Cerita Bocah Sragen Hidup Bergelimang Piala dan Dipercaya Jadi Guru di Kelas

Tiap orang pasti terperangah saat melihat ratusan piala sudah diraih Celyn meski dirinya baru berusia 10 tahun.

diperbarui 28 Okt 2021, 14:42 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2020, 11:09 WIB
Bocah Berprestasi
Sebanyak 700-an piala terpajang di tiga etalasi besar setinggi tiga meter di ruang tamu rumah Elvaretta Cicelyana Yocelyn, 10, di Perumahan Margoasri Gang 12 RT 036/RW 009, Puro, Karangmalang, Sragen. (Tri Rahayu/Solopos)

Sragen - Sepintas tak ada yang berbeda antara Elvaretta Cicelyana Yocelyn atau yang akrab disapa Celyn dengan bocah seusianya. Namun saat berkunjung ke rumahnya di Perumahan Margoasri Gang 12, RT 036/RW 009, Desa Puro, Karangmalang, Sragen, tiap orang pasti akan terperangah melihat setumpuk piala dalam etalase besar.

Bocah 10 tahun itu sudah meraih sekitar 700-an piala dan hadiah dari beragam lomba yang diikutinya, kebanyakan dari bidang seni seperti menggambar dan mewarnai. Tak hanya bergelimang piala, bingkisan hadiah seperti tas, peralatan sekolah, dan seterusnya pun tertumpuk di bagian atas etalase itu. Ratusan sertifikat atau penghargaan juga menjadi penghias ruang tengah rumahnya.

Saking banyaknya piala dan hadiah itu, bocah Kelas III SDN 5 Plumbungan, Karangmalang, Sragen itu  bahkan tak jarang membagikan hadiah-hadiah itu. Dia membagikan ke temannya di sekolah, para anak-anak yatim piatu atau kurang mampu, dan anak teman orangtuanya saat berkunjung ke rumahnya. Bisa berbagi hadiah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi gadis yang sebenarnya pendiam itu.

Sebanyak 700-an piala itu dikumpulkan Celyn sejak berumur empat tahun. Lomba awal yang diikutinya berupa lomba fotogenic. Namun, sejak duduk di Taman Kanak-kanak (TK) Bhayangkari Sragen, Celyn mulai terlihat bakatnya dalam seni mewarnai dan menggambar.

Bakat bocah berprestasi itu diketahui ayahnya, Joko Sunoto, yang juga guru Kelas V di SDN 5 Plumbungan. Joko membimbing anak perempuannya itu hingga akhirnya bisa memenangi berbagai perlombangan tingkat kabupaten, soloraya, dan nasional. Hadiah uang pembinaan yang didapat Celyn selalu ditabung.

“Sekarang sudah terkumpul Rp80 juta. Uang itu mau dipakai buat beli mobil. Saya ingin punya mobil,” kata Celyn, dikutip Solopos.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Dipercaya Jadi Guru di Kelas

Prestasinya yang sudah tak diragukan lagi itulah, Celyn mendapat kepercayaan para guru sebagai guru cilik untuk mata pelajaran seni, budaya, dan keterampilan di sekolah tempatnya belajar. Setiap pekan ia mengajar tiga kali di kelas yang berbeda.

Ia pernah mengajar di Kelas III saat masih duduk di Kelas II. Dari sekian siswa SD itu, ada sejumlah siswa yang maju lomba menggambar dan mewarnai di SMK Kristen Sragen. Dua anak kelas III yang diajari Celyn berhasil membawa piala juara II dan III serta Celyn sendiri membawa piala juara I.

Celyn yang bercita-cita jadi dokter itu belajar mewarnai kali pertama berupa gambar sapi di kebun. Gambar itu diwarnai dengan pensil warna (crayon) dengan warna gradasi yang indah. Salah satu gambar karyanya yang unik berupa gambar bercerita, yakni gambar anak yang membatik, menjemur batik, hingga kain batiknya digunakan penari saat pentas tadi dengan iringan gamelan.

Cerita itu disajikan Celyn dalam satu bingkai gambar yang menarik dengan ukuran kertas A4. “Ide-ide itu dari saya sendiri. Termasuk pemilihan warnanya. Setiap maju lomba, saya dan bapak selalu latihan dulu,” katanya.

 

Baca juga berita Solopos lainnya di sini

Sebagian Besar Juara Satu

Selama ikut lomba, Celyn pernah tidak mendapat juara. Bagi dia, ketika tak menang di lomba dianggap bukanlah rezekinya. Dari 700-an piala itu, 75 persen di antaranya merupakan piala juara I, sisanya juara II dan III.

Joko pun tak menyangka putrinya memiliki bakat terpendam itu. Ia selalu mendukung Celyn dan mengantarnya saat ikut lomba kemana-mana, seperti ke Jogja, Semarang, Jawa Timur, dan seputaran Soloraya.

“Saat mengajar di sekolah itu, ada siswa yang keberatan karena contoh gambar yang diberikan Celyn terlalu rumit dan detail. Saya terkesan saat ikut lomba tingkat nasional pada April 2019 lalu di Semarang. Waktunya hanya satu jam. Orang tua diberi jarak cukup jauh untuk melihat anaknya yang ikut lomba. Ya, degdegan juga dan akhirnya selesai. Celyn pun dapat juara I,” ujarnya.

Perlombaan yang diikuti Celyn itu hampir setiap Sabtu dan Minggu. Informasi lomba itu didapat orangtua Celyn dari grup Whatsapp (WA). Meskipun ada pandemi Covid-19 pun, Celyn tetap mendapat undangan untuk mengikuti lomba menggambar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya