Sukses Kendalikan DBD, UGM dan WMP Yogyakarta Raih Penghargaan MURI

Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Universitas Gadjah Mada (UGM) dan World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta karena telah mengurangi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).

oleh Yanuar H diperbarui 28 Feb 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD). (Photo by FotoshopTofs on Pixabay)

Liputan6.com, Yogyakarta - Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Universitas Gadjah Mada (UGM) dan World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta karena telah mengurangi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).

MURI membeirkan penghargaan sebagai pelopor penelitian dengan teknik penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk mengurangi penyebaran DBD.

“Kami merasa bangga atas penghargaan ini. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara Pusat Kedokteran Tropis, FKKMK Universitas Gadjah Mada, bersama Monash University, dan atas dukungan pendanaan penuh  dari Yayasan Tahija selama 10 tahun terakhir. Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dan memohon doa agar penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas,” ujar Prof. Adi Utarini yang akrab disapa Prof Uut yang menerima penghargaa itu saat menjadi narasumber dalam talkshow Jaya Suprana Show, pada 22 Januari  lalu.

Panut Mulyono Rektor UGM menyebut penghargaan itu sebagai anugerah danpencapaian yang membanggakan bagi UGM. Inovasi ini menjadi sumbangsih nyata universitas bagi dunia kesehatan Indonesia dan dunia.

Penelitian pengendalian DBD yang dilakukan oleh WMP Yogyakarta bersama UGM didukung oleh Yayasan Tahija dalam mengembangkan teknologi Wolbachia untuk pengendalian DBD dengan hasil efikasi Wolbachia yang tinggi dalam menurunkan 77 persen kasus DBD.

Panut pun berharap kerjasama lembaga pendidikan dengan lembaga filantropi seperti Yayasan Tahija perlu terus dikembangkan agar menghasilkan inovasi-inovasi yang solutif atas permasalahan di masyarakat.

"Khusus untuk teknologi Wolbachia semoga bisa diimplementasikan di daerah lainnya di luar Yogyakarta, terutama daerah-daerah dengan kasus DBD yang tinggi," tuturnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Aplikasi Penelitian Pengendalian Dengue Pertama di Dunia

Sementara, Ketua Yayasan Tahija, Trihadi Saptoadi mengaku jika UGM memang layak mendapatkan anugerah istimewa dengan inovasi ini dan mengaku bangga dapat menjadi mitra dalam usaha adopsi teknologi yang berdampak besar ke masyarakat.

Penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED) yang berakhir pada Agustus 2020 lalu merupakan penelitian pengendalian dengue pertama di dunia.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Randomized Controlled Trial, sebuah standar tertinggi dalam penelitian klinis (gold standard). Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Wolbachia yang terdapat di 50 persen jenis serangga secara efektif dapat menghambat replikasi virus dengue pada tubuh nyamuk Aedes aegypti. Dengan begitu, potensi penularan ke manusia sangat kecil.

Pada semester kedua tahun 2020 WMP Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan melakukan perluasan manfaat Wolbachia khususnya di area Kota Yogyakarta yang belum mendapatkan intervensi Wolbachia. Hingga akhir Desember 2020, persentase Wolbachia di area pelepasan sudah mencapai 60 persen.

Selain melakukan monitoring nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta, pada tahun 2021 WMP Yogyakarta berfokus pada persiapan implementasi Wolbachia di Kabupaten Sleman. Kolaborasi ini dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kesehatan Sleman, dan bermitra dengan puskesmas-puskesmas di kabupaten tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya