Liputan6.com, Karo - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) kembali erupsi. Tinggi kolom abu teramati lebih kurang 2.000 meter di atas puncak, atau lebih kurang 4.460 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga cokelat, dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah timur. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 120 mm dan durasi lebih kurang 1 jam 44 detik.
"Erupsi terjadi sekitar pukul 01.58 WIB," kata seorang petugas pengamat Gunung Api Sinabung, Armen Putra, Sabtu (8/8/2020).
Advertisement
Baca Juga
Saat ini Gunung Sinabung berada pada status Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 Km dari puncak Gunung Sinabung.
"Masyarakat juga tidak direkomendasikan berada di radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur dan 4 Km untuk sektor Timur-Utara," ucapnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Diimbau Pakai Masker
Disebutkan Armen, jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik Gunung Sinabung.
Kemudian disarankan mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh.
"Masyarakat yang berada dan bermukim dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar," sebutnya.
Advertisement
Warga Trauma
Erupsi Gunung Sinabung kali ini mengakibatkan ratusan hektare kebun dan ladang milik warga tertutup oleh abu vulkanik. Bahkan, masyarakat takut keluar rumah.
"Saat erupsi, kami keluar melihatnya. Banyak juga masyarakat yang takut dan trauma. Sejak 2018 lalu terakhir erupsi, ini kembali lagi erupsi," kata seorang warga Desa Cimbang, Kecamatan Payung, Imam Syukri Syah Tarigan.
Apalagi, Kecamatan Payung berada di selatan Gunung Sinabung yang jaraknya berada pada radius lebih kurang 6 Km. Semua masyarakat sempat panik melihat ladang-ladang mereka tertutup abu vulkanik.
"Mereka takut erupsi terjadi kembali seperti di 2014 hingga 2018 lalu yang mengakibatkan rumah dan ladang hancur, dan masyarakat mengungsi. Mereka masih trauma, cuaca di sini mendung," tandasnya.