Liputan6.com, Mamuju - Di masa senjanya nenek Yuli atau Kindo Juna (82), warga Dusun Salupompong, Desa Kabuloang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat (Sulbar), harus berjuang seorang diri memenuhi kebutuhannya. Nenek sebatangkara itu tinggal di sebuah gubuk beralaskan tanah dan beratap daun rumbia yang tampak bocor di beberapa tempat.
Untuk penerangan, nenek Yuli masih menggunakan lampu minyak tanah. Kehidupannya kian berat lantaran dirinya harus banting tulang untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya dengan menanam ubi di sekitar gubuknya.
Nenek Yuli tak pernah mendapatkan perhatian dan bantuan dari pemerintah. Jangankan bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) atau jenis bantuan lainnya, beras Pra Sejahtera (Rastra) saja, selama ini hanya sekali ia terima.
Advertisement
"Tidak ada bantuan, nak," kata Yuli kepada Liputan6.com, Selasa (25/2/2020).
Baca Juga
Padahal nenek Yuli mengaku kerap didata oleh pihak pemerintah setempat, ia dimintai berkas adiministrasi seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK), namun dirinya hanya sekadar didata, tak ada bantuan sama sekali.
Bagi nenek Yuli, dirinya tidak pernah berharap lebih akan mendapatkan bantuan. Dirinya hanya takut jatuh sakit di usianya yang semakin senja, dan tak bisa menanam ubi untuk kebutuhanya sehari-hari.
"Semoga tidak sakit ka nak, supaya tidak tambah beban keluarga yang sudah bantu ka selama ini, bisaka juga tanam ubi," harap Nenek Yuli.
Selain penyakit di usia senjanya, Nenek Yuli juga selalu khawatir jika musim hujan tiba, karena ia merasa tidak nyaman untuk beristirahat utamanya saat tidur pada malam hari, akibat atap rumah yang bocor dan air yang menetes langsung ke lantai tanah dan tempat tidurnya.
Fitriani salah seorang kerabat nenek Yuli mengatakan, dirinya hidup sebatangkara setelah suaminya meninggal beberapa tahun lalu. Nenek Yuli sebenarnya punya dua orang anak, namun sudah hidup bersama keluarga mereka masing-masing.
"Nenek selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhannya seorang diri yang ia makan saat ini murni dari tetes keringatnya sendiri, hasil menanam ubi. Untuk makanan beras ia dapatkan dari tetangganya yang merasa bersimpatik pada nenek," kata Fitriani.
Fitriani hanya berharap, nenek Yuli mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah setempat di usianya yang sudah senja. Sehingga dirinya tak perlu bersusah payah memenuhi kebutuhannya sendiri.