Setelah SSS, Polisi Bidik Perusahaan Lain Terduga Biang Kabut Asap di Riau

Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau mengusut keterlibatan PT TI dalam kasus kebakaran lahan. Perusahaan terduga biang kabut asap itu memiliki modus yang sama dengan PT SSS dalam membersihkan lahan.

oleh M Syukur diperbarui 09 Okt 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2019, 21:00 WIB
kebakaran lahan diduga di areal perusahaan yang menjadi biang kabut asap di Riau.
kebakaran lahan diduga di areal perusahaan yang menjadi biang kabut asap di Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Setelah menahan Manajer Operasional PT Sumber Sawit Sejahtera (SSS) berinisial AOH, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau juga fokus menuntaskan penyelidikan PT Tesso Indah (TI). Perusahaan di Indragiri Hulu ini diduga ikut menjadi penyumbang kabut asap di Bumi Lancang Kuning.

Untuk mengumpulkan bukti adanya kesengajaan ataupun kelalaian sehingga 60 hektare lahan PT TI terbakar, penyelidik sudah meminta keterangan ahli. Petinggi perusahaan juga sudah diperiksa dalam kasus kebakaran lahan ini.

Menurut Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau Ajun Komisaris Besar Andri Sudarmadi SIK, anggotanya masih di areal perusahaan terbakar mengumpulkan bukti lainnya. Penyelidik juga membawa ahli mengecek sisa kebakaran untuk diambil sempelnya.

"Ada dua ahli sudah diminta keterangan," kata Andri didampingi Kasubdit IV Reskrimsus Polda Riau Komisaris Andi Yul SIK kepada Liputan6.com.

Dalam waktu dekat, Polda Riau berencana melakukan gelar perkara untuk menaikkan status PT TI dari penyelidikan ke penyidikan. Jika naik ke penyidikan, pengusutan akan dilakukan secara maraton.

"Tapi tetap dilakukan sesuai aturan berlaku, seperti PT SSS yang dilakukan secara maraton," kata Andri.

Menurut Andri, 60 hektare lahan PT TI yang terbakar itu diduga berada di areal kerja perusahaan. Api diduga tidak berasal dari luar konsesi perusahaan ataupun lahan masyarakat di sekitarnya.

Ada dugaan kebakaran lahan ini sebagai persiapan penanaman atau land clearing sebagaimana temuan Polda Riau terhadap PT SSS. Hanya saja, modus pembakaran ini belum dibeberkan lebih jauh ke publik karena masih penyelidikan.

"Hampir miriplah dengan PT SSS (modusnya), kebakaran ada di dalam (areal) perusahaan," terang Andri.

Selain PT TI, masih ada korporasi lainnya diusut kepolisian, yaitu PT Adei Plantation. Perusahaan di Pelalawan ini diusut Bareskrim Mabes Polri, di mana Polda Riau membantu pengungkapannya.

Untuk PT Adei sendiri, Bupati Pelalawan HM Harris sudah diperiksa terkait statusnya sebagai kepala daerah dan pemberi izin operasional. Tak menutup kemungkinan, Harris juga akan diminta keterangan untuk kasus kebakaran lahan PT SSS.

"Nanti pada saatnya akan kami buka," imbuh mantan Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Riau ini.

Ulama Dukung Polda Riau

Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi (kanan) setelah menerima estafet dari Irjen Widodo.
Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi (kanan) setelah menerima estafet dari Irjen Widodo. (Liputan6.com/M Syukur)

Sebelumnya, Kapolda Riau Irjen Agung Setya menggantikan Irjen Widodo Eko Prihastopo menyatakan kasus kebakaran lahan, terutama korporasi, dijadikan atensi. Tak hanya penegakan hukum, antisipasi juga menjadi fokus agar Karhutla tak menimbulkan bencana kabut asap.

Dalam mengantisipasi kebakaran lahan, Irjen Agung Setya menyebut akan menerapkan nilai-nilai dan budaya melayu serta tokoh adat. Menurutnya, hal ini berbanding lurus dengan latar belakang masyarakat Riau yang santun dan latar belakang sebagian besar warganya.

Menurut Agung, budaya Melayu selalu membawa kedamaian dalam mengatasi masalah. Hal ini sejalan dengan tujuannya menjadikan polisi sebagai pengayom dan pelindung bagi masyarakat.

Gagasan Irjen Agung ini mendapat sokongan penuh dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau. Sekretaris MUI Riau Zulhusni Domo berharap Kapolda Riau juga dapat memperbaiki citra kepolisian dimasa mendatang.

"Mengadaptasi budaya Melayu, itu sangat bagus. Kami mendukung dan memang seharusnya seperti itu," katanya di Pekanbaru, Rabu.

Tak hanya soal Karhutla, Zulhusni berharap Kapolda Riau juga mampu menciptakan situasi nyaman dalam menyampaikan pendapat. Pasalnya dalam beberapa pekan terakhir, tindakan oknum kepolisian dalam mengamankan aksi demonstrasi terkesan represif.

"Itu harus bisa dihilangkan, kesan-kesan kekerasan yang telah terjadi," sebut Zulhusni.

Zulhusni mengingat, dulu pernah ada Kapolda Riau bernama Irjen Zulkarnaen Adinegara menerapkan nilai-nilai budaya Melayu dan Islam dengan baik pada tahun 2016-2017. Apa yang dilakukan Zulkarnaen dapat diterapkan karena dekat dengan seluruh lapisan masyarakat.

"Irjen Pol Zulkarnain terdahulu itu menerapkan polisi rahmatan lil Alamin, dan bapak Kapolda Riau yang baru semoga bisa menerapkan itu sehingga kesan kekerasan bisa dihilangkan," ujarnya.

Senada dengan MUI, Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Riau Rusli Ahmad juga menyambut baik rencana Kapolda Riau untuk mengadopsi nilai budaya Melayu. Dia menyebut budaya Melayu lekat dengan keislaman serta menghargai adat istiadat serta toleransi.

"Melayu itu kan mudah mengurusnya, menghargai baik sisi adat, toleransi, budaya," jelasnya.

Dia juga berharap agar Kapolda Riau dapat merangkul tokoh agama di Bumi Lancang Kuning tersebut sebagai upaya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Menurut Rusli, menjaga kedamaian tidak bisa hanya dilakukan oleh seorang Kapolda, atau hanya Gubernur maupun pimpinan lainnya. Namun, harus dilakukan dengan cara sinergitas yang baik.

Rusli berharap langkah-langkah itu juga berdampak besar terutama dalam penanggulangan Karhutla yang selama ini menjadi masalah menahun dan selalu berulang di Bumi Melayu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya