Liputan6.com, Blora - Kemegahan mulai terpancar dari Masjid Agung Baitunnur Blora. Rehabilitasi memang belum selesai 100 persen, tapi ada hal yang mencuri perhatian di sana.
Motif floral yang melekat di dinding mihrab terkesan tidak biasa. Bunga dan daun bergaya Barcelona, sedangkan sulur-sulurnya mengadopsi motif Majapahit. Dekorasi itu lahir dari tangan Ilyas, seorang pengukir asal Jepara.
"Kalau dibuat motif klasik semua rasanya kurang baik, jadi saya kombinasikan, ibarat makanan lebih sedap rasanya," ujar laki-laki yang pernah bekerja di perusahaan mebel kepada Liputan6.com, Sabtu (23/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Ukuran relief juga dibuat berbeda. Pertimbangannya, agar orang bisa melihat relief itu tanpa harus mendekat. Biasanya, bentuk relief seperti gebyok Kudus berukuran lebih kecil.
Namun, ia mengkombinasikan relief di atas papan setebal tiga sentimeter menjadi dua ukuran. Ornamen yang lebih kecil dijadikan sebagai pembatas supaya pas dan enak dipandang.
Di beberapa bagian tampak perbedaan pada hasil ukiran. Menurut Ilyas, bahan baku kayu jati yang digunakan berbeda.
Bahan baku yang dibutuhkan untuk pengerjaan dekorasi dinding mihrab dan tiang masjid agung berupa kayu jati sebanyak 12 meter kubik. Bahan ini diambil dari TPK Perhutani Cabak dan Medang.
"Kalau pakai jati tua lebih baik, bisa berkilat dan terlihat berminyak, hanya saja bahan yang dikirim berbeda kualitasnya, seperti bagian tiang jadi kurang maksimal hasilnya," ucap bapak dari empat anak ini.
Ilyas bercerita ukiran relief ini dikerjakan bersama dengan 25 orang dalam kurun waktu 2,5 bulan. Nilai kontrak pembuatan ukiran relief mihrab masjid ini sebesar Rp 197 juta.
Rehabilitasi Masjid Agung Baitunnur ini dimulai pada 13 Juli 2018 dan ditargetkan selesai pada 10 Desember 2019. Pembangunan tahap pertama senilai Rp5,4 miliar, dilaksanakan PT. Kartika Karya Konstruksindo, dengan konsultan pengawas CV. Graha Cipta Perkasa.