Cerita Dokter di Kendari, Beli Mantel Hujan Urus Jenazah Positif Corona Covid-19

Dokter di RS Bhayangkara Kendari menggunakan jas hujan untuk menangani jenazah dengan gejala corona covid-19.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 25 Mar 2020, 02:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2020, 02:00 WIB
Tim dokter Kendari mengurus jenazah pasien dengan gejala Corona Covid-19 dengan menggunakan mantel hujan.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Tim dokter Kendari mengurus jenazah pasien dengan gejala Corona Covid-19 dengan menggunakan mantel hujan.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

 

Liputan6.com, Kendari - Demi mencegah terjadinya penularan corona Covid-19, tim dokter RS Bhayangkara Kendari menggunakan alat pelindung diri seadaanya mengevakuasi jasad seorang pemuda yang meninggal dunia pada Sabtu, 21 Maret silam. Meski diagnosa menunjukkan pasien tersebut meninggal karena Demam Berdarah Dengue (DBD), namun pihak keluarga mengaku pasien juga menunjukkan ada gejala corona Covid-19.  

Saat itu, tim dokter yang menuju lokasi rumah pasien minim perlengkapan. Namun, risiko ditaruh belakangan demi menyelamatkan warga lainnya yang berada di sekitar kamar korban.

Dokter RS Bhayangkara Kendari, Kompol dr Mauluddin menceritakan, dirinya sempat mendiskusikan kepada para anggota soal kurangnya alat pelindung diri.

"Sedangkan kita banyak orang saat akan mengevakuasi, ya terpaksa kami lari beli mantel hujan di pasar tradisional dekat kamar korban," ujar Mauluddin.

Mantel hujan yang dibeli, berwarna biru dan hijau. Kontras dengan APD Corona covid-19 yang umumnya berwarna putih.

Mantel itu, ukurannya lebih longgar dan beresiko disusupi virus. Sehingga, mantel seharga belasan ribu rupiah itu ditambah lilitan lakban di lengan dan kaki. Meskipun mirip pakaian standar penanganan virus Corona, namun tentu bukan tanpa risiko.

"Mau diapakan lagi, kami harus bertindak cepat. Mengurus jenazah secepatnya karena jika memang positif corona, agar tak menginfeksi orang lain di sekitar," katanya.

Dia menceritakan, saat itu timnya langsung melakukan visum di kamar kos. Kemudian, melilitkan lakban kepada jenazah dan membawa ke rumah sakit.

Keluarga korban langsung diberitahu, agar tak membuka jenazah di dalam peti dan langsung digelar salat jenazah. Korban dikuburkan sesuai standar penanganan Corona.

Kepala Satuan Gugus Tugas Penanganan Pandemi Virus Corona Covid-19, dr La Ode Rabiul Awal juga mengatakan peti jenazah tidak dibuka lagi oleh keluarga.

"Kami harap, langsung disalatkan dan dimakamkan," katanya.

Diketahui, saat ini di Sulawesi Tenggara sudah ada 3 orang pasien positif Corona Covid-19. Sebanyak 982 pasien dalam status ODP, 15 orang berstatus PDP.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jenazah PDP Dilakban

Seorang warga dengan gejala covid-19 dibungkus lakban di Kolaka.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Seorang warga dengan gejala covid-19 dibungkus lakban di Kolaka.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Tangis histeris keluarga menyambut kedatangan jenazah salah seorang pasien berjenis kelamin perempuan berstatus dalam pengawasan di Kabupaten Kolaka. Dia meninggal di RS Bahteramas Kendari, Senin (23/3/2020) usai dirawat sejak Sabtu (21/3/2020).

Wanita berusia 32 tahun itu, memiliki riwayat perjalanan umrah pada Februari 2020. Saat masuk pertama kali, dia sudah mengeluhkan sakit demam, batuk, dan sesak napas.

Saat tiba di kampung halamannya di Kolaka, jenazah dibawa dengan mobil keluarganya. Dia dalam kondisi dililit dilakban bening seluruh tubuhnya, dibawa dengan sebuah minibus.

Tangis keluarga pecah, saat mengetahui kondisi korban. Beberapa kerabatnya, terlihat menggunakan masker saat menjemput jasad ibu rumah tangga itu.

Sebelumnya, pihak keluarga menolak menggunakan peti dan mobil jenazah dari rumah sakit saat hendak dibawa dari Kota Kendari menuju Kolaka. Direktur RS Bahteramas Sulawesi Tenggara, dr Sjarif Subijakto menyatakan, sudah memberikan saran kepada pihak keluarga. Namun, keluarga menolak.

"Terpaksa kami minta mereka tanda tangan terkait risiko di jalan jika tak diurus sesuai SOP lalu kami lepas," ujar Sjarif Subijakto.

Mereka berharap, pihak keluarga langsung memakamkan pasien. Sebab, dikhawatirkan jika memang positif corona, bisa menulari pasien lain jika dimandikan atau disentuh jenazahnya.


Bantuan DPRD

Bantuan alat kesehatan dari anggota DPRD untuk penanganan covid-19 di Sultra.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Bantuan alat kesehatan dari anggota DPRD untuk penanganan covid-19 di Sultra.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Sebanyak 35 orang dokter dan perawat RS Bahteramas Sulawesi Tenggara diisolasi usai diduga terpapar virus Corona. Mereka ditempatkan di dalam kompleks rumah sakit, beberapa diantaranya di rumah.

Menurut Direktur RS Abunawas, dr Sjarif Subijakto, mereka diduga terpapar virus Corona karena sempat melakukan kontak dengan pasien. Kondisi ini membuat mereka harus diisolasi memastikan orang lain tidak tertular.

Kondisi ini menarik simpati salah seorang anggota DPRD Sulawesi Tenggara, Yudhianto Mahardika. Bersama timnya, dia langsung turun memberikan bantuan APD dan alat kesehatan serta pakaian, Senin (23/3/2020).

"Kalau sudah mereka yang diisolasi, siapa yang akan menolong warga, kasian mereka sedangkan tiap hari kami pantau ada terus perkembangan pasien," ujar Yudhianto.

Dengan semobil penuh berisi pakaian, alat kesehatan, selimut, masker dan minuman vitamin, bantuan diterima langsung direktur rumah sakit. Saat ini, meskipun bantuan mengalir terus, namun beberapa kebutuhan penting untuk penanganan pasien Corona masih minim.

"Saya termotivasi dari perjuangan mereka, disaat warga harus tinggal di rumah saja, mereka yang bertaruh nyawa. Kemudian, mereka ini gajinya sangat sedikit jika dibandingkan dengan pengorbanan yang harus mereka lakukan," ujarnya.


Langkah Pemprov

Kepala Satuan Gugus Tugas penanganan Corona Covid-19 Sulawesi Tenggara, La Ode Rabiul Awal.  (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Kepala Satuan Gugus Tugas penanganan Corona Covid-19 Sulawesi Tenggara, La Ode Rabiul Awal. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Kepala Satuan Gugus Tugas Penanganan Corona wilayah Sultra, La Ode Rabiul Awal menyatakan, saat ini pihaknya tengah menunggu bantuan yang ada dari pemerintah pusat. Meskipun demikian, bantuan yang datang dari orang di Kota Kendari dan sekitarnya di rumah sakit rujukan, mulai berdatangan.

"Pemprov terus berkomunikasi juga dengan pusat, kami harapkan secepatnya bisa diatasi," ujar La Ode.

Saat ini, rumah sakit rujukan pasien covid di Kota Kendari ada dua, RS Bahteramas dan RSUD Kota Kendari. Rumah sakit Bhayangkara, juga siap jika kondisi pada kedua rumah sakit sudah tak mampu menampung pasien.

Kabid Dokkes RS Bhayangkara, Kompol dr Mauluddin menyatakan, ada kamar yang sudah disiapkan dengan 5 kamar tidur. Namun, pakaian APD masih belum mencukupi meskipun sudah dimiliki rumah sakit.

"Hanya, sejumlah fasilitas kebersihan, alat kesehatan seperti kaca mata, masker dan kaos tangan sudah ada," ujarnya.

Direktur RS Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, dr Sjarif Subijakto menyatakan, saat ini rumah sakit yang dipimpinnya memiliki jumlah baju lengkap APD ada tersisa 56 buah, masker n-95 sebanyak 340 buah dan masker biasa sebanyak 1249 buah.

"Persediaan selama dua Minggu, aman. Namun, kami masih berharap, bantuan datang terus," ujarnya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini :

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya