Jurus Perpusnas Hapus Kesenjangan Pembangunan Melalui Perpustakaan

Jelang Rakornas, Perpusnas angkat isu kesenjangan pembangunan manusia antardaerah bisa dipersempit melalui pembangunan perpustakaan di daerah.

oleh Liputan Enam diperbarui 21 Feb 2020, 15:45 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2020, 15:45 WIB
Rakornas Perpustakaan Nasional 2020
Jumpa Pers Rakornas Bidang Perpustakaan Nasional 2020. Rakornas siap digelar di Jakarta (25-27 Februari 2020). (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Kesenjangan pembangunan manusia antardaerah, khususnya pada daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) harus dipersempit. Salah satu upayanya, yakni dengan meningkatkan akses pengetahuan ke seluruh pelosok. Perpustakaan memainkan peran penting mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, mandiri, dan berdaya saing di era global.

Perpustakaan merupakan lembaga yang mampu memastikan setiap warga negara memperoleh akses pengetahuan secara terbuka di mana dan kapan pun mereka berada.

Jelang Rakornas Bidang Perpustakaan 2020, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Jumat (21/2/2020) mengatakan, perpustakaan merupakan ruang terbuka bagi masyarakat untuk berkontribusi aktif mendukung pembangunan manusia.

"Sekaligus bagian dari upaya mempercepat pengurangan kemiskinan yang disebabkan persoalan konektifitas dengan sumber daya pengetahuan," katanya.

Pustakawan sebagai elemen melekat dari entitas perpustakaan amat penting menentukan transfer pengetahuan untuk membentuk budaya literasi. Tanpa kemampuan literasi yang memadai, masyarakat mudah terjerumus pada informasi yang palsu dan menyesatkan.

Kemampuan literasi bukan lagi sebatas baca tulis tapi sudah dapat memaknai dan memahami segala informasi maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh dan mengkreasi berbagai produk dan jasa.

Mengusung tema "Inovasi dan Kreativitas Pustakawan Dalam Penguatan Budaya Literasi Untuk Mewujudkan SDM Unggul Menuju  Indonesia Maju", Rakornas Bidang Perpustakaan 2020 menuntut kemampuan para pustakawan dalam mengelaborasikan sumber-sumber informasi, sehingga masyarakat memperoleh kecakapan keterampilan yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan.

Rakornas Bidang Perpustakaan 2020 yang bakal dihelat selama tiga hari (25-27 Februari) di Hotel Bidakara, Jakarta, dijadwalkan dibuka secara resmi oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Rakornas akan mengupas berbagai kebijakan yang dipaparka secara bergantian oleh Bappenas, Kemenkeu,  Kemendikbud,  Kemendes-PDTT,  Komisi X DPR RI, dan Perpustakaan Nasional.

"Rakornas Bidang Perpustakaan 2020 dihadiri tidak kurang dari 1.500 peserta dari seluruh dinas perpustakaan, Bappeda, berbagai forum perpustakaan, asosiasi penerbit dan profesi, pengusaha rekaman, pegiat literasi, dan para pustakawan," ujar Syarif.

Kegiatan ini juga difokuskan pada upaya Perpustakaan Nasional untuk memantapkan program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan amanat yang terdapat dalam Perpres tentang RKP, Renstra Perpustakaan Nasional, serta perumusan rencana kedepan pembangunan di bidang perpustakaan.

"Capaian pembangunan bidang perpustakaan Indonesia tercermin dari beberapa aspek, yakni peningkatan jumlah ketersediaan perpustakaan, peningkatan kelembagaan perpustakaan daerah, penguatan kerangka regulasi, peningkatan akses masyarakat terhadap perpustakaan, serta kebijakan pembangunan nasional bidang perpustakaan," kata Syarif.

 

Transformasi Perpustakaan

Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando berharap perpustakaan memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan literasi masyarakat Indonesia. Melalui penyediaan informasi, dan berbagai bahan bacaan masyarakat. Perpustakaan berperan penting dalam menciptakan masyarakat dengan kemampuan literasi lebih tinggi, sehingga mendorong perubahan kualitas hidup masyarakat.

"Perpustakaan Nasional bertugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu Perpusnas terus berinovasi dan menggalakkan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dan literasi. Hasilnya merambah ke puluhan perpustakaan provinsi, kabupatan dan ratusan tingkat desa/kelurahan. Literasi untuk kesejahteraan tidak hanya menyasar pada masyarakat umum secara luas," ujarnya di Jakarta, Jumat (5/2/2020).

Sasaran transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial tahun 2019 pada 21 perpustakaan provinsi, 60 perpustakaan kabupaten/kota dan 300 perpustakaan desa. Pada tahun  2020 ini akan ditingkatkan menjadi 680 perpustakaan desa.

"Demi ekstensifikasi dan penguatan layanan perpustakaan, Perpusnas memberikan berbagai bantuan dalam rangka penguatan dan pemerataan layanan perpustakaan yang baik di seluruh Indonesia atau Tanah Air ini," ujarnya.

Perpustakaan Nasional RI telah melakukan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dengan tujuan menjadikan perpustakaan sebagai ruang terbuka bagi masyarakat. Dalam hal ini, untuk saling berbagi pengalaman, belajar konstektual, dan berlatih keterampilan kerja, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup. Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial pada tahun 2019 kemarin menyasar 21 perpustakaan provinsi, 60 perpustakaan kabupaten/kota, dan 300 perpustakaan desa.

"Selain itu, Perpustakaan Nasional RI juga memberikan berbagai bantuan dalam rangka penguatan dan pemerataan layanan perpustakaan di seluruh Indonesia. Terdapat bantuan perpustakaan bergerak yang mencakup 768 mobil perpustakaan keliling, 70 motor pustaka keliling, dan 8 kapal perpustakaan terapung," dikutip dari rilis rakornas Perpustakaan Nasional 2020.

Bantuan koleksi dan pengembangan perpustakaan tersebar di 1.034 perpustakaan pondok pesantren, 21.281 perpustakaan desa/kelurahan, 337 perpustakaan lapas, 300 perpustakaan daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T), dan 720 perpustakaan komunitas.

"Sebagai upaya meningkatkan kegemaran membaca sampai daerah 3T, Perpustakaan Nasional RI memberikan bantuan kepada perpustakaan desa. Bantuan berupa 450 judul atau 900 eksemplar dan dua rak buku kepada setiap desa. Sampai 2019, sekitar 300 perpustakaan desa tersebar di 33 provinsi telah menerima bantuan tersebut," dikutip dari rilis rakornas Perpustakaan Nasional 2020.

Indeks Kepuasan

Berdasarkan data yang diterima Liputan6.com, pada 2019, jumlah total pemustaka memanfaatakan layanan perpustakaan tercapai lebih dari 8.278.503 orang. Padahal sebelumnya ditargetknya hanya mencapai 2.2 juta orang. Pada tahun 2019 juga jumlah perpustakaan umum yang memberikan layanan berbasis inklusi sosial sudah tersedia di 300 lokasi.

"Guna meningkatkan kualitas perpustakaan di Tanah Air, Perpustakaan Nasional RI memiliki lima sasaran strategis selama periode 2015-2019, diantaranya peningkatan indeks budaya membaca, peningkatan indeks kepuasan layanan perpustakaan, dan peningkatan pelestarian khazanah budaya bangsa dalam rangka memperkuat restorasi sosial," dikutip dari keterangan rilis rakornas perpustakaan nasional 2020," ujar Syarif.

Sasaran lain, yakni peningkatan perpustakaan sesuai standar nasional dan kegiatan prioritas nasional literasi untuk kesejahteraan.

Berdasarkan data 2019 dari hasil survei Perpustakaan Nasional di 102 Kabupaten/Kota pada 34 provinsi, Indeks Kegemaran Membaca (IKM) di Indonesia berkisar 53,84 atau masuk kategori sedang. Hal itu berdasarkan tiga parameter, yakni frekuensi membaca per minggu, durasi atau intensitas membaca dalam sehari dan banyaknya bacaan selama tiga bulan terakhir (judul).

Sementara pada 2018, IKM hanya mencapai 36,48 saja, Artinya terjadi peningkatan pada 2019.

"Perpustakaan Nasional RI juga melakukan kerjasama dengan lembaga lain. Kerjasama tersebut bermanfaat untuk memberikan layanan informasi langsung kepada masyarakat, memperluas jaringan layanan informasi, hingga meningkatkan akses koleksi perpustakaan melalui pertukaran data atau koleksi," dikutip dari rilis rakornas Perpustakaan Nasional 2020.

Beberapa kerja sama tersebut ialah Memorandum of  Understanding (MoU) Perpustakaan Nasional RI dengan Kementerian Dalam Negeri,  Kementerian Desa PDTT, Badan Keamanan Laut, Lemhannas RI, National Library Board Singapore serta institusi lainnya. Diakhir sambutannya, Syarif Bando juga menyinggung tentang pentingnya literasi di kalangan generasi muda.

Pasalnya, esensi literasi sangat diperlukan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Ia menjelaskan bahwa inovasi lahir dengan membaca dan terdapat  perbedaan bagi setiap orang yang membaca dengan yang tidak membaca terlihat dari hasil karyanya atau kariernya. 

"Perpustakaan nasional terus berfokus dalam melayani agar bisa dirasakan manfaatnya langsung masyarakat Indonesia," tutup Syarif.(Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ)

 

Simak Video Pilihan Berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya