Liputan6.com, Palembang - Suara gas sepeda motor bersahutan, terdengar jelas di Jalan Merdeka hingga Kambang Iwak Palembang di Jalan Tasik Palembang hampir setiap malam. Rombongan klub motor Bringas Syndicate Palembang yang rutin berkumpul, selalu menyempatkan waktu berjalan-jalan di ruas Kota Palembang yang jauh dari kemacetan.
Tidak seperti pandangan masyarakat tentang buruknya image klub motor yang sering melakukan aksi kriminal, klub ini malah menjadi wadah edukasi bagi anggotanya tentang kendaraan sepeda motor.
Salah satunya edukasi tentang Program Langit Biru yang dicanangkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Program ini bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara, salah satunya polutan dari kendaraan sepeda motor.
Advertisement
Baca Juga
Mutiara Marliza, Divisi Keanggotaan Bringas Syndicate Palembang, menjadi salah satu dari anggota klub sepeda motor yang sangat peduli dengan pencegahan polusi udara dari sepeda motor.
Terlebih di tengah polusi kabut asap Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), yang terjadi di hampir seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
"Mungkin kami belum bisa membantu mengurangi polusi kabut asap, tapi kami berupaya untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan sepeda motor. Salah satunya dengan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan," ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat (4/10/2019).
Program Langit Biru yang diketahuinya sejak lama, juga yang menjadi alasan Humas Paguyuban Motor Sriwijaya Palembang ini untuk beralih ke BBM yang ramah lingkungan.
Sudah sejak satu tahun lalu, dia bersama belasan anggota klub motor di Palembang, menggunakan Pertamax Turbo. Selain membuat performa mesin lebih kencang, hasil pembakaran Pertamax Turbo juga mengurangi polutan di Palembang.
"Kalau dibilang mahal, memang harga BBM Pertamax Turbo lebih tinggi dari BBM yang biasa kami gunakan. Tapi yang kami pikirkan adalah BBM ini bisa membuat mesin bekerja maksimal dan bisa mengurangi polusi udara di kota kami," katanya.
Dulunya, warga Jalan Setunggal Palembang ini sering menggunakan Premium, karena jenis BBM ini dikenal irit. Namun seiring berjalannya waktu, penggunaan Premium juga memakan biaya yang cukup besar untuk perawatan mesin sepeda motornya.
Meskipun anggota klubnya belum semuanya menggunakan Pertamax Turbo, tetapi dia terus mengedukasi akan pentingnya kepedulian klub motor terhadap lingkungan. Salah satunya memilih BBM yang tepat.
"Setiap hari saya mobile menggunakan sepeda motor untuk bekerja. Jadi, tidak terbayang jika aktivitas saya ini menyumbangkan polusi udara di Palembang, jika menggunakan BBM yang tidak ramah lingkungan," ujarnya.
Aksi Move On juga dilakukan Heri, Ketua Klub Teruci Palembang. Bahkan sudah sejak lama dia beralih ke Pertamax 92. Dulunya, pemilik kendaraan Terios Rush ini menggunakan BBM jenis Pertalite untuk mobil kesayangannya.
"Tapi terasa beda ketika saya menggunakan Pertamax 92, terasa tarikan gas lebih kencang dan awet di mesin. Memang belum banyak anggota klub kita yang menggunakan BBM Research Octane Number (RON) tinggi, tapi kami terus menginformasikan pentingnya menggunakan BBM yang sesuai dengan mesin kendaraan," katanya.
Sosialisasikan BBM Ramah Lingkungan
Selamet Rianto, Service Advisor Auto 200 Plaju Palembang mengungkapkan, Pertamax Turbo dan Pertamax 92 yang memiliki RON tinggi, memang sangat berpengaruh terhadap minimnya polutan dari kendaraan.
Dari hasil pengamatan teknis selama ini, penggunaan RON rendah sangat berefek buruk. Seperti penumpukan endapan dari sisa pembakaran BBM, yang akan mengeluarkan polutan lebih banyak dari kendaraan.
"Untuk mengurangi emisi, kita selalu menyarankan pengguna kendaraan menggunakan BBM dengan RON tinggi. Karena pembakaran BBM-nya sempurna dan anti korosi," katanya.
"Dengan menggunaan BBM RON tinggi juga, turut mendukung lingkungan lebih bersih serta tidak banyak kerusakan terjadi di mesin kendaraan, yang menguras biaya lebih besar. Apalagi sekarang tidak ada lagi kendaraan baru yang menggunakan RON rendah," ucapnya.
Menurut General Manager PT Pertamina (Persero) MOR II Sumbagsel, Primarini, Pertamina sudah mempunyai lini produk untuk semua kendaraan. Masing-masing produk punya segmentasi tersendiri.
Mereka juga terus memberikan sosialisasi kepada para komunitas sepeda motor dan kendaraan roda empat, untuk mengurangi penggunaan produk subsidi.
"Pertamina mendukung program Langit Biru dari Kemenhub, salah satunya dengan menyosialisasikan pentingnya penggunaan BBM dengan RON tinggi pada kendaraan. Untuk mengurangi polusi udara," ucapnya.
Meskipun pangsa pasar BBM RON tinggi belum semasif Premium dan Pertalite, tetapi setiap bulan selalu ada peningkatan konsumsi BBM RON tinggi, salah satunya Pertamax Turbo.
Advertisement
Biosolar Ramah Lingkungan
Peningkatan konsumsi BBM Pertamax dan Pertamax Turbo dalam bulan Agustus 2019 mencapai 3 persen di Sumsel dan Lampung. Bahkan, untuk Pertamax Turbo konsumsinya bisa sampa 600 KL per hari.
"Berapa pun kuota yang diinginkan pemerintah, akan kita penuhi. Pertamina juga berterima kasih kepada para pelanggannya yang menggunakan BBM non subsidi," ujarnya.
Dukungan Pertamina untuk menciptakan lingkungan bersih, diwujudkan dengan peluncuran Biosolar (B-20) ramah lingkungan, di Kilang Pertamina Refinery Unit III (RU III) Plaju Palembang di awal Tahun 2019. Bahan bakar ini diprediksi bisa menekan efek rumah kaca yang cukup besar.
Biosolar (B-20) sendiri merupakan campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, dengan minyak nabati yaitu Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 20 persen. Produk ini diproduksi oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN).
Penjabat sementara (Pjs) General Manager MOR II Hendrix Eko Verbriono mengatakan B-20 memiliki Cetane Number diatas 50. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan Cetane Number solar murni yakni 48.
"Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi per volume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur pada produk diesel tersebut," katanya.
Produksi Kilang Pertamina
Pemanfaatan minyak sawit ini, mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), bahkan bisa berkurang hingga 29 persen dari Business as Usual (BAU) pada tahun 2030.
Penerapan Bahan Bakar Ramah Lingkungan ini juga berdampak pada pengendalian angka impor BBM. Serta diharapkan turut mendukung stabilitas nilai rupiah dan menghemat devisa negara.
Pertamina RU III Plaju juga mampu menghasilkan Biosolar (B-20) 180.000-200.000 KL/bulan. Langkah ini menjadi bagian dari upaya Pertamina menjamin ketahanan stok BBM Ramah Lingkungan di pasaran.
Mereka akan terus berinovasi menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Diantaranya langsung mengolah CPO di dalam kilang, untuk menghasilkan green fuel berupa green gasoline, green diesel dan green avtur.
General Manager RU III Plaju Palembang Yosua IM Nababan mengungkapkan, B-20 menjadi bukti Pertamina Refinery Unit III Plaju terus mendukung program pemerintah.
"Kita juga memenuhi security of supply, khususnya di daerah Sumbagsel melalui sinergi bersama dengan Marketing Operation Region II Sumbagsel. Salah satunya melakukan produksi dan menyalurkan bahan bakar ramah lingkungan kepada masyarakat," ujarnya.
Kilang RU III juga mampu mengolah pasokan FAME dari supplier dengan kapasitas 30.000-40.000 KL/bulan. FAME diterima melalui kapal dan disalurkan melalui Rumah Pompa Minyak (RPM) Fuel di area storage tanki.
"Selain untuk memenuhi regulasi, injeksi FAME sebanyak 20 persen ke dalam produk solar dapat memberikan potensi improvement kualitas finish product," ungkapnya.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement