Temoan dan Tradisi Gotong Royong di Cirebon

Temoan merupakan salah satu cara masyarakat Desa Suranenggala Kabupaten Cirebon untuk terus menggelar kegiatan bertajuk wisata budaya.

oleh Panji Prayitno diperbarui 07 Mar 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2020, 09:00 WIB
Temoan dan Tradisi Gotong Royong di Cirebon
Suasana kegiatan bertajuk kebudayaan dengan mengusung semangat tradisi Temoan di Desa Suranenggala Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Wilayah pesisir pantai Cirebon merupakan salah satu daerah yang sangat lekat dengan perkembangan seni budaya tradisional Pantura Jawa Barat.

Tidak sedikit sanggar yang ada di kawasan Pesisir Pantai Cirebon masih bertahan. Di kalangan kelompok seni, ada cara tersendiri untuk bisa berperan dalam menjaga tradisi Temoan di Desa Suranenggala Kabupaten Cirebon.

Filolog Cirebon Rafan S Hasyim mengatakan, tradisi temoan umumnya terjadi saat salah satu warga menggelar hajatan.

"Seperti pernikahan sampai khitanan ada temoan," kata pria yang akrab disapa Opan ini, Senin, 2 Maret 2020.

Menurutnya, warga Suranenggala sudah terbiasa melakukan gotong royong untuk membantu aktivitas warga lainnya. Warga yang membantu baik dari tenaga maupun kebutuhan acara.

Bahkan, kata dia, semua bantuan yang diberikan warga sifatnya bagian dari sedekah. Dia mengatakan, tradisi Temoan Cirebon juga kini bisa ditemukan dalam kegiatan lain seperti gelar seni budaya Njujug Tajug.

Masyarakat secara sukarela menyiapkan uang yang akan diberikan kepada kelompok seni yang melakukan pementasan. Hal tersebut sebagai bentuk apresiasai, sekaligus untuk mendukung pelestarian seni dan budaya lokal Cirebon.

"Masyarakat bedulan ini, sangat mengpresiasai kegiatan seni dan budaya," ujar Opan.

Tidak jarang warga Suranenggala bisa menyelenggarakan kegiatan pagelaran dan pementasan yang besar, hanya dengan temoan yang diberikan oleh masyarakat. Opan mengungkapkan, sudah selayaknya seniman yang ada di Bedulan untuk diberikan apresiasai dan juga ruang.

"Sebenarnya banyak sekali seni dan budaya yang ada di Cirebon yang masih bertahan, bahkan ada maestro kesenian yang sudah mendapatkan penghargaan dari menteri tapi belum terakomodir dengan baik oleh pemerintahnya," ujar dia.

Perwakilan Desa

Temoan dan Tradisi Gotong Royong di Cirebon
Suasana kegiatan bertajuk kebudayaan dengan mengusung semangat tradisi Temoan di Desa Suranenggala Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Ketua panitia Njujug Tajug Kecamatan Suranenggala, Heli Mulyadi, membenarkan bahwa temoan merupakan salah satu bentuk dukungan masyarakat, terhadap kegiatan kesenian yang diselenggarakannya. Dia mengaku memang sudah merencanakan untuk mengadakan temoan, pada saat pelaksanaan pagelaran seni dimulai.

"Kita sediakan wadah, untuk warga yang mau memberikan sumbangan," kata Heli.

Kegiatan Njujug Tajug di Kecamatan Suranenggala ini sangat meriah. Ia menyebut, ada sekitar 13 pementasan yang dilaksanakan, sejak pagi hingga malam hari.

Jika tidak didukung oleh PCNU Cirebon dan juga temoan, kegiatan tersebut pasti membutuhkan dana yang sangat besar. Apalagi, kegiatan ini juga diawali dengan pawai yang diikuti oleh setiap perwakilan desa di Kecamatan Surnaneggala.

"Kalau didanai secara mandiri, sepertinya berat sekali untuk menyelenggarakan acara sebesar ini," kata Heli.

Heli juga mengucapkan terima kasih kepada PCNU Cirebon dan Lesbumi, yang sudah memilih Kecamatan Suranenggala sebagai lokasi kegiiatan pagelaran seni Njujug Tajug. Dengan kegiatan ini, masyarakat akhirnya kembali mengetahui seni budaya peninggalan para leuluhur, yang hampir punah.

Masyarakat juga akhirnya mendapatkan pemahaman, bahwa seni budaya yang ada, tidak bertentangan dengan ajaran agama, yang saat ini sering sekali dibenturkan.

"Kegiatan Njujug Tajug ini, harus lebih sering dilaksanakan. Agar seni dan budaya lokal Cirebon, tidak lagi dianggap bertentangan dengan ajaran agama," ujar Heli.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya