Warga Menolak Keberadaan Sejumlah Rumah Singgah Covid-19 di Sulut

Dua Rumah Singgah Covid-19 yang ditolak keberadaannya adalah Kantor LPMP Sulut dan Asrama Haji Manado.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 10 Apr 2020, 23:59 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2020, 23:59 WIB
Gerbang Asrama Haji Tuminting Manado yang digembok serta dipasang spanduk penolakan.
Gerbang Asrama Haji Tuminting Manado yang digembok serta dipasang spanduk penolakan.

Liputan6.com, Manado Salah satu langkah penanganan Covid-19 di Sulut adalah dengan menyiapkan 7 Rumah Singgah untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) Covid-19. Sayangnya keberadaan Rumah Singgah ODP ini justru ditolak oleh sebagian warga setempat.

Dua Rumah Singgah Covid-19 lokasinya dinilai berdekatan dengan pemukiman warga yakni Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sulut dan Asrama Haji Tuminting Manado.

“Kami menolak dengan tegas recana penggunaan gedung LPMP sebagai rumah isolasi,” tegas Anthonius Ngampas, warga sekitar kompleks LPMP yang terletak di Desa Pineleng Dua, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Sulut.

Dia mengatakan, masyarakat tidak bermaksud menghambat upaya pemerintah dalam mengatasi penyebaran Covid-19. Namun perlu dipikirkan dan diutamakan keselamatan warga.

“Kami menolak rencana Pemprov itu karena gedung LPMP berada di pemukiman warga. Sekalipun LPMP aset pemerintah tapi Pemerintah. Cari tempat lain yang jauh dari pemukiman warga,” ujarnya.

Penolakan yang sama juga dilakukan warga di sekitar Asrama Haji Tuminting Manado. Darwin Bawonte, yang rumahnya hanya dibatasi tembok Wisma Haji Sulut mengaku sangat takut.

“Kalau Wisma Haji Sulut jadi lokasi RS Isolasi sangat berbahaya bagi kami. Sebab lokasinya berada di tengah permukiman masyarakat,” ujarnya.

Darwin mengatakan, pemerintah mestinya mempertimbangkan lagi penggunaan Asrama Haji sebagai Rumah Singgah Covid-19.

Kepala Lingkungan 3 Kelurahan Tuminting Melti Manahampi Kahindutu mengatakan warga jelas-jelas menolak jika memang tempat ini bakal dijadikan RS Singgah ODP Covid-19. Karena ada 200 lebih kepala keluarga berada di sekitar Wisma Haji Sulut. Dari total 508 warga di Lingkungan 3.

“Warga semua menolak. Warga sudah datang ke rumah. Mereka menolak dan merasa ketakutan,” ujarnya.

Kondisi Wisma Haji Sulut hingga, Jumat (10/04/2020), terlihat sepi. Pintu gerbang digembok. Sebuah standuk besar berisi penolakan warga terpampang melekat di gerbang tersebut.

 

Memaksimalkan Keberadaan Rumah Singgah Secara Bertahap

 

Jubir Satgas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel, membenarkan Wisma Haji Sulut sebagai salah satu alternatif RS Isolasi ODP.

“Untuk situasi di lokasi diserahkan kepada aparat keamanan. Kalau sudah beres baru dibuka,” ujarnya.

Dia mengatakan, sampai sejauh ini di Badan Diklat Sulut, Pusat Krisis Kesehatan Mapanget dan Bapelkes Malalayang tidak ada masalah. Namun baru Badan Diklat Sulut telah jalan dengan 7 ODP yang sedang diobservasi.

“Baru seminggu beroperasi. Kami berupaya stabilkan dulu, baru kemudian operasikan Rumah Singgah yang lain. karena ini juga terkait sumber daya yang ada,” ujarnya.

Dandel mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan tenaga medis untuk ditempatkan di Rumah Singgah Covid-19 yang lain.

“Karena tidak mungkin dibiarkan begitu saja ODP atau pelaku perjalanan, tanpa ada perawat yang menagawaki,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Biro Pemerintahan Pemrov Sulut Jemmy Kumendong mengatakan, ada 7 Rumah Singgah Covid-19 yang disiapkan untuk penanganan ODP dan pelaku perjalanan.

“Tujuh rumah singgah yang tersebar di Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, dan Kabupaten Minahasa itu berkapasitas 760 tempat tidur,” ujarnya.

Rumah Singgah Covid-19 Sulut itu berada di Kantor Penanggulangan Krisis Kesehatan dengan kapasitas 30 tempat tidur, Kantor Diklat Maumbi (100), Kantor Bapelkes (270), Asrama Haji Tuminting (300). Selanjutnya LPMP Sulut (40), dan RSUD Bitung (20) sebagai ruang isolasi, serta RSUD Noongan (6), juga sebagai ruang isolasi.

Simak juga video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya