Kisah Sukses Petani Milenial Asal Garut Tangkar Bibit Buah Unggulan

Potensi untuk mengembangkan kawasan agraris sangat terbuka lebar bagi petani muda, tetapi tentu hal itu mesti dibarengi komitmen kuat dari generasi milenial saat ini.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 04 Mar 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2021, 18:00 WIB
Reza, petani milenial asal Garut, didepan ribuan bibit tanaman buah yang berhasil ia tangkarkan di lahan keluarga yang disulap menjadi laboratorium alam miliknya di Kampung Sindangreret, Karangpawitan, Garut, Jawa Barat.
Reza, petani milenial asal Garut, didepan ribuan bibit tanaman buah yang berhasil ia tangkarkan di lahan keluarga yang disulap menjadi laboratorium alam miliknya di Kampung Sindangreret, Karangpawitan, Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Program petani milenial yang digulirkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Kang Emil, bukan barang baru bagi petani muda Reza Mulyana, 25 tahun, asal kota Dodol, Garut ini.

Bujang asal Kampung Sindangreret, Desa Karangpawitan, Kecamatan Karangpawitan, Garut ini memang sejak lama menggeluti usaha di bidang pertanian. Darah agraria yang diwariskan keluarga, menuntunnya tetap bersama alam mengembangkan pertanian.

Ribuan bibit tanaman jenis buah mulai alpukat, jeruk Garut (Siem, Garut, trigas), duren, petai, pepaya, dan buah lainnya berhasil dibudidayakan dengan cemerlang di kebun percobaan miliknya yang berada di pelataran rumah seluas sekitar setengah hektare persegi.

Bahkan, dia mampu menjadikan bibit alpukat varietas Sindangreret menjadi salah satu alpukat unggulan Tanah Air sejak 2010 lalu.

"Bukan tidak mau bekerja laiknya yang lain, tapi hati saya terpanggil di sini mengembangkan bibit pertanian," ujarnya, saat ditemui di kebunnya Rabu (3/3/2021).

Menurutnya, potensi untuk mengembangkan kawasan agraris sangat terbuka lebar bagi petani milenial atau muda saat ini. Namun, tentu hal itu mesti dibarengi komitmen kuat dari generasi milenial untuk mengembangkan ke depan.

"Asal ada kemauan potensi pertanian itu terbuka untuk dikembangkan," kata dia.

Ia mencontohkan peluang usaha penangkaran bibit tanaman buah-buahan cukup besar, tetapi sayang banyak generasi muda meninggalkannya.

"Ada banyak buah-buahan Garut yang bisa dibudidayakan mulai jeruk, alpukat, pepaya, hingga duren (durian)," dia mengatakan.

Lulusan pertanian Universitas Garut (Uniga) ini, mencontohkan durian musangking yang harganya mencapai Rp150 ribu per kilo, bibit buahnya bisa dikembangkan dengan baik di kebun miliknya secara mandiri.

"Bibit buah (tanaman buah) unggul kalau dikemas dengan baik bakal menghasilkan benefit yang baik pula," ujar dia.

Kemudian, jeruk Garut yang menjadi salah satu buah kebanggaan Garut, bisa tumbuh merekah di kebunnya, dengan sedikit sentuhan inovasi penangkaran bibit jeruk yang mumpuni.

"Untuk jeruk sendiri setelah dikembangkan ada Siem, purut angka 8, Garut hingga trigas, begitu pun tanaman buah lainnya," kata dia.

Saat ini, untuk satu bibit pohon jeruk Garut dijual dengan harga Rp10-14 ribu pada sebuah polybag dengan tinggi sekitar 60 sentimeter.

"Ada sekitar 5.000 buah patanaman jeruk yang siap tanam," kata dia merujuk potensi tanaman jeruk hasil penangkaran di kebunnya.

Besarnya potensi pertanian terutama penangkaran, Reza mengajak generasi milenial untuk kembali ke alam mengembangkan potensi kawasan pertanian yang begitu menjanjikan.

"Memang salah satu kendala pertanian di kita adalah minimnya regenerasi generasi muda," kata dia.

Di tangan Reza, lahan keluarga yang disulapnya menjadi laboratorium alam seolah menjadi pendamping setianya saat ini. Sebagian besar waktu ia habiskan di area lahan pertanian untuk penangkaran ragam tanaman buah.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya