Seni Rob di Tanah Tenggelam

Banyak cara menyikapi rob. Rendahnya perhatian negara mengundang seniman untuk memberi makna baru, sebagai panggung.

oleh Kusfitria Marstyasih diperbarui 27 Jun 2020, 13:31 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2020, 07:45 WIB
rob
Pamflet pertunjukan sebagai upaya menyikapi rob. (foto: Liputan6.com/kusfitriyah marstyasih)

Liputan6.com, Demak - Masyarakat terdampak rob menahun yang tinggal di pesisir Kabupaten Demak kecewa atas penanganan bencana yang melanda wilayah mereka selama puluhan tahun terakhir ini. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak, menunjukkan rob atau air laut yang melanda permukiman dan menggenang dalam waktu lama di wilayah Demak menyebabkan bermacam kerugian secara materi maupun psikis.

Kepala Pelaksana BPBD Demak Agus Nugroho menyebut bahwa rob tersebar di empat kecamatan.

"Ada empat kecamatan, yang terdampak rob sebanyak 21 desa dengan rincian 11.231 rumah terendam dengan ketinggian bervariasi," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Demak, Agus Nugroho.

Anak-anak sekolah juga tidak bisa belajar di tempat yang representatif karena air masuk ke dalam ruangan. Mulai dari TK sampai SMA ada 91 satuan pendidikan yang gedungnya terendam air laut.

Untuk beribadah, masyarakat juga kesulitan saat ingin berjemaah, sebab kurang lebih 131 tempat ibadah pun tergenang air. Adapun pondok pesantren dan makam juga tak luput dari ganasnya air yang betah berdiam di sekitar permukiman. Ribuan hektare lahan kosong, lahan pertanian, dan tambak tak lagi produktif karena kalah oleh tingginya air.

Agus mengklaim bahwa usaha sudah dilakukan oleh masyarakat untuk menanggulangi rob, mulai dari meninggikan bangunan rumah hingga melakukan audiensi dengan para pemangku kebijakan. Namun, masyarakat merasa penanganan bencana rob tak mendapat prioritas dari pemerintah.

Puluhan ribu jiwa yang tinggal dan harus berdamai dengan rob tak tahu lagi ke mana mengadukan nasibnya. Kehidupan makin sulit ketika pandemi Covid 19 terjadi. Namun, masyarakat terkesan cuek, karena menurut mereka ancaman di depan mata bukan corona, tapi rob yang makin menggila.

"Masyarakat lebih takut rob dibanding corona," kata Agung (39), warga Sayung yang terdampak rob selama 20 tahun.

Melihat kondisi semacam itu, maka sebuah komunitas sosial di Demak yang bernama Koruki menggagas pertunjukan di tengah rob di Dukuh Nyangkringan, Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Demak, dan menampilkan karya seniman Demak yang ingin tetap eksis di tengah rob dan pandemi Covid 19.

"Kami ingin menggugah nurani bangsa, bahwa di tengah bencana rob masih ada semangat seniman untuk berkarya," kata Ari Bubut, humas Koruki Demak.

Simak Video Pilihan Berikut

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya