Liputan6.com, Polman - Saat anak seusianya asyik bermain, Nurhanifa (4), hanya bisa terbaring lemah di rumahnya. Sudah tiga tahun Nurhanifa menahan sakit akibat tumor ganas di tubuhnya.
Nurhanifa merupakan anak bungsu dua bersaudara dari pasangan Tamsir dan Jamila, warga Dusun Kebun Dalam, Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar).
Tamsir mengatakan, awalnya muncul benjolan kecil pada bagian perut Nurhanifa. Benjolan itu muncul sekitar tahun 2017 dan terus membesar. Khawatir akan benjolan yang ada di tubuh mungil anaknya, Tamsir pun memeriksakan anaknya ke puskesmas setempat.
Advertisement
"Dari puskesmas kemudian anak saya dirujuk ke RSUD Polewali, kemudian diteruskan ke Kota Makassar untuk pengobatan lebih lanjut, karena anak saya divonis menderita tumor ganas," kata Tamsir kepada Liputan6.com, Jumat (13/3/2020).
Baca Juga
Tubuh mungil Nurhanifa pun harus menjalani operasi pengangkatan tumor ganas, yang dilanjutkan proses kemoterapi sebanyak 16 kali. Selama proses itu Tamsir dan keluarga harus menetap di Kota Makassar selama satu tahun, sembari terus berharap akan ada kesembuhan bagi sang anak.
Namun, setalah menjalani proses kemoterapi yang panjang, dokter kembali memvonis bahwa ditemukan adanya gejala tumor baru di tubuh Nurhanifa. Sehingga dokter menyarankan agar Nurhanifa kembali menjalani operasi pengangkatan tumor itu.
"Kami diminta untuk terus melakukan kontrol ke dokter, pas kontrol yang ketiga kali, tiba-tiba ditemukan ada kelainan di bagian limpa, dokter meminta agar kembali dilakukan operasi dan kemoterapi sebanyak 8 kali," ujar Tamsir.
Kenyataan pahit itu membuat Tamsir dan keluarga berpikir keras soal biaya yang dibutuhkan. Hingga mereka pun memutuskan untuk kembali ke Polman, melakukan musyawarah kepada keluarga besar. Apalagi saat itu Nurhanifa mulai tidak betah terus berada di rumah sakit, gadis mungil ini lebih memilih pulang dan minum obat saja dari rumah.
"Bukan saya tolak apa yang dikatakan dokter. Jadi saat itu saya bilang jangan dulu (operasi) dokter, karena saya akan pulang dulu untuk musyawarah sama keluarga, nanti kalau saya kembali saya akan menelepon," tutur Tansir.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Tumbuh Tumor Lain
Setelah enam bulan usai meninggalkan Kota Makassar, tumor baru kembali muncul di tubuh Nurhanifa, kali ini bukan lagi perut, tapi tumbuh pada bagian lengan gadis mungil itu, yang menyebabkan pembengkakkan terjadi dan terus membesar. Kondisi itu membuat Nurhanifa drop dan hanya bisa berbaring saja di rumah.
Melihat kondisi lengan Nurhanifa yang semakin membesar, Tamsir dan keluarga merasa sangat khawatir akan kondisi anak bungsunya itu. Ketiadaan biaya untuk melakukan operasi membuat Nurhanifa hanya bisa diberikan obat herbal, yang harganya tidak murah bagi orangtuanya.
"Sekarang ini saya minumkan obat herbal dari Palopo yang harganya Rp1,7 juta. Selama minum obat ini kondosinya sudah lumayan, tapi benjolan-benjola lain mulai bermuncul seperti di ketiak dan bokongnya," ungkap Tamsir.
Untuk memenuhi kebutuhan obat herbal Nurhanifa, Tamsir yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan harus meminjam kepada tetangganya, bahkan tak jarang ia meminjam dana ke pengurus masjid, apalagi masih ada kakak Nurhanifa yang harus ia biayai sekolahnya.
"Saya harus pinjam ke sana ke mari untuk membelikan anak saya obat," ujar Tamsir lirih.
Saat ini Tamsir hanya berharap akan ada bantuan untuk proses kesembuhan anaknya, sehingga gadis mungil itu bisa kembali sehat dan dapat bermain seperti anak-anak seusianya. Ia sangat merindukan keceriaan dan senyum manis anak bungsunya itu.
"Kemarin dinas sosial datang kemari, hanya tanya-tanya saja terus minta foto copy KK dan KTP, tapi saya tidak tahu diurus atau tidak. Semoga masyarakat Polman khususnya Wonomulyo bisa membantu agar anak saya bisa cepat sembuh," harap Tamsir.
Advertisement