Isolasi Mandiri Tak Terpantau Memicu Lonjakan Covid-19 di Riau

Lonjakan Covid-19 di Riau terjadi karena kurang disiplinnya masyarakat menerapkan protokol kesehatan dan isolasi mandiri yang kurang terpantau.

oleh M Syukur diperbarui 16 Sep 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 07:00 WIB
Swab yang dilakukan petugas medis karena kluster di DPRD Riau.
Swab yang dilakukan petugas medis karena kluster di DPRD Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Covid-19 di Riau melonjak tajam sejak awal September. Saban waktu, Dinas Kesehatan (Diskes) Bumi Lancang Kuning merilis angka konfirmasi virus Corona dengan rata-rata di atas 100 orang per hari.

Kepala Diskes Riau Mimi Yuliani Nazir menyebut ada beberapa faktor lonjakan Covid-19 di Riau. Salah satunya, masyarakat Riau tak disiplin menerapkan protokol kesehatan.

"Khususnya masyarakat Kota Pekanbaru dalam menerapkan protokol kesehatan, masih rendah," kata Mimi di Pekanbaru.

Mimi tak bosan mengingatkan masyarakat agar rajin memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak ataupun menghindari kerumunan. Meski terbilang mudah, cara ini dinilai ampuh memutus penyebaran.

"Kita memakai masker melindungi diri sendiri, orang lain memakai masker juga untuk melindungi kita, mari saling melindungi," jelas Mimi.

Selain itu, tingginya angka konfirmasi karena kesadaran masyarakat melakukan swab mandiri di rumah sakit swasta. Biasanya ini dilakukan sebagai syarat dari perjalanan bisnis ataupun mengetahui kondisi fisiknya.

Selanjutnya, ada masyarakat yang menunjukkan gejala Covid-19 berobat ke rumah sakit. Petugas medis kemudian merawat dan memasukannya ke kategori suspek hingga akhirnya dilakukan swab.

"Ternyata hasilnya positif Covid-19," kata Mimi.

Di sisi lain, Mimi menyebut pemerintah sedang gencar melakukan swab massal di perkantoran. Tujuannya melakukan pelacakan kontak erat dengan yang pasien-pasien positif sebelumnya.

Beberapa pekan belakangan, Mimi menyebut pasien Covid-19 di Riau didominasi klaster rumah tangga. Salah satunya isolasi mandiri yang dilakukan warga sehingga terjadi transmisi dari pasien ke yang lain.

"Ini karena pasien merasa bebas bila di rumah dan tidak ada yang mengontrol," kata Mimi.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Larangan Isolasi Mandiri

Terkait isolasi mandiri ini, Gubernur Riau Syamsuar menyebut paling banyak dilakukan warga Pekanbaru, yaitu 655 pasien. Gubernur meminta petugas medis memindahkan pasien itu ke lokasi isolasi yang telah ditentukan pemerintah agar mudah diawasi.

"Karena melakukan Isolasi mandiri yang di rumah itu tidak maksimal pengawasannya dan penjagaannya," kata Syamsuar.

Syamsuar mengatakan, penyediaan tempat isolasi mandiri, baik itu di Pekanbaru ataupun kabupaten lainnya, harus segera dituntaskan. Begitu juga dengan penambahan tenaga medis yang siap bekerja menangani Covid-19.

"Dalam hal ini dinas kesehatan dan rumah sakit bekerja sama dengan IDI dan PMI untuk penambahan tim medis, tim medis akan diberikan pelatihan untuk menangani pasien Covid-19," tutur Syamsuar.

Jika ruang isolasi mandiri kapasitasnya tidak memungkinkan, sambung Syamsuar, maka alternatif tempat yang telah disediakan adalah dengan memanfaatkan hotel untuk merawat pasien positif gejala ringan.

"Saya ingin penanganan ini cepat dilakukan," kata Syamsuar dalam rapat percepatan penanganan Covid-19 bersama seluruh kepala daerah di Riau.

Sementara itu, Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST menyatakan di daerahnya tidak diperbolehkan lagi melakukan isolasi mandiri. Hal ini terhitung sejak pemberlakuan pembatasan sosial berskala mikro di Kecamatan Tampan.

Menurut Firdaus, orang tanpa gejala (OTG) harus menjalani perawatan di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Rejosari yang sudah disediakan Pemko Pekanbaru. Salah satu alasannya OTG banyak tidak disiplin.

"Dalam wilayah PSBM tidak ada isolasi mandiri di rumah," Firdaus menegaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya