Terjadi Lagi, Belasan Ton Ikan Mati Berjemaah di Danau Maninjau

Kematian ikan ini terus berulang dari tahun ke tahun.

oleh Novia Harlina diperbarui 04 Feb 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2021, 12:00 WIB
Ikan Danau Maninjau Mati Mendadak
(ilustrasi) Data 2019 jumlah keramba jaring apung yang ada di Danau Maninjau mencapai 17.000 unit. Sedangkan daya tampung hanya 6.000 karamba. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Agam - Cuaca buruk yang terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat beberapa hari terakhir menyebabkan ikan jenis nila mati mendadak di Danau Maninjau. Setidaknya 15 ton ikan tersebut mati dan mengambang di permukaan danau.

Data dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, kematian ikan di danau vulkanik itu disebabkan oleh angin kencang yang melanda beberapa hari terakhir.

Akibatnya, ikan menjadi pusing dan mengapung ke permukaan danau vulkanik itu setelah oksigen berkurang di dasar danau.

"Ikan yang mati itu tersebar di Nagari Bayua sebanyak 5 ton dan Nagari Koto Malintang 10 ton," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto, Rabu (3/2/2021).

Ia menyebut ikan-ikan yang mati itu, berasal dari puluhan keramba jaring apung milik petani. Satu keramba jaring apung diperkirakan kematian ikan sekitar 100 kilogram hingga 200 kilogram.

Kematian ikan secara massal itu mulai terjadi sejak Selasa (2/2/2021). Pihaknya memperkirakan total kerugian petani diperkirakan Rp300 juta.

"Kami imbau petani agar memanen ikannya dan memindahkan ke kolam, untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar," jelasnya.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Danau Maninjau yang Tercemar

Sebelumnya, persoalan tercemarnya Danau Maninjau sudah mendapat sorotan dari sejumlah pihak, termasuk pemerintah pusat.

Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit menyebut, setelah dilakukan pembersihan keramba jaring apung, Pemerintah Kabupaten Agam akan mencarikan alternatif mata pencaharian yang lain bagi pemilik karamba perorangan.

"Data 2019 jumlah keramba jaring apung yang ada di Danau Maninjau mencapai 17.000 unit. Sedangkan daya tampung hanya 6.000 keramba," jelasnya.

Akibatnya, kata wakil gubernur, sisa makanan ikan yang turun ke dasar danau menumpuk dan menjadi penyebab pencemaran air danau yang sudah berwarna kehijauan dan berbau.

Bahkan, pada saat cuaca buruk kondisi air bisa berubah dengan cepat hingga mengakibatkan kematian massal bagi ikan budidaya masyarakat di keramba.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya