Ungkapan Syukur dan Hujan Air Mata Saat Ratusan WNI dari Wuhan Boleh Pulang

Saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan, mereka tampak menunduk, menyanyikannya dengan khusyuk. Rasa haru bertambah ketika menyanyikan lagu Padamu Negeri. Beberapa orang menghapus air mata, sebelum jatuh di pipi.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2020, 05:00 WIB
WNI dari Natuna
Keluarga membawa tulisan 'Welcome Home' saat menunggu WNI yang selesai menjalani observasi virus corona dari Natuna, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2/2020). Pemerintah resmi memulangkan 238 WNI ke daerah masing-masing karena telah dinyatakan sehat. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Natuna - Seorang mahasiswi sebuah universitas di Provinsi Hubei (di luar Kota Wuhan), menundukkan kepalanya, sementara teman di sebelahnya sibuk mengelap air mata, dan teman-teman lainnya memamerkan senyum, wajah bahagia.

Begitulah pemandangan dalam upacara pelepasan WNI dari Wuhan, yang sudah menyelesaikan karantina dan observasi selama 14 hari di Hanggar Lanud Raden Sadjad Natuna. Penuh isak tangis haru dan juga wajah ceria.

Sebanyak 238 WNI dari kota lain di Hubei, China, selain Wuhan, akhirnya dapat pulang ke rumah masing-masing setelah dinyatakan bersih dari virus corona yang menurut istilah Organisai Kesehatan Dunia atau WHO disebut dengan COVID-19, yang selama ini membayang-bayangi mereka.

Saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan, mereka tampak menunduk, menyanyikannya dengan khusyuk. Rasa haru bertambah ketika menyanyikan lagu Padamu Negeri. Beberapa orang menghapus air mata, sebelum jatuh di pipi.

Selama beberapa waktu hidup di China, mereka tentu saja ada rasa rindu pada Tanah Air. Apalagi kepulangan mereka kali ini sedikit terpaksa, untuk menghindari penularan COVID-19 yang telah membunuh lebih dari 1.000 orang di China.

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I TNI Laksamana Madya TNI Yudo Margono yang menyerahkan seluruh WNI dari Wuhan itu kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi.

"Dengan keceriaan dan kebahagiaan ini mereka dalam kondisi sehat," kata Panglima disambut gemuruh WNI, sambil mengibarkan bendera merah putih yang terbuat dari plastik, dilansir Antara.

Yudo mengatakan tim telah memastikan bahwa seluruh WNI yang datang dari China sejak dua pekan lalu itu terbukti dalam kondisi sehat semua.

"Tugas kami selesai, Sabtu (15/2) ini, 243 WNI dalam keadaan sehat, dan kami serahkan penanganannya kepada Menko PMK untuk dilaksanakan pemulangan sesuai prosedur," kata dia, menegaskan.

Rasa Syukur

WNI yang telah menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau jelang dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.
WNI yang telah menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau jelang dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. (foto: dokumentasi BNPB)

Menteri PMK Muhadjir Effendi yang menerima WNI dari Wuhan pun menyatakan kebahagiaannya, karena tidak satu pun dari mereka ada yang terkena COVID-19.

"Tidak ada yang terpapar virus corona, ini menunjukkan kalian ketika berada di perantauan punya disiplin dalam menjaga kesehatan," kata dia.

Itu, kata Muhajir, karena virus tersebut hanya menyerang individu yang memiliki kondisi kesehatan dan kejiwaan yang rapuh.

Seorang perwakilan WNI dari Wuhan, menyatakan rasa syukurnya kepada pemerintah yang terus membantu dan memastikan kesehatan warganya, selama masih berada di China, hingga masa karantina di Natuna, Provinsi Kepulauan Riau atau Kepri, selesai.

Selama berada di dalam hanggar, kata dia, WNI dari Wuhan itu belajar akan semangat dan rasa cinta pada bangsa yang ada pada semua sosok prajurit TNI.

Karena sepanjang mereka dikarantina, katanya, TNIlah yang bertugas menjaga, memastikan kesehatan dan semua kebutuhan para WNI itu terpenuhi.

"Kita patut belajar semangat dan kecintaan TNI yang menjaga kami. Berbulan-bulan mereka meninggalkan anak istri, saudara dan kerabat demi mementingkan kepentingan bangsa dari pada pribadi," kata dia.

Dari keteladanan TNI, WNI yang kebanyakan adalah mahasiswa itu semakin yakin bahwa tujuannya menuntut ilmu di luar negeri adalah untuk kembali dan memajukan bangsa sendiri.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyampaikan rasa syukurnya melihat wajah-wajah segar WNI yang dipulangkan dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, itu.

"Saya bersyukur ada yang senyum, ada yang terharu," kata menteri yang juga purnawirawan TNI dengan bintang tiga atau letnan jenderal itu.

Menteri Kesehatan meminta seluruh masyarakat yang telah menjalani masa observasi di Natuna itu untuk tetap menjaga kesehatan, dan terus berolahraga ringan, serta menjaga pola makan. "Jangan lupa minum jamu," kata Menteri Kesehatan.

Menteri mengatakan, para WNI itu kini adalah duta kesehatan bangsa, karena telah menuntaskan masa observasi selama 14 hari.

Risau

WNI yang telah menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau jelang dipulangkan ke kampung halaman masing-masing, Sabtu (15/2/2020).
WNI yang telah menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau jelang dipulangkan ke kampung halaman masing-masing, Sabtu (15/2/2020). (foto: dokumentasi BNPB)

Usai upacara, seluruh WNI dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing, melalui Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta, dengan menggunakan tiga pesawat milik TNI Angkatan Udara.

Sambil menunggu waktu menaiki pesawat, para WNI nampak asyik berfoto dengan personel TNI, seakan mengabadikan kenangan 14 hari selama berada di Natuna.

Sebagian WNI lainnya memilih menari bersama TNI, dengan langkah-langkah yang dinamis. Mereka tertawa senang, menanti waktu kepulangan untuk selanjutnya berjumpa dengan orang tuanya.

Sementara itu, di tengah rasa suka cita pulang kembali ke rumahnya, sejumlah mahasiswa merasa risau dengan kelanjutan di masa mendatang studinya di China.

Seorang mahasiswi Hubei University of Science and Technology, Nadya, mengaku bingung dengan masa depan studinya kelak. Apalagi, dia sedang berada di semester terakhir, menunggu gelar dokter yang akan segera diraih.

"Saya tinggal kuliah beberapa bulan lagi saja," kata Nadya.

Ia berharap bisa melanjutkan studinya di Indonesia saja, tanpa perlu kembali ke China.

"Kalau bisa transfer saja, dengan bantuan pemerintah. Karena tinggal beberapa bulan lagi saja," kata mahasiswa kedokteran yang berasal dari Kalimantan Selatan ini.

Menurut Nadya, ia tidak sendiri, banyak kawan-kawannya juga yang sudah di posisi semester akhir, hanya tinggal menunggu sidang skripsi untuk lulus dari studinya. "Mudah-mudahan, kami bisa transfer," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya