Mimpi Ridwan Kamil Jadikan Jabar Pusat Industri Kesehatan di Tanah Air

Ridwan Kamil menyampaikan usulan agar rasio pengetesan PCR di Provinsi Jabar dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia bisa ditingkatkan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 12 Agu 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 10:00 WIB
Ridwan Kamil
Gubernur Jabar Ridwan Kamil memberikan pemaparan dalam rapat koordinasi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar bersama rombongan presiden di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Selasa (11/8/2020). (Foto: Humas Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, satu-satunya kelemahan Provinsi Jabar dalam penanganan pandemi global Covid-19 adalah terkait pengetesan melalui tes swab metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

Hal itu disampaikan Emil, sapaan Ridwan Kamil, kepada Presiden Joko Widodo dalam rapat koordinasi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar bersama rombongan presiden di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Selasa (11/8/2020).

"Kelemahan kami hanya di testing PCR, walaupun sudah terbanyak se-Indonesia di luar DKI Jakarta. Tapi tetap untuk mengejar rasio 50 juta (penduduk) kami keteteran," ucap Emil dalam laporannya kepada Presiden.

Untuk itu, Emil menyampaikan dua usulan agar rasio pengetesan PCR di Provinsi Jabar dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia bisa ditingkatkan.

Pertama, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya oleh Emil kepada Satuan Tugas Covid-19, yakni membuka opsi kerja sama dengan pihak swasta baik dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM) maupun peralatan. 

Dengan keterbatasan kapasitas pengujian di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar, Emil mengusulkan untuk menggunakan layanan pay per service PCR dari swasta.

"Kita bisa menaikkan statistik dengan kerja sama swasta. Kita hanya bayar satu orang per berapa rupiah dititipkan ke lembaga ini. Mereka investasi alat, kita kasih nama pasien atau potensi yang dites swab. Dengan hitungan minggu, kapasitas bisa naik," ucap Emil.

"Oleh karena itu, inovasi pay per service (dari) swasta kalau boleh dijadikan kebijakan," kata dia menambahkan.

Usulan kedua, yakni memperbanyak pengadaan kit PCR portabel. Emil berujar, inovasi Jabar berbentuk koper PCR yang mudah dibawa ke pelosok yang tidak terjangkau mobil PCR tersebut sudah dibagikan di Kabupaten Sumedang.

"Sehingga pengetesan bisa dilakukan merata. Kalau Bapak (Presiden) berkenan, inovasi Jawa Barat ini juga menjadi sebuah terobosan untuk memastikan tingkat pengetesan tidak hanya berkumpul di daerah kota," tuturnya.

Kemudian, jika PCR portabel ini diperbanyak, semua indikator WHO tentang keilmiahan pengendalian terus bisa ditunjukkan oleh Jabar.

Adapun merujuk data dari Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), terdapat 180.731 tes berdasarkan pengujian metode PCR yang dilakukan di Jabar hingga Selasa (11/8/2020) pukul 18.00 WIB.

Selain mengusulkan dua solusi untuk meningkatkan rasio pengetesan PCR di Jabar, Kang Emil juga melaporkan terkait kesiapan Jabar dalam memproduksi alat-alat kesehatan, termasuk dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

"Provinsi Jabar ini satu-satunya provinsi yang bisa memproduksi semua alat perang melawan Covid-19. APD berlimpah, masker bedah (medis) sudah ekspor, ventilator (PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad) sudah dibagikan ke rumah sakit, rapid test versi Unpad juga sudah dirilis, lalu PCR portabel, dan sekarang adalah vaksin oleh Bio Farma kebetulan di Bandung," tutur Emil.

Kunjungan kerja presiden pun, lanjut Emil, menjadi simbol penting bagi Jabar yang tengah bertekad menjadi pusat keunggulan industri kesehatan pasca pandemi.

"Kami punya tekad pasca Covid-19, kami ingin menjadi center of excellence dari sisi health care industry. Karena ternyata kalau dipaksa, PT Pindad dan PT DI bisa produksi alat kesehatan," katanya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya