Liputan6.com, Mamuju - Ramadani (38) dan beberapa pengungsi perempuan, korban gempa Mamuju, di Jalan Juanda, Kota Mamuju terlihat tergesa keluar dari tenda daruratnya menuju ke jalan raya ketika rombongan salah satu partai politik membagikan bantuan, Rabu (20/1/2021).
Baca Juga
Advertisement
Saat dia ikut "berebut" bantuan, di gendongannya, ada bocah perempuan yang masih balita meringkuk lemas. Mukanya pucat, hidungnya berair. "Saya cari minyak angin untuk anak saya, dia kurang sehat," Ramadani menuturkan, Rabu (20/01/2021).
Di tenda lainnya di lokasi yang sama, Andi Sri (40) sedang menemani anaknya yang berusia 1,5, tahun dalam tenda terpal berukuran 3X4 meter. Di tenda yang terbuka itu, debu beterbangan ke sana-ke mari menyesakkan dada.
Sri pagi itu sedang cemas menunggu suaminya yang pergi mencari susu dan makanan bayi untuk anaknya. Sedari pagi, anak keduanya itu belum mendapatkan susu. Dia takut anaknya bangun dan menjadi rewel.
"Saya tidak mampu ikut minta bantuan, jadi suami saya yang cari. Sampai sekarang kebutuhan bayi harus kami cari sendiri," Sri menceritakan.
Sri dan Ramadani adalah sebagian kecil dari ratusan pengungsi yang membangun tenda-tenda darurat di sepanjang Jalan Juanda, Kota Mamuju. Di situ sebagian besar adalah pemilik rumah yang rusak karena diguncang gempa magnitudo 6,2 pada 15 Januari lalu.
Mereka mengaku sejak mengungsi sehari setelah gempa Mamuju, bantuan kebutuhan bayi dan balita sulit didapat, bahkan, dari pemerintah daerah setempat. Mereka berharap di tengah kondisi darurat, nasib bayi, balita, dan anak-anak jadi perhatian pihak terkait.
"Kalau bantuan bahan makanan agak mudah didapat. Tapi kebutuhan bayi masih sangat sulit, padahal hidup di tenda seperti ini tidak layak. Kasihan anak-anak kami," Sri menuturkan.