Natal, Gus Dur dan Cerita Gereja Mirip Masjid di Blora

Pada zaman Presiden Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, Graha Bethany mendapatkan izin dari pemerintah

oleh Ahmad Adirin diperbarui 23 Des 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 23 Des 2019, 07:00 WIB
Gereja Graha Bethany tampak dari luar (Foto: Liputan6.com/ Ahmad Adirin)
Gereja Graha Bethany tampak dari luar (Foto: Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Jakarta Kubahnya yang menjulang tinggi di antara bangunan kora Blora membuat gereja ini kerap disangka rumah ibadah umat muslim, Masjid.

Namanya Graha Bethany, sebuah gereja umat Kristen di Kabupaten Blora. Gereja ini merupakan anggota dari Persekutuan Injili Indonesia (PII) yang memiliki jaringan besar di Asia Tenggara.

Sinode Gereja Bethany berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Dan bangunan gereja lantai enam ini adalah yang terbesar di Kabupaten Blora.

Gereja yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani, Tempelan, Blora kota ini nampak megah. Tinggi bangunannya sekitar 28 meter dengan luas sekitar 4.000 meter persegi. Gereja ini mampu menampung antara 2.500 hingga 3.000 orang.

Soal keberadaan kubah yang identik dengan masjid, ternyata gereja Btehany Blora ini memang mengadopsi desain bangunan di negara timur tengah.

"Kelebihan gereja ini pada bagian atasnya dibuat mirip kubah masjid di Yerussalem, Palestina," kata Pendeta Muda Graha Bethany, Arif Adikara, kepada Liputan6.com, Sabtu (21/12/2019).

Dia mengungkapkan, dengan kapasitasnya yang besar, jemaat yang beribadah rutin di gereja Gereja Bethany tak terbatas warga Blora. Luar daerah seperti Tuban, Bojonegoro, Rembang, Pati, Grobogan, Karanganyar pun banyak yang berdatangan untuk beribadah.

Menjelang perayaan Natal, 25 Desember 2019, tampak para pengurus gereja menyiapkan berbagai pernak-pernik agar Graha Bethany tampak lebih menawan.

Simak video pilihan berikut ini:

Izin Pendirian pada Masa Presiden Gus Dur

Pendeta muda Graha Bethany Arif Adikara dan Tanty Febiola (Foto: Liputan6.com/ Ahmad Adirin)
Pendeta muda Graha Bethany Arif Adikara dan Tanty Febiola (Foto: Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Pendeta muda, Tanty Febiola mengungkapkan, berdirinya Graha Bethany berawal dari sekumpulan umat Kisten yang bertobat kemudian mendirikan sebuah gereja. Ada tujuh founder atau pendiri yang mempelopori berdirinya Graha Bethany. Salah satunya adalah dari ayahandanya sendiri.

Tanty mengungkapkan, impian membangun Graha Bethany sekitar tahun 1997. Pada zaman Presiden Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, Graha Bethany mendapatkan izin dari pemerintah. Pembangunan dimulai pada tahun 2000 dan mulai ditempati untuk beribadah umat Kristen sejak tahun 2004.

"Saat itu jemaat gereja ini belum ada 100 orang dan waktu itu kita pikir hanya ingin bangun gereja yang hanya kapasitasnya sekitar menampung 300 orang," ujar Tanty.

Tanty menceritakan, Ibunya Esther Srimining dulu selalu berdoa agar pembangunan Graha Bethany diberikan yang terbaik. Sebenarnya, kata dia, awalnya tidak ingin membangun Graha Bethany ditempat ini lantaran sudah ada tempat lain yang telah disediakan

"Tapi waktu Ibu saya berdoa, kemudian tuhan bilang bukan itu, tapi yang ini, tanah kesayanganmu ini," kata dia mengisahkan doa ibunya yang dia ketahui.

Dia bercerita, waktu itu keluarganya tidak punya rumah selama 13 tahun. Keluarganya hidup menumpang di rumah orang lain.

Kubah Mirip Masjid di Yerussalem

Gereja Graha Bethany tampak dari dalam (Foto: Liputan6.com/ Ahmad Adirin)
Gereja Graha Bethany tampak dari dalam (Foto: Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Berkat doa ibu, Esther Srimining, akhirnya Tuhan mengabulkan doa keluarganya untuk mempunyai rumah sendiri. Namun, baru lima bulan ditempati oleh keluarganya, orangtuanya malah memberikan rumahnya menjadi gereja.

"Dalam doa ibu saya dulu, Tuhan bilang meminta untuk menyerahkan rumah kami agar menjadi gereja dan akan dibangunkan yang terbaik," dia mengungkapkan.

Dia bilang, desain bangunan gereja ini mengadopsi mimpi Penggembala Pendeta Esther Srimining tentang gereja yang memiliki kubah mirip masjid di Yerussalem, Palestina.

Sejauh ini, Graha Bethany mempunyai satu penggembala pendeta dan 25 pendeta muda. Tanty Febiola adalah anak dari penggembala pendeta, yang saat ini juga menjadi salah satu pendeta muda di gereja ini.

Kebaktian rutin digelar sepekan sekali. Kebaktian ibadah anak Yud (anak-anak kawula muda) yang dijalankan setiap hari Sabtu malam Minggu. Selain itu ada pula kebaktian sekolah Minggu yang dilaksanakan khusus untuk anak-anak.

Liputan6.com berkesempatan untuk ke menuju lantai paling atas gereja untuk melihat ruang ibadah.

“Di bawah kubah ini pada hari tertentu dalam seminggu sekali mendoakan Kabupaten Blora agar selalu damai sejahtera," kata Arif Adikara.

Di lantai paling atas ini pula digelar ibadah tiap pagi untuk mendoakan Nusa Tenggara Timur (NTT) agar jauh dari bencana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya