Kreativitas Pemuda Kampung di NTT Sulap Kayu Jadi Alat Rumah Tangga

Siapa yang sangka di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, ada pemuda desa yang bisa menyulap kayu menjadi alat-alat rumah tangga.

oleh Ola KedaDionisius Wilibardus diperbarui 01 Jul 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2020, 08:00 WIB
Kreativitas pemuda kampung
Foto: Hasil karya, Tadias Tadimus, pemuda di Kabupaten Sikka, NTT, mengolah kayu menjadi perabot rumah tangga (Liputan6 com/Dion)

Liputan6.com, Sikka- Kayu merupakan salah satu material terfavorit untuk membuat perabot rumah. Perabot dari kayu banyak digemari karena memiliki struktur yang kokoh serta warna yang alami.

Kebanyakan orang lebih mengenak kayu jati, kayu bayam dan kayu mahoni untuk dijadikan bahan pembuat funitur seperti lemari, meja, kursi, dan dipan terbuat dari kayu ini.

Di kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, seorang perajin bernama, Tadias Tadimus, warga Desa Wairkoja, Kecamatan Kewapante, mengolah kayu nangka menjadi perabot rumah tangga, seperti gelas, sendok, piring, mangkuk dan berbagai macam perabot rumah tangga lainnya.

Selain dikenal kuat, kayu nangka juga dipilih karena dianggap memiliki keunikan warna yang berbeda dari yang lain. Untuk warna, Tadias tetap mempertahankan warna kuning kecoklatan khas kayu untuk memberikan kesan sejuk dan alami.

"Warnanya tetap sama, tidak diberi cat atau vernis, karena kalau kita menggunakan cat atau vernis akan membahayakan buat kesehatan," ujarnya kepada wartawan, Senin (29/6/2020).

Hasil karya Tadias paling banyak terjual ketika memajang dagangan di pasar Wairkoja setiap hari Jumat. Ia bisa mengantongi penghasilan hingga Rp 1,5 juta sehari.

"Harganya terjangkau. Ada yang pakai pesan dan dalam sehari bisa laku sampai Rp800 ribu sampai Rp900 ribu," katanya.

Saat ini, hasil karyanya baru didagangkan di pasar-pasar tradisional. Untuk ke hotel-hotel atau restoran, ia mengaku belum berani.

Kreativitas pemuda kampung ini mendapat perhatian pemerintah desa setempat. Ia diberi bantuan peralatan seperti bor dan amplas untuk mendukung pekerjannya.

"Ada bantuan dari desa, tetapi saat ini alat sedang rusak sehingga produksi semakin berkurang," tandasnya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya