Cara Kekinian Melestarikan Bahasa Jaseng Lewat Kesenian Tradisional Banten

Komunitas Bahasa Jawa Serang (BJS) sudah 10 tahun terus berupaya melestarikan bahasa asli Banten, yang digunakan di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang, dan sebagian Tangerang, bahkan di sebagian wilayah Lampung.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 18 Nov 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 18:00 WIB
Diskusi Sederhana Perayaan 10 Tahun Komunitas Bahasa Jawa Serang (BJS) Di Kota Serang, Banten. (Selasa/17/11/2020). (Yandhi Deslatama/Liputan6.com)
Diskusi Sederhana Perayaan 10 Tahun Komunitas Bahasa Jawa Serang (BJS) Di Kota Serang, Banten. (Selasa/17/11/2020). (Yandhi Deslatama/Liputan6.com)

Liputan6.com, Serang - Komunitas Bahasa Jawa Serang (BJS) sudah 10 tahun terus berupaya melestarikan bahasa asli Banten, yang digunakan di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang dan sebagian Tangerang. Bahkan, di sebagian wilayah Lampung, ada masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa Serang (Jaseng) atau bebasan.

Secara sederhana mereka merayakan hari jadinya yang ke-10 dengan menampilkan beragam olahan tradisional Banten, seperti rabeg hingga kue cucur. Slogannya, "Deduluran, Cecantelan", artinya, "Bersaudara dan Saling Berpegangan".

"Kita melestarikan bahasa, bukan hanya anggota mewajibkan (berbahasa Jaseng), tapi kampanye menyebarkan ke sekolah dan instansi lain untuk menggunakan bahasa Jawa Serang. Misalkan, dengan memberikan kamus, kopdar," kata salah satu pendiri BJS, Lulu Jamaludin, ditemui di sela peringatan hari lahir komunitas BJS, di Kota Serang, Banten, Selasa (17/11/2020).

Tak hanya melestarikan bahasa Jaseng yang mirip dengan bahasa Jawa Cirebonan. Komunitas ini pun aktif turut menjaga kuliner dan budaya nenek moyang, seperti ubrug atau teater rakyat menggunakan bahasa Jaseng.

Kemudian ada wayang garing, penyajian selayaknya wayang kulit, tanpa iringan gamelan dan sinden. Dalang berperan multifungsi, selain sebagai pengisi suara tokoh wayang, dia juga memainkan musik dari mulutnya.

"Kita juga sebarkan budaya, seperti ubrug, wayang garing, lagu bahasa Jawa Serang. Sosial juga kita menghidupkan warisan nenek moyang, gotong royong, jika ada yang kena musibah kita bantu seadanya, bedah rumah, banjir," terangnya. 

Simak video pilihan berikut ini:

Lestarikan Jaseng Melalui Medsos, Kuliner, dan Aksi Sosial

Kue Khas Banten, Cecuer, Di HUT BJS. (Selasa,17/11/2020). (Yandhi Deslatama/Liputan6.com)
Kue Khas Banten, Cecuer, Di HUT BJS. (Selasa,17/11/2020). (Yandhi Deslatama/Liputan6.com)

Melalui media sosial (medsos), BJS turut aktif mengampanyekan penggunaan bahasa daerah, seperti di akun Instagram (IG) @rambobanten_ yang diikuti oleh 23,7 ribu follower hingga dengan mudah ditemukannya komedian atau lagu berbahasa Jaseng di kanal Youtube.

Menurut Mang Lulu, yang juga relawan Fesbukbantennews (FBn) berbagai sarana digunakan agar anak muda Banten, tidak lagi malu atau gengsi menggunakan bahasa daerahnya, sebagai warisan nenek moyang. Jika anak muda enggan berbahasa daerah, BJS khawatir Jaseng akan hilang.

"Kita juga mendorong pemerintah untuk menggunakan bahasa daerah satu minggu sekali. Kita menghindari kepunahan bahasa Jawa Serang. Jangan malu menggunakan bahasa Jawa Serang, mereka masih gengsi waktu belum ada komunitas," ujarnya.

Hal yang paling membanggakan, universitas sekelas Oxford Inggris pernah meneliti bahasa Jaseng di komunitas BJS. Kemudian di tahun 2019, komunitas BJS digaet oleh Kamila Andini, putri dari Garin Nugroho untuk membuat film berbahasa Jaseng. Kini, film itu sedang dalam tahap editing.

"Penggiat medsos juga pakai bahasa Jawa Serang. Awalnya yang di luar negeri, meneliti FBn, manusia digital, kemudian ke BJS. Dari medsos bermanfaat ke dunia nyata. Bulan kemarin habis presentasi ke Singapura, tahun depan membuat buku. Ada juga Oxford Inggris," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya