Jabar Maksimalkan Sektor Pertanian dengan Teknologi Digital Si Perut Laper

Gubernur Jabar Ridwan Kamil melaporkan, pangan dan pertanian merupakan sektor yang paling sedikit terdampak pandemi Covid-19.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 21 Jun 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2020, 05:00 WIB
Ridwan Kamil
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjadi narasumber webinar "Sistem Pangan Berkelanjutan Jabar di Era Kebiasaan Baru" dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (19/6/2020). (Foto: Humas Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil melaporkan, pangan dan pertanian merupakan sektor yang paling sedikit terdampak pandemi virus Corona (Covid-19). Adapun persentase penurunan pertumbuhan ekonomi kedua sektor hanya 0,9 persen dari 4,1 persen.

Sementara sektor yang paling terdampak perekonomiannya oleh pandemi global adalah sektor jasa dan manufaktur, dengan penurunan dari 7,2 persen menjadi 2,4 persen.

"Sektor pangan dan pertanian terkoreksinya tidak terlalu besar, hanya turun 0,9 persen," ujar Ridwan Kamil saat menjadi narasumber webinar bertema 'Sistem Pangan Berkelanjutan Jabar di Era Kebiasaan Baru' dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (19/6/2020).

Sosok yang akrab disapa Emil ini berujar, hal tersebut mengindikasikan bahwa pertanian adalah zona ekonomi yang paling tangguh terhadap interupsi Covid-19. Dari sisi epidemiologi, faktor penguat lain virus itu mayoritas menyebar di perkotaan atau kawasan padat penduduk.

"Ada kerumunan, di situ ada Covid-19. Jauh dari kerumunan, jauh juga dari Covid-19. Maka kota lebih banyak kasusnya dibandingkan kabupaten," ujar Emil.

Pasca-pandemi, Pemprov Jabar akan memaksimalkan sektor pertanian dan ketahanan pangan sebagai salah satu unggulan Jabar di masa depan dengan pemanfaatan teknologi digital.

Dari sisi ketahanan pangan, target Jabar adalah swasembada dengan mengurangi impor secara bertahap. Kemudian, perdagangan antardaerah juga akan lebih dikendalikan dengan tidak bergantung pada mekanisme pasar.

"Ketahanan pangan ini juga berpengaruh terhadap inflasi yang kuncinya adalah jaminan pasokan dan mata rantai diperbaiki. Jangan sampai orang Bogor beli telur di Jakarta padahal telurnya berasal dari Sukabumi," kata Emil.

Menurut dia, yang tak kalah penting adalah pemasaran dan pengembangan pangan pun harus memanfaatkan digitalisasi. Di Jabar, sejumlah sektor perikanan dan pertanian sudah memanfaatkan aplikasi digital yang berdampak pada meningkatnya hasil penjualan.

"Go digital sudah kami lakukan termasuk memberdayakan pesantren sebagai ujung tombak penjualan yang juga dengan memanfaatkan digital," tutur Mantan Wali Kota Bandung itu.

Sementara terkait pemanfaatan lahan perkebunan, Jabar kini memiliki aplikasi Sistem Informasi Peta Peruntukan Lahan Perkebunan yang disebut Si Perut Laper. Aplikasi ini sangat membantu para petani terkait produk perkebunan yang cocok untuk ditanam.

"Lahan di Jabar masih luas, tapi warga masih bingung menanam apa? Maka harus ada database, jadi kita punya aplikasi Si Perut Laper yang bisa mengkonversi tanah dengan market (pasar) atau mengawinkan kebutuhan dengan kondisi geografis. Itulah salah satu reformasi yang sedang kita lakukan," ucap Emil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya