Liputan6.com, Pekanbaru - Dinding ruangan isolasi di Lapas Perempuan Pekanbaru di Jalan Bindanak, Pekanbaru itu, tak lagi menjadi pemandangannya setiap hari. Dia sudah bebas berkeliling menyapa serta bergabung dengan tahanan lain yang tak terpapar Covid-19.
Indra perasa Cece kini sudah pulih sepenuhnya. Perempuan berkulit putih ini lebih bebas menghirup udara tanpa merasakan sesak ataupun nyeri di dada.
Advertisement
Baca Juga
Cece menjadi salah satu dari 58 warga binaan Lapas yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 akhir Oktober lalu. Sebagai orang yang pernah terkonfirmasi virus asal China ini, Cece kini selalu memberikan motivasi kepada tahanan lain di ruangan isolasi.
"Yakinlah, bisa sembuh dari virus ini. Intinya motivasi dan yakinkan diri," kata Cece berbincang dengan Liputan6.com, Rabu petang 4 November 2020.
Hingga kini, Cece tidak tahu dari mana dirinya dapat terinfeksi. Apalagi perempuan bercat rambut oranye ini menjadi gelombang pertama begitu klaster Covid-19 ada di Lapas.
"Kami kan enggak pernah keluar, tidak terima kunjungan juga termasuk menerima paket dari keluarga," cerita Cece.
Tiba-tiba, pada suatu hari di pertengahan September, indra perasanya mendadak tak berfungsi. Suhu tubuhnya naik drastis disertai rasa nyeri luar biasa pada bagian pernapasan.
Persendian Cece juga mulai merasakan ngilu. Hingga akhirnya Cece menjalani swab dari tim medis Lapas Perempuan Pekanbaru dan hasilnya tentu saja tak diinginkan.
"Ternyata saya positif Covid-19, saya dipindah ke ruang isolasi," kata Cece.
Di ruang isolasi, Cece menjalani perawatan bersama tiga warga binaan lainnya. Jumlahnya kian bertambah karena kian banyak tahanan terkonfirmasi sehingga ada 10 ruangan isolasi tambahan lainnya.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini
Keluarga Jadi Penyemangat
Selama isolasi, Cece pernah mengalami diare parah hingga dua hari berturut-turut. Sempat mendingan, bolak-balik ke toilet kembali dialaminya seminggu kemudian.
"Perawat mengontrol tiap hari, memberikan obat sesuai keluhan itu hingga diare berkurang," ucap Cece.
Tak ingin tumbang, Cece menyemangati diri karena teringat keluarga di rumah yang selalu setia menunggunya selesai menjalani hukuman. Fisiknya juga kian kuat melihat perjuangan tahanan lain untuk sembuh.
"Sebagai tambahan petugas medis memberikan suplemen, Kepala Lapas juga menyemangati kami melalui pengeras suara," jelas Cece.
Tiap pagi begitu mentari mulai naik dari ufuk timur, Cece diarahkan tim medis ke lapangan. Jaraknya cukup jauh dari blok warga binaan sebagai upaya memutus mata rantai Covid-19.
"Kami juga olahraga ringan, setiap hari rutin seperti itu," ucap Cece.
Setelah rangkaian penyembuhan dari medis, virus corona perlahan mulai terusir dari tubuh Cece. Hari yang ditunggu akhirnya datang juga setelah hasil swabnya keluar.
"Negatif, kemudian ada swab massal lagi. Hasilnya negatif juga, saya pun keluar dari ruangan isolasi," kata Cece.
Cece tentu tak ingin lagi virus corona masuk ke tubuhnya lagi. Dia pun tak pernah melepaskan masker dari mulut dan hidungnya saat beraktivitas serta rajin membersihkan fisik.
"Cuci tangan dan menjaga jarak serta konsumsi vitamin penambah imun yang diberikan tim medis," ucap perempuan yang enggan menyebut pidana apa yang pernah dilakukannya.
Dia pun berharap puluhan tahanan lainnya yang masih diisolasi segera sembuh dan bergabung dengan warga binaan lainnya. Cece rindu suasana Lapas seperti dulu lagi ketika Covid-19 belum menghampiri.
Advertisement