Liputan6.com, Yogyakarta - Menkopolhukam Mahfud MD bersilaturahmi dengan para akademisi Yogyakarta dalam sebuah acara santap malam di Hotel Royal Ambarrukmo, Jumat (15/11/2019) malam. Tidak lupa ia mengajak sang istri, Zaizatun Nihayati, untuk hadir dalam acara yang mempertemukannya dengan kawan-kawan lama.
Host malam itu menodong istri Mahfud MD dengan pertanyaan yang membuat hadirin tertawa. "Apa yang membuat ibu mau diajak berpacaran dengan Mahfud MD?," tanya hadirin.
Zaizatun menuturkan saat masih kuliah dia didekati oleh Mahfud MD.
Advertisement
Baca Juga
"Dia (Mahfud MD) bilang kalau dia mahasiswa berprestasi," ujarnya sekaligus menjawab pertanyaan.
Pertanyaan lain yang dilontarkan juga kembali membuat hadirin terbahak. "Apa yang paling menyebalkan dari sosok Mahfud MD?," tanya hadirin lagi.
Ia kembali mengungkapkan hal yang paling menyebalkan dari sang suami adalah ketika ia berbicara, Mahfud MD seolah-olah tidak mendengarkan padahal sebenarnya memahami maksud dari pembicaraan itu.
Dalam sambutannya, Mahfud MD menimpali pernyataan-pernyataan sang istri. Ia membenarkan jawaban sang istri ketika ditanya caranya mengajak berpacaran.
"Ketika saya memilih istri sebagai pasangan, saya tidak punya modal, dan dulu dia jadi rebutan orang banyak, jadi pendekatan saya waktu itu adalah saya mahasiswa terbaik," tutur Mahfud yang kembali disambut tawa hadirin.
Ia berkelakar orang-orang yang mengejar istrinya zaman dulu sampai saat ini masih ada, tetapi mereka tidak menjadi menteri.
Soal ia tidak mendengarkan ucapan sang istri, Mahfud MD ternyata punya alasan sendiri. Menurut Mahfud, seringkali orang menyampaikan persoalan atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya melalui sang istri.
"Saya selalu bilang kalau ada masalah jangan titip pesan ke anak atau istri," kata Mahfud.
Hidup Penuh Kejutan
Mahfud juga mengakui kehidupannya penuh dengan kejutan. Kembali ke cerita beberapa waktu lalu menjelang penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Ternyata, Mahfud benar-benar sudah dipersiapkan menjadi pendamping Jokowi saat itu.
"Buya Syafii waktu itu sudah telpon saya, saya disuruh berdoa dan siap-siap karena Buya sudah berbicara dengan Megawati dan Jokowi, dan saya sudah disiapkan jadi calon wakil presiden," ucapnya.
Namun, ternyata ada perubahan jelang pengumuman. Ia tidak mempersoalkan hal itu, apalagi Jokowi ketika itu juga sudah mengakui ada dinamika politik.
"Saya segera jumpa pers supaya kondisi bangsa tidak gaduh hanya karena persoalan itu, di dalam politik biasa kondisi berubah," Mahfud mengungkapkan.
Saat ditunjuk menjadi Menkopolhukam pun ia tidak menyangka. Sebab, waktu itu Buya Syafii sudah membocorkan dan mengusulkan Mahfud menjadi Menteri Agama. Ada pula informasi yang menyatakan dia akan menjadi jaksa agung.
Ia menilai kondisi kabinet Jokowi saat ini sangat kompak dan kondusif. Sidang kabinet berjalan dengan baik dan tidak ada kubu. "Dan tampaknya presiden senang," ujarnya.
Advertisement
Pesan-Pesan Sahabat untuk Mahfud yang Jadi Menkopolhukam
Dalam acara silaturahmi itu tidak ketinggalan para sahabat Mahfud MD ikut menyampaikan pesan-pesannya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengungkapkan sudah lama mengenal Mahfud. Di matanya, Mahfud adalah sosok petarung yang walaupun disakiti tetapi tidak seperti orang yang disakiti.
"Saya mengikuti itu sejak Agustus (rencana pencalonan wakil presiden yang batal)," ucapnya.
Menurut Buya Syafii, RI beruntung memiliki sosok seperti Mahfud MD. Karakter seperti Mahfud dapat menghapus kultur asal bapak senang (ABS) dalam sistem pemerintahan dan birokrasi.
"Presiden butuh orang yang loyal tetapi kritis, kalau loyal saja nanti presiden bisa tersesat di jalan," tuturnya.
Ia berpesan kepada Mahfud untuk setiap terhadap tugasnya sekaligus menjaga sikap kritis.
Perwakilan akademisi yang juga merupakan Guru Besar UGM Sofian Effendi mengatakan hal yang diucapkan Buya Syafii sudah mewakili semua.
Ia berpendapat posisi Menkopolhukam sangat penting untuk bangsa ini dan Mahfud memiliki kualitas dan kompetensi untuk menjalankan tugas itu.
Ia memaparkan sejumlah pekerjaan rumah masih dihadapi bangsa ini, seperti pembangunan nasional yang mengalami penurunan, 60 persen Sustainability Development Goals (SDG) belum tercapai, kualitas sumber daya manusia belum mencapai standar interbasional, dan 39 persen anak Indonesia mengalami stunting yang bisa berdampak pada stunting secara intelektualitas.
Simak video pilihan berikut ini: