Jaminan Perlindungan Orangutan Tapanuli di Tengah Proyek PLTA Batangtoru

Tidak boleh ada kecelakaan yang melibatkan orangutan tapanuli ataupun mengganggu wild life di lingkungan PLTA Batangtoru.

oleh Reza Efendi diperbarui 19 Feb 2020, 23:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2020, 23:00 WIB
Penasihat Senior untuk Komisaris Utama PT NSHE, Emmy Hafild
Apapun yang disarankan untuk mitigasi meminimalkan dampak terhadap orangutan akan diikuti. NSHE juga sangat menerima coexist atau hidup bersama antara orangutan dengan PLTA Batangtoru.

Liputan6.com, Medan - Pihak pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE) menegaskan sangat peduli dengan keberadaan dan habitat orangutan tapanuli atau dengan nama Latin Pongo tapanuliensis.

Orangutan tapanuli merupakan salah satu spesies dari genus orangutan yang berasal dari daerah Tapanuli, Sumatera Utara (Sumut). Orangutan tapanuli merupakan tambahan spesies baru sekaligus spesies ketiga yang ditemukan setelah orangutan kalimantan dan orangutan sumatera.

Penasihat Senior untuk Komisaris Utama PT NSHE, Emmy Hafild mengatakan, saat ini dalam pengerjaan proyek PLTA Batangtoru sudah ada kebijakan zero accident. Tidak boleh ada kecelakaan yang melibatkan orangutan tapanuli ataupun mengganggu wild life di lingkungan PLTA Batangtoru.

"Karena di sana tidak hanya orangutan, ada harimau, binturong, juga macam-macam. Jadi bukan hanya orangutan, pokoknya kita tidak boleh ada kecelakaan apa pun yang menyebabkan membunuh wild life," kata Emmy di Kota Medan, Selasa, 18 Februari 2020.

Selain itu, apa pun yang disarankan untuk mitigasi meminimalkan dampak terhadap orangutan akan diikuti. NSHE juga sangat menerima coexist atau hidup bersama antara orangutan dalam lingkungan PLTA Batangtoru.

Menurut Emmy, hal itu dilakukan karena orangutan juga butuh habitat yang terjaga dari perubahan iklim. Sebab, jika terjadi perubahan iklim seperti pemanasan global, orangutan juga tidak bisa survive.

"Jadi, seluruh dunia ini kita harus berusaha mati-matian agar kenaikan itu tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius. Kalau naik, mati kita," ujarnya.

Emmy menerangkan, saat ini sudah terjadi yang namanya bleaching. Koral, terumbu karang mengalami bleaching, mati karena panas air. Terumbu karang ini tergantung dengan suhu temperatur air.

"Itu, kalau naik lebih dari 1,5 derajat Celsius, maka bencana bisa saja terjadi. Jadi, kita harus berusaha, dan orangutan butuh PLTA Batangtoru supaya tidak batubara yang dibangun menggantikannya. Tidak diesel yang dipakai, seharusnya diesel jangan diperpanjang lagi, 5 tahun saja, setelah itu ganti dan PLTA Batangtoru bisa mengambilalih,” terangnya.

 

 

Tim Pemantau

BKSDA Aceh Lepasliarkan Dua Orangutan Sumatera Sitaan
Orangutan bernama Elaine berayun pada tali saat dilepasliarkan di Cagar Alam Hutan Pinus Jantho, Aceh Besar, Selasa (18/6/2019). Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melepasliarkan dua orangutan Sumatera bernama Keupok Rere dan Elaine. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Soal tim monitoring yang dibentuk untuk memantau orangutan tapanuli, NSHE sudah merekrut patroli orangutan. Masyarakat juga sudah dilatih untuk melakukan monitoring bagaimana mendeteksi sarang orangutan, mendeteksi jika ada orangutan, dan menjaga agar orangutan aman.

Sebelum konstruksi PLTA Batangtoru dimulai, ada team advance. Mereka pagi-pagi melihat apakah ada wild life atau binatang liar di sana. Ada orangutan apa tidak, dan jika begitu ada orangutan, mereka tidak boleh jalan.

"Itu namanya stop work, itu sudah terjadi dan sudah dijalankan. Kebijakan-kebijakan itu semua sudah ada. Tidak ada yang mengganggu," sebut Emmy.

Mengenai proses pembangunan PLTA Batangtoru, saat ini pembangunan tunnel dan bendungan pintu air. NSHE juga sudah selesai melakukan penelitian tentang ikan yang bermigrasi, seperti ikan jurung dan ikan sidat.

Emmy menerangkan, NSHE menemukan ada empat spesies ikan yang sudah ditemukan dari laut sampai ke hulu. Kemudian dari hulu turun lagi ke laut, seperti ikan jurung bertelur di hulu, Tapanuli Utara, setelah dewasa ke hilir. Ikan sidat, bertelur ke hilir sampai ke Laut Hindia hingga kedalaman 600 ribu meter. Jika sudah hidup, naik ke hulu dan sampai ke Tapanuli Utara.

"Kita sudah punya penelitian itu, dan sudah ada mitigasinya, seperti bagaimana caranya ikan-ikan itu masih tetap dengan habitatnya, sehingga tidak terganggu dan tidak punah," terangnya.

Untuk diketahui, PLTA Batangtoru adalah proyek pembangkit listrik yang sedang dibangun berlokasi di Sungai Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut. Pembangkit listrik dijadwalkan akan beroperasi pada 2022 dan dirancang untuk kapasitas 4x127,5 MW.

PLTA Batangtoru dikembangkan PT NSHE, sebuah perusahaan yang didirikan pada 2008. Tahap pra-konstruksi dari pembangkit listrik telah dimulai setelah kontrak Perjanjian Pembelian Daya (PPA) dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditandatangani pada 21 Desember 2015.

PLTA Batang Toru dimaksudkan untuk berkontribusi 15% dari kebutuhan listrik beban puncak Sumut. Proyek ini merupakan bagian dari Program Strategis Nasional Indonesia untuk membangun sejumlah pembangkit listrik dengan total kapasitas 35.000 MW.

Proyek ini juga merupakan bagian dari upaya nasional dalam mengurangi pemanasan global melalui pengurangan emisi karbon, suatu implementasi dari Perjanjian Paris yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam UU No.16 / 2016.

PLTA Batangtoru diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon pada 1,6-2,2 MTon per tahun 1 atau 4% dari target nasional dari sektor energi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya