Liputan6.com, Bandung - Suara menderit khas dari turaes di masa pancaroba lama tak terdengar di tengah kota Bandung. Serangga itu dan binatang-binatang lain semakin terdesak ke pinggir seiring laju pembangungan. Kabar baik, belakangan meeka muncul lagi di kota.
Turaes biasanya hidup di pohon berbatang besar. Serangga ini biasa mengeluarkan suara lengkingan khas tiap musim akan berganti. Di daerah lain biasa dikenal juga dengan nama garengpung atau tonggeret. Turaes biasa jadi indikator apakah lingkungan di sekitar kita masih bagus.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa hari belakangan ini terdengar jelas bunyi turaes di seputaran Jalan Naripan. Fenomena ini terjadi seiring pembatasan mobilitas orang dan kendaraan di dalam kota. Kebijakan pembatasan sosial ini rupanya tidak hanya untuk membatasi ruang gerak manusia, tapi juga berdampak pada perbaikan lingkungan terutama di perkotaan.
Suasana kota yang menjadi cenderung sepi telah mengundang kembali turaés untuk berdatangan dan menikmati bersihnya udara kota. Selain turaés, banyak terdengar suara aneka burung di pagi hari.
Emisi karbon yang dihasilkan kendaraan bermotor diyakini turut menurunkan kualitas udara di pusat kota. Tingginya mobilitas manusia telah mengusir binatang-binatang dari habitatnya.
Di beberapa ruas jalan utama di Kota Bandung kondisi serupa terjadi pula. Banyak didapati aneka burung kecil bermacam warna terbang dan hinggap dari satu dahan pohon ke dahan pohon yang lain. Bahkan sekumpulan capung sudah terlihat lagi di beberapa lahan kosong, yang tadinya lahan tersebut merupakan lahan parkir sebuah perkantoran.
Jika melihat fenomena ini, ada baiknya dalam kurun waktu tertentu, secara berkala pemerintah kota memberlakukan pembatasan sosial meski tidak selalu harus terkait dengan wabah. Setidaknya dengan adanya pembatasan mobilisasi massa telah terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas udara di perkotaan.
Penulis: Yudi Hamzah / Fasilitator Relawan Satgas Covid-19 Kota Bandung