Liputan6.com, Cilacap - Akhir-akhir ini, ombak laut selatan mengganas. Ombak setinggi empat hingga meter meningkatkan risiko tenggelam bagi nelayan, transportasi laut dan wisatawan.
Tiupan angin timur memang kencang pada pertengahan dasarian kedua September 2019 ini. Bahkan, beberapa kali, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyiarkan peringatan dini gelombang tinggi.
Namun, ombak laut selatan yang terkenal ganas itu tak menyurutkan nelayan untuk melaut. Mereka mesti memastikan periuk beras terisi.
Advertisement
Tatkala cuaca dan kondisi gelombang surut, secepatnya mereka melaut. Paling tanggap adalah perahu kecil, dengan mesin di bawah 18 PK.
Baca Juga
Tak perlu persiapan khusus untuk nelayan jenis perahu ini. Asal bahan bakar tersedia, jaring dan alat tangkap siap, mereka akan langsung berlayar.
Jarak melautnya pun tak terlampau jauh. Mereka sadar, perahu kecil sangat rentan hantaman gelombang tinggi. Jika ada ombak tinggi, mereka akan secepatnya merapat ke daratan.
Senin, 16 September 2019, tiga orang nelayan perahu jenis Jukung Katir bermesin 15 PK berangkat mengadu nasib di tengah kepungan ombak laut selatan. Nama perahunya Setia Maju Putra.
Tiga nelayan itu adalah Maryono (55 th), warga Grumbul Cikempis RT 05/03 Desa Brebeg, Jeruklegi, Aris Suseno bin Arjo Kamidi (27), warga Jalan Buaya RT 03/14 Mertasinga, Cilacap Utara dan Mona Dwi Rizky Saputra bin Pujiono (20 th), warga Gang Iguana RT 03/15 Mertasinga, Cilacap Utara.
Hantaman Ombak Besar yang Membalik Perahu
Ombak Laut Selatan, pagi itu memang tak terlampau ganas, berbeda dari dua hari sebelumnya yang mencapai 4-6 meter. Itu hari, Aris Suseno bertindak sebagai nakhoda. Mereka melaut dari Pantai Lengkong, Kelurahan Mertasinga, Cilacap Utara.
Awalnya semua baik-baik saja. Mereka pun mencari ikan hingga menjelang siang. Menjelang tengah hari, tiga nelayan ini memutuskan untuk mendarat. Menjelang tengah hari tiupan angin biasanya memang mulai kencang.
Angin kencang berakibat langsung ke meningkatnya ketinggian ombak laut selatan. Karenanya, mereka pun hendak mendarat.
Nahas, ketika mendekati Pantai Lengkong, Cilacap, lambung kiri perahu dihantam ombak besar lau selatan sehingga perahu terbalik. Secara berurutan, gelombang awal itu disusul dengan tiga hantaman ombak besar berikutnya.
"Perahu terhantam gelombang besar sehingga perahu terbalik ke kanan langsung terbalik dan terhantam gelombang kedua, ketiga dan keempat sehingga perahu terdampar di pantai," ucap Ketua HNSI Cilacap, Sarjono, Senin (16/9/2019).
Peristiwa tragis ini disaksikan oleh Kasno Wibowo bin Warso Miharjo (59), yang juga warga Martasinga. Ia berupaya menolong nahkoda dan ABK-nya.
Sayangnya, ia hanya mampu menjangkau satu dari tiga ABK nahas ini, Mona Dwi Rizky Saputra. Adapun dua lainnya, Aris, sang nahkoda dan Maryono, hilang tenggelam.
"Kejadian pukul 12.13 WIB di perairan Pantai Lengkong," ucap Sarjono.
Nelayan setempat dibantu oleh Sat Polair, Basarnas, HNSI, aparat TNI dan Polri langsung berupaya mencari kedua korban tenggelam ini. Namun, hingga malam tiba, keduanya belum ditemukan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement