Liputan6.com, Makassar - Batik bukan monopoli Pulau Jawa. Buktinya di Makassar, Sulawesi Selatan, ada batik aksara lontara, aksara tradisional masyarakat Suku Bugis-Makassar. Batik ini menjadi sangat khas Makassar lantaran motifnya penuh warna.
Lontara sendiri berasal dari kata lontar yang merupakan salah satu jenis tumbuhan yang ada di Sulawesi Selatan. Istilah lontara juga mengacu pada literatur mengenai sejarah dan geneologi masyarakat Bugis, salah satunya terdapat pada Sureq La Galigo.
Baca Juga
Sementara aksara Lontara terdiri dari 23 huruf untuk Lontara Bugis, dan 19 huruf untuk Lontara Makassar.
Advertisement
Selain itu, perbedaan Lontara Bugis dengan Lontara Makassar yaitu pada Lontara Bugis dikenal huruf ngka’,mpa’ ,nca’, dan nra’. Sedangkan pada Lontara Makassar huruf tersebut tidak ada.
Hasby, Desain Grafis Galery Batik Aksara Lontara mengatakan, batik aksara Lontara bersifat abstrak. Bahkan batik yang dulunya sangat kental dengan unsur tradisi, saat ini sudah menembus jangkauan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
"Padahal jauh sebelumnya, batik itu sangat kental dengan unsur tradisi dan jauh dari jangkauan teknologi. Namun seiring waktu pemasarannya pun kini sudah melalui jangkauan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Bahkan lewat beragam sosial media," kata Hasby kepada Liputan6.com, Rabu (2/10/2019).
Menyangkut pendapat ilmu fisika bisa digunakan untuk mengungkapkan keindahan batik, Hasby tak menampik hal itu. Menurutnya ilmu fisika memang berkaitan erat dengan rumus-rumus teknologi yang bisa diaplikasikan ke dalam komputer.
"Pelanggan kami dari kepala daerah hingga artis ibu kota yang sengaja datang ke galeri kami mencari batik aksara Lontara. Mereka itu tahu dan memanfaatkannya khususnya dalam acara-acara resmi, bahkan acara besar. Dan pelanggan kami selain unsur pemda melalui dinas terkait, perusda hingga Bank Indonesia," Hasbi menjelaskan.
Kepala Badan Promosi Sulawesi Selatan Hendra Nick Arthur mengatakan, batik lontara bukan hanya motif tapi juga mengandung pesan yang dalam soal literasi. Bagi Hendra, menulis dan membaca menjadi penyeimbang gizi kehidupan untuk menjaga nurani agar tetap sehat dan terang menyala.
Menurutnya, pesan para leluhur Bugis memberikan nasihat kepada anak cucunya yang hendak merantau dengan aksara lontara. Nasihat ini berpesan mengenai empat hal tentang kekayaan dan kesuksesan.
Engkau bersiap-siap meninggalkan negerimu menuju ke sebuah negeri yang lain. Semoga engkau menjadi orang kaya dan sejahtera di negeri orang.
Pahamilah dengan baik bahwa kaya itu memiliki empat tanda-tanda. Pertama-tama, kaya dalam berbahasa dan berkomunikasi. Kedua, kaya dalam pemikiran dan imajinasi. Ketiga, kaya dalam dunia usaha (memiliki banyak keahlian dan relasi bisnis). Keempat, kaya dalam keuangan
"Jadi sesungguhnya dalam setiap serat kuno terdapat nilai-nilai dan ajaran hidup yang mendalam. Mari membaca dan menyelami pesan-pesan leluhur kita dengan mengapresiasi batik sebagai busana kerja yang berani bermain motif. Dan busana batik kerja bisa dijadikan inspirasi untuk melengkapi koleksi busana sebagai center of interest," ungkap Hendra.