Rencana Perbaikan Irigasi Gumbasa yang Rusak karena Gempa Sigi

Pengerjaan Irigasi Gumbasa tahap 2 yang rusak karena gempa di Kabupaten Sigi direncanakan mulai dilakukan pada Februari 2021. Para petani berharap perbaikan segera selesai demi pemulihan pertanian dan ekonomi mereka.

oleh Heri Susanto diperbarui 10 Jan 2021, 23:02 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2021, 23:02 WIB
Bendung Irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi.
Bendung Irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi. Tahap 2 Perbaikan irigasi tersebut rencananya akan dimulai pada Februari 2021. Irigasi dengan jangkauan pengairan terluas se-Sulawesi Tengah itu mengalami kerusakan akibat gempa pada 2018 lalu. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Sigi Pengerjaan Irigasi Gumbasa tahap 2 yang rusak karena gempa di Kabupaten Sigi direncanakan mulai dilakukan pada Februari 2021. Para petani berharap perbaikan segera selesai demi pemulihan pertanian dan ekonomi mereka.

Menurut Kepala UPTD Gumbasa, Ngaripin, hingga Januari 2021 ini proses tender untuk proyek tersebut masih dilakukan dengan dua jasa kontraktor masing-masing dari Jepang dan Amerika sebagai peserta tender.

Pengerjaan dengan biaya dari Asian Development Bank (ADB) itu menargetkan perbaikan saluran pengairan untuk 7000 hektar lahan pertanian, baik saluran primer, sekunder, maupun tersier yang melintasi 28 desa di 4 kecamatan di Kabupaten Sigi serta 1 kecamatan di Kota Palu

“Tahap pertama baru mampu mengairi 1.079 hektare. Tahun ini perbaikan ditargetkan hingga saluran air langsung ke lahan pertanian. Tahun 2022 ditargetkan selesai,” kata Ngaripin di Kantor Pengamat Irigasi Gumbasa – Irigasi Lintas Kabupaten/ Kota di Sigi, Kamis (07/01/2021).

Ngaripin mengtakan secara keseluruhan tingkat kerusakan Irigasi Gumbasa akibat gempa bermagnitudo 7,4 SR yang terjadi tahun 2018 lalu mencapai 90 persen. Itu sebab perbaikan yang dilakukan pascabencana secara bertahap.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Ini

2 Tahun Andalkan Sumber Air Alternatif

Sementara itu warga di empat kecamatan yang sebelumnya mengandalkan irigasi itu untuk pertanian berharap lahan mereka segera bisa diairi. Sebab selama 2 tahun usai gempa mereka hanya memanfaatkan sumber air alternatif bantuan lembaga kemanusiaan dan hujan. Akibatnya mereka harus mengganti jenis tanaman dari padi sawah ke jenis palawija dan hortikultura yang harga jualnya kerap berubah-ubah.

“Kurang lebih 400 hektare lahan sawah di desa ini terpaksa kami ubah jadi lahan tanam jagung dengan harga jual yang tidak menentu. Sebagian warga kami banyak yang terpaksa mencari kerja di kota,” kata Ilham, Sekretaris Desa Sobowi, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Jumat (08/01/2021).

Irigasi Gumbasa sendiri merupakan irigasi dengan jangkauan pengairan terbesar se-Sulawesi Tengah yang menjadi sumber air utama bagi pertanian di 4 kecamatan di Kabupaten Sigi dan 1 kecamatan di Kota Palu.

Perbaikan tahap awal pascabencana hingga November 2019 baru berhasil mengairi 1.079 hektare pertanian di Kecamatan Gumbasa dan sebagian Kecamatan Tanambulava, dari total 8.150 Hektare lahan yang terdampak krisis air.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya