring Usaha P4S dan Alumni Magang Jepang yang dilaksanakan selama tiga hari sejak Kamis (12/9/2019) dan berakhir Sabtu (14/9/2019).

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan, P4S terus bersinergi dengan Ikatan Alumni Magang Jepang (IKAMAJA).

"Kita kuatkan jejaring bisnis kita. Allah sudah memberikan kodratnya untuk kita bertani untuk kita berprestasi," kata Dedi membuka acara.

Dedi mengungkapkan, lumbung pangan dunia bukan mimpi. Bahkan, dia mengklaim lumbung pangan dunia ada di dalam genggaman.

"Dan yang justru sudah menggenggam lumbung pangan dunia adalah P4S. P4S yang akan mengantarkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia," katanya.

Dedi pun memberi dua contoh alumni magang Jepang dan P4S yaitu Yogi Samanta dan Slamet Wuryadi. Dua orang ini, kata dia, pantas menjadi profesor.

"Yogi ini adalah petani milenial yang mampu mengubah menjungkirbalikkan keadaan. Yogi mampu menanam sayur-sayuran yang hanya bisa tumbuh kembang di dataran tinggi hingga bisa ditanam di dataran rendah," ucapnya.

Dia pun memuji Slamet yang memberikan peluang kerja sama kepada di bidang telur puyuh dengan kesiapan dana Rp500 miliar. Slamet Wuryadi adalah pelopor Slamet Quail Farm (SQF) seorang penyuluh swadaya P4S Cilangkap Sub 1 yang tiap harinya menaungi transaksi hingga Rp3 miliar. Sebanyak 16 juta butir per minggu dan 3,5 juta butir tiap harinya.

Adapun target ekspor telur puyuh terus ditingkatkan hingga ke 40 negara dan atas keberhasilan ini Menteri BUMN Rini Soemarno pun memberikan dana pengembangan sebesar Rp500 miliar yang Slamet tawarkan untuk digunakan bersama alumni magang Jepang memperluas jejaring bisnis telur puyuh.

"Tawaran Pak Slamet ini harus ditangkap. Ini harus disambut dengan baik," ujar Dedi.

Diisi Paparan dan Diskusi

Kementan
Pertemuan Jejaring Kerjasama Alumni Magang Jepang dan P4S di Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Pelaksana kegiatan Eka Herrissuparman mengatakan, pertemuan Jejaring Kerjasama Alumni Magang Jepang dan P4S ini juga dihadiri oleh narasumber dari Balai Inkubator Agribisnis IGrow dan TaniHub.

"Tujuan dari pertemuan ini yaitu untuk mengembangkan jejaring kerja sama Alumni Magang Jepang dan P4S dengan swasta, dan kementerian atau lembaga," kata Eka.

Eka menjelaskan, pertemuan ini dilaksanakan beberapa kegiatan dalam bentuk paparan, ceramah dan diskusi, dengan materi seperti technopreneurship mendukung ekspor disampaikan oleh Balai Inkubator Teknologi, pemberdayaan petani melalui penyediaan akses pasar dan akses keuangan dari TaniHub, bisnis sektor pertanian melalui investasi berbasis teknologi informasi yang disampaikan oleh IGrow serta Business Model Canvas yang disampaikan oleh Balai Inkubator Teknologi.

Simak video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya