Beredar Isu Gerakan 'Berhenti Total 3 Hari' di Mamuju, Ini Faktanya

Banyak masyarakat yang memercayai jika gerakan 'Berhenti Total Tiga Hari' akan dilakukan di Mamuju. Akibatnya, pasar tradisional yang satu bulan terakhir sepi pembeli mendadak menjadi ramai.

oleh Abdul Rajab Umar diperbarui 10 Apr 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2020, 12:00 WIB
Pasar Sentral Mamuju
Sejumlah warga yang melakukan kegiatan jual beli di pasar

Liputan6.com, Mamuju - Beberapa hari terkahir beredar isu gerakan 'Berhenti Total Tiga Hari' untuk mencegah penyebaran Corona Covid-19 di Indonesia pada tanggal 10-12 April. Informasi mengenai gerakan itu menyebar di sejumlah media sosial dan menjadi perbincangan hampir seluruh masyarakat termasuk di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Bahkan, banyak dari masyarakat yang memercayai jika gerakan itu akan benar-benar dilakukan di ibu kota provinsi ke-33 itu. Akibatnya, pasar tradisional yang satu bulan terakhir sepi pembeli mendadak menjadi ramai, banyak warga yang berbondong-bondong membeli kebutuhan pokok untuk menghadapi gerakan itu.

"Katanya pasar akan ditutup dan kita dilarang berkegiatan di luar rumah selama tiga hari, makanya saya ke pasar untuk membeli kebutuhan," kata Rahma salah seorang warga yang ditemui di Pasar Sentral Mamuju, Kamis (09/04/2020).

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Mamuju Imelda Pababari yang mendengar informasi itu langsung turun ke pasar untuk meredakan kepanikan warga. Ia mengatakan isu penutupan pasar di Mamuju selama tiga hari tidaklah benar.

"Saya langsung turun ke pasar, hujan-hujan mengecek kebenaran informasi itu, rupanya warga mengetahui informasi itu dari media televisi, terkait penutupan pasar di Jakarta. Warga menilai, pasar di Jakarta saja tutup apalagi di Mamuju," terang Imelda.

Karena itu, Imelda mengimbau kepada masyarakat agar tidak cepat merespon Informasi yang beredar terkait gerkan 'Berhenti Total Tiga Hari' itu, apa lagi soal penutupan pasar. Penutupan pasar tidak akan dilakukan, sebab, secara kondisi akibat wabah Corona Covid-19 di Jakarta dan Mamuju sangatlah berbeda.

"Informasi penutupan pasar itu tidak benar alias hoaks dan tidak perlu khawatir, Pasar Sentral Mamuju akan tetap buka. Di Jakarta penderita Covid-19 jumlahnya ratusan, sementara di Mamuju baru satu itupun di isolasi di Makassar," ujar Imelda.

Tak lupa, Imelda meminta agar masyarakat tetap mengikuti anjuran pemerintah terkait physical distance dan tidak tidak mudah percaya dengan informasi yang sumbernya belum jelas. Jika ada penutupan pasar pasti pemerintah daerah mengeluarkan surat edaran atau instruksi.

"Jika ada penutupan, Dinas Perdagangan Mamuju yang akan menyampaikannya sendiri. Saya minta warga pasar, beraktivitas seperti biasa tetap ikuti anjuran pemerintah ditengah wabah Covid-19 ini," tutup Imelda.

Simak juga video pilihan berikut:

Penjelasan Gugus Tugas Covid-19

Safaruddin Sanusi
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sulawesi Barat

Sementara itu, juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sulawesi Barat Safaruddin Sanusi mengatakan, gerakan 'Berhenti Total Tiga Hari' tidak benar atau hoax. Tidak ada instruksi untuk penutupan wilayah atau larangan membuka fasilitas umum selama tiga hari seperti pasar.

"Tidak benar kalau akan ada gerakan itu di Sulawesi Barat, apa lagi sampai penutupan pasar. Jadi masyarakat jangan mudah mempercayai isu-isu yang beredar," kata Safaruddin.

Safaruddin menambahkan, saat ini hanya Provinsi DKI Jakarta saja yang akan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Jumat 10 April, besok. Hal itu dilakukan mengingat kondisi ibu kota negara itu yang sudah sangat parah terpapar Corona Covid-19.

"PSBB itu hanya di Jakarta saja dan PSBB itu diusulkan oleh masing-masing daerah ke Presiden. Sampai saat ini Pemprov Sulawesi Barat belum pernah mengusulkan itu. Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir akan isu 'Berhenti Total Tiga Hari' itu," jelas Safaruddin.

Safaruddin pun meminta agar masyarakat tidak bertindak berlebihan apa lagi sampai terjadi panic buying, tetap mengikuti imbauan pemerintah dalam rangka memutus penyebaran virus mematikan itu. Karena menurutnya, langkah itulah yang paling tepat untuk masyarakat Sulawesi Barat.

"Masyarakat tetap jaga jarak atau physical distance, terus di rumah saja klo tidak ada keperluan mendesak dan kalau keluar rumah tetap gunakan masker," tutup Safaruddin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya