Libur Tahun Baru, Saatnya Berburu Jaket Kulit Trendi Khas Sukaregang Garut

Harga yang terjangkau dengan kualitas produk kulit yang ciamik, mampu menjadi daya tarik pengunjung ke Sukaregang.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 27 Des 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Des 2019, 09:00 WIB
Tampak kaum ibu-ibu tengah membanjiri salah satu gerai oleh-oleh makanan berbahan kulit di salah satu toko kawasan Sukaregang, Garut, Jawa Barat
Nampak kaum ibu-ibu tengah membanjiri salah satu gerai oleh-oleh makanan berbahan kulit di salah satu toko kawasan Sukaregang, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Ribuan pengunjung dari berbagai daerah tampak ramai, menghabiskan waktu liburan Natal 2019, di kawasan belanja kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat. Antrean kendaraan pun tak terelakan, di sentra kerajinan kulit terbesar di Jawa Barat tersebut.

"Saya sudah dua hari di Garut, tapi paling banyak didatangi ya ke Sukaregang ini," ujar Heri (64), salah seorang pengunjung asal Cikalong Wetan Bandung, Rabu (25/12/2019).

Menenteng dua plastik bungkusan besar kerupuk kulit, ia memilih beristirahat di salah satu toko jaket kulit Sukareng, sambil menunggu anggota keluarga lainnya berbelanja.

"Capek juga mengikut ibu-ibu berbelanja, biarkan sesukanya," ujar dia sedikit bercanda dengan senyum hangatnya.

Menurut Heri, sejak lama kawasan kulit Sukaregang menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung, terutama ibu-ibu yang telah lama dikenal doyan berbelanja.

Ragam produk fesyen ciamik berbahan kulit bagi pria seperti rompi, tas, sepatu, dan lainnya, akhirnya mampu meluluhkan kaum Adam.

"Apalagi jaket kulit Garut kan sudah terkenal, jadi bapak-bapak pun kerajingan belanja," ujar dia.

Tak salah memang, setiap tahun ragam produk baru di bidang fesyen terus bermunculan, tidak hanya jaket, tas, sepatu, tetapi berbagai souvenir berbahan dasar kulit pun terus bermunculan.

"Istilahnya apa pun bisa disulap menjadi produk kerajinan, cek saja, produknya banyak," kata dia.

 

 

Harga Terjangkau

Tiga orang pengunjung tengah mengamati produk jaket kulit Sukaregang, di salah satu gerai toko kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat
Tiga orang pengunjung tengah mengamati produk jaket kulit Sukaregang, di salah satu gerai toko kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Hal senada disampaikan Hendarin, pengunjung asal Ciamis. Menurutnya magnet berbelanja produk kulit asal Sukaregang, Garut tidak ada matinya. "Ada saja produk baru yang dihasilkan," kata dia.

Selain jaket kulit Sukaregang yang terkenal, rompi, topi, dompet, sabuk hingga sarung tangan kulit dengan harga terjangkau, tersedia lengkap.

Membawa anggota keluarga lainnya, ia mengaku kerap meluangkan waktu berbelanja di Sukaregang, saat liburan panjang nasional seperti Natal dan tahun baru tiba.

"Tahun lalu juga saya bersama istri ke sini, ya enak saja sambil liburan," kata dia.

Namun seiring meningkatnya jumlah kunjungan, ia mulai mengeluhkan kemacetan yang semakin mengkhawatirkan.

"Harusnya pemerintah daerah memberikan solusi area pusat parkir khusus bagi pengunjung," ujar dia.

Dengan upaya itu, maka jalannya liburan termasuk belanja di kawasan Sukaregang dirasa lebih nyaman. "Semakin nyaman, pengunjung pun bahkan semakin banyak yang datang ke sini," kata dia.

Omzet Turun

Beberepa pengunjung tengah memilih salah satu produk kerajinan kulit Sukaregang Garut, di salah satu gerai kulit
Beberepa pengunjung tengah memilih salah satu produk kerajinan kulit Sukaregang Garut, di salah satu gerai kulit (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Namun, di tengah kegembiraan itu, tersimpan kegundahan bagi pedagang di sana. Sebab melonjaknya jumlah kunjungan, tidak berbanding lurus dengan meroketnya penjualan.

Helmi, (42), pengelola toko kulit 'Naza' mengaku tingkat penjualan saat libur natal kali ini, justru menukik tajam.

"Yang datang memang banyak dan ramai, namun hanya jalan-jalan saja," ujar dia.

Menurutnya, banyaknya pengunjung yang datang tidak sepadan dengan jumlah penjualan. "Dari 10 pengunjung dua atau tiga yang beli saja sudah bagus, ini malah tidak," ujarnya.

Ia menilai tingkat perekonomian yang tengah lesu saat ini, merupakan salah satu faktor penyebab seretnya penjualan. "Itu mungkin obrolan kami sesama pengelola toko, sebab yang lain pun hampir sama (sepi)," kata dia.

Namun meskipun demikian, ia tidak menapik tingginya jumlah kunjungan mampu menaikkan perekonomian warga lainnya.

"Mungkin pada beli aksesorisnya atau oleh-olehnya, kan banyak (produknya) di sini, kalau untuk fashion agak sepi,” ujar dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya