Kisah Babinsa di Pulau Derawan, Menjaga Telur Penyu Hingga Jadi Tukik

Sertu Wisandy Yuliastriono Suwardi yang bertugas di Pulau Derawan juga turut berpatroli menjaga telur penyu dari penjarahan.

oleh Abdul Jalil diperbarui 16 Jul 2020, 19:28 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 05:00 WIB
Babinsa Jaga Penyu
Sertu Wisandy Yuliastriono Suwardi bersama Ading menyaksikan penyu bertelur di Pulau Derawan. (foto: Istimewa)

Liputan6.com, Berau - Angin laut bertiup kencang menyapa Pulau Derawan yang terletak di gugusan Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Suara gesekan daun kelapa yang tertiup angin terdengar merdu menjadi ciri khas kepulauan di nusantara.

Sertu Wisandy Yuliastriono Suwardi melirik jam tangannya. Babinsa di Pulau Derawan itu sadar malam telah mendekati puncaknya.

Dia lalu mengencangkan kancing jaketnya dan meraih senter. Bersama seorang warga setempat, Wisandy berpatroli berkeliling Pulau Derawan.

Meski angin laut yang dingin menembus jaketnya, dia harus tetap patroli. Bukan karena menjaga keamanan atau kedaulatan negara, namun ada tugas yang juga tak kalah penting yang harus dilakukannya.

“Saya harus mengecek penyu-penyu yang bertelur di pulau ini,” seru Wisandy sembari mulai melangkah.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di pulau ini. Tingkat kejahatan rendah. Apalagi kekhawatiran soal kedaulatan NKRI.

Pulau seluas 44 hektar tersebut termasuk kecil. Tak perlu waktu lama untuk mengelilinginya dengan berjalan kaki.

Namun Pulau Derawan adalah tempat bertelurnya penyu. Rumah bagi ribuan tukik untuk kemudian kembali ke laut.

Untuk menjaga agar tidak terjadi perburuan telur penyu, setiap malam Wisandy berkeliling pulau memastikan Pulau Derawan bebas dari pencurian telur penyu. Ia mengecek setiap titik yang menjadi tempat penyu bertelur.

“Ini sudah kewajiban. Penyu satwa yang dilindungi. Saya juga mencintai penyu tersebut. Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang akan menjaga penyu tersebut,” ujar Sandy.

Dia mengaku kecintaannya terhadap alam dan lingkungan teramat tinggi. Maka meski sebagai Babinsa yang bertugas di pulau kecil itu, hatinya terpanggil untuk terus menjaga telur penyu dari penjarah di Pulau Derawan.

Pak Babin, demikian sapaan warga setempat, juga terus mengedukasi warga soal hewan yang dilindungi itu. Warga pun paham, jika pada malam hari, Pak Babin pasti akan berkeliling pulau untuk mengecek penyu-penyu yang bertelur di pasir pantai.

Wisandy mengaku tidak segan-segan menangkap jika mengetahui ada yang berusaha mencuri telur penyu tersebut. Ia beranggapan, ini merupakan tugas menjaga dan melestarikan salah satu makhluk Tuhan.

“Kalau telur penyu terus menerus dicuri, bakal punah. Anak cucu kita nanti tidak tahu apa itu penyu,” jelasnya.

Simak juga video pilihan berikut

6 Tahun Mengabdi di Pulau Derawan

Pulau Derawan
Pulau Derawan memiliki luas 44 hektar merupakan rumah bagi penyu bertelur. (foto: Abdul Jalil)

Wisandy menjadi seorang Babinsa di Pulau Derawan sejak 2014 lalu. Selama 6 tahun, ia bersama dengan warga menjaga telur penyu tersebut.

Dia kerap berkonsultasi dengan salah seorang warga bernama Ading yang membudidayakan penyu.

“Bersama Ading, saya setiap malam berkeliling pulau mencari telur penyu yang kemudian dibudidayakan hingga menjadi tukik,” katanya.

Tangan kekar dan berotot khas tentara miliknya kini terampil menjaga dan merawat telur penyu hingga menjadi tukik.

“Telur penyu itu kan memiliki masa inkubasi selama dua bulan. Setelah menjadi tukik, baru kita lepas liarkan. Itu suatu kebanggaan tersendiri buat saya,” kata pria kelahiran Seram Bagian Timur (SBT), Ambon itu.

Wisandy beranggapan, penyu harus dilestarikan. Jika punah, Pulau Derawan akan kehilangan salah satu objek yang biasanya dinikmati wisatawan.

“Saya malu jika ditanya wisatawan. Kini wisatawan nyaris setiap hari bisa melihat penyu berenang,” ujarnya.

Dia menjelaskan, sebagai seorang anggota TNI tentu merasa memiliki tanggung jawab terhadap kelestarian alam. Baik itu tumbuhan, maupun hewan.

Sebelumnya, penyu kerap diburu, baik untuk karapas hingga telurnya. Ia mengaku sedih jika ada warga yang menjual karapas penyu yang dijadikan cendera mata.

“Saya kerap menegur warga jika ada yang jual cendera mata dari karapas penyu. Tetapi kini sudah tidak ada lagi yang jualan,” cerita Wisandy seraya memperhatikan seekor penyu bertelur.

Usai bertelur, penyu itu perlahan menjauh dari sarang yang sudah ditutupnya dengan rapi. Jika tidak dijaga dan dibudidaya, telur-telur itu bisa dijarah.

Wisandy menatap penyu berjalan perlahan menuju bibir pantai. Dia yakin penyu itu akan datang lagi untuk bertelur suatu saat nanti.

“Tugas penyu itu sudah selesai, tinggal tugas saya dan masyarakat di sini memastikan telur penyu yang ditinggalkan menjadi tukik kemudian dilepas ke laut,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya