Erupsi Gunung Merapi Diprediksi Lebih Dahsyat dari Letusan 2006

BPBD Kabupaten Sleman telah menyiapkan skenario penanganan pengungsi yang tinggal hingga radius 9 kilometer dari puncak Gunung Merapi

diperbarui 12 Des 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2020, 12:00 WIB
Menebak Perubahan Lava Kubah Merapi dalam 144 Tahun
Erupsi Gunung Merapi. (Liputan6.com/Yanuar H)

Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memprediksi erupsi atau letusan Gunung Merapi dalam waktu dekat akan melampaui kekuatan erupsi tahun 2006. Hal ini diartikan radius aman kemungkinan melebihi jarak 5 kilometer dari puncak.

Berdasar analisis itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman telah menyiapkan skenario penanganan pengungsi yang tinggal hingga radius 9 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Sementara sampai saat ini, pengungsian baru dilakukan kepada warga yang bermukim di daerah bahaya sejauh maksimal 5 km sesuai rekomendasi BPPTKG.

"Kami sudah siapkan 12 barak untuk menampung pengungsi apabila radius amannya dinyatakan lebih dari 5 km," kata Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono saat dihubungi Suara Merdeka.

Kedua belas barak pengungsian erupsi Gunung Merapi itu seluruhnya merupakan sarana milik BPBD yang dibangun saat proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi tahun 2010.

Barak tersebut meliputi Girikerto, Gayam, Koripan, Pandanpuro, Randusari, Umbulmartani, Brayut, Kiyaran Wukirsari, Plosokerep, Pondokrejo, dan Purwobinangun.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Daya Tampung Pengungsian Gunung Merapi

FOTO: Cegah Penularan COVID-19, Barak Pengungsi Gunung Merapi Didisinfeksi
Pengungsi beraktivitas saat relawan mendisinfeksi bilik pengungsi Gunung Merapi di Barak Pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (20/11/2020). Penyemprotan yang dilakukan dua hari sekali ini untuk mencegah penularan COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kebutuhan dasar di semua barak sudah lengkap seperti air, alas tidur, dan perlengkapan dapur umum. Pada situasi normal, barak tersebut mampu menampung sekitar 300 jiwa. Namun karena pandemi Covid-19, kapasitasnya dikurangi hanya menjadi separo.

Untuk mengatasi kekurangan daya tampung, barak milik pemerintah desa yang jumlahnya ada 22 unit akan diaktifkan serta ditambah sarana milik beberapa instansi seperti UII, dan P4TK Seni dan Budaya Yogyakarta.

"Di samping itu juga ada beberapa sekolah terutama yang letaknya berdekatan dengan barak, dan sudah disiapkan jadi sister school," terang Joko.

Terkait rencana penggunaan gedung sekolah untuk barak, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. "Intinya, selama belum ada belajar tatap muka, sekolah bisa dipakai untuk barak," tambahnya.

Masing-masing tempat evakuasi sudah diatur sasaran pengungsinya. Di antaranya barak Gayam digunakan untuk menampung pengungsi dari Dusun Kalitengah Kidul, barak Girikerto diperuntukkan warga Ngandong dan Tritis serta barak Purwobinangun untuk warga Turgo.

Adapun masyarakat Kaliurang disiapkan barak di Pandanpuro.

Dapatkan berita menarik Suaramerdeka.com lainnya di sini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya